Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Bentuk Kesabaran dalam Berpuasa


Oleh: Teuku Hendri Saifullah

(Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manggeng - Aceh Barat Daya )

Ibadah puasa Ramadhan yang sedang dijalankan tahun ini hendaknya dilalui dengan penuh keikhlasan dan juga dengan kesabaran.

Perubahan pola hidup terjadi selama satu bulan penuh. Bisa menjadi salah satu penyebab perubahan emosional seseorang. Contohnya pola makan, Karena kebiasaannya dalam sehari semalam seseorang makan sebanyak 3 kali, tentang waktu antara setiap waktunya sekitar 5 jam. Sedangkan pada bulan ramadhan waktu makan hanya 2 kali yaitu ketika sahur (sebelum shubuh) dan waktu berbuka (maghrib) rentang waktu tersebut sekitar 13 jam. Sehingga selama 13 jam ini terkadang membuat rasa lapar, haus dan lemas dirasakan oleh orang yang berpuasa.

Namun demikian jika puasa tersebut diawali dengan kesabaran maka perasaan yang dialami akan dilalui dengan ikhlas dan tanpa mengeluh sedikitpun. Karena inilah yang menjadi kekuatan dalam menangkal segala emosi yang timbul selama berpuasa.

Kesabaran dalam berpuasa menjadi sesuatu keniscayaan yang tak terelakkan. Artinya jika kesabaran tidak dimiliki maka seseorang tersebut hanya mendapatkan rasa haus dan dahaga saja tanpa merasakan keutamaan dalam ibadahnya. sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allahs swt haramkan, ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. Orang seperti ini juga tidak pernah menjaga lisannya seperti senantiasa berkata dusta, fitnah (menuduh keburukan orang lain tanpa bukti) ghibah (mengatakan aib orang lain) dan sifat buruk lain. Hal ini dijelaskan oleh Rasul dalam hadisnya

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no.1804)

Permasalahan sekarang adalah apakah setiap muslim yang mengerjakan puasa mengerti atau memahami tentang kesabaran dalam berpuasa?

Secara umum kesabaran itu terbagi menjadi 3 macam. Dan ketiga macam kesabaran ini terdapat dalam ibadah puasa. Sabar yang dimaksud adalah pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah swt. Kedua, Sabar menahan hal yang Allah haramkan. Ketiga, Sabar atas takdir Allah swt yang tidak mengenakkan.

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah swt.
Puasa menuntut kita menjadi pribadi yang konsisten melakukan ibadah terlebih di bulan ramadhan. Bukan menjadi pribadi yang malas jika sedang berpuasa. Sabar dalam melakukan ketaatan meliputi ibadah mahdhah (ibadah badan) seperti shalat wajib, shalat tarawih dan witir, serta shalat sunnah lainnya dan juga ibadah puasa. Juga di tambah dengan ibadah ghairu mahdhah (ibadah dengan harta) seperti membantu sesama muslim yang membutuhkan dengan memberi zakat, sedekah, infaq atau kebaikan sosial lainnya.

2. Sabar menahan hal yang Allah haramkan.
Berpuasa akan membentuk sifat sabar atas keinginan menuruti hawa nafsu serta syahwat yang diharamkan Allah swt ketika seseorang sedang menjalankan ibadah puasa.

Dalam mengendalikan hawa nafsu dan syahwat, ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah yang lainnnya. Contohnya dalam ihram, bagi suami istri yang berhaji diharamkan melakukan jima' (hubungan suami istri), termasuk juga memakai minyak wangi. Tetapi dalam ibadah ini tidak meninggalkan nafsu yang lain seperti makan, minum.

Contoh lain dalam ibadah shalat, walaupun orang yang sedang shalat harus meninggalkan nafsu dan syahwatnya, tetapi ini tidak berlangsung lama. Bahkan nafsu untuk menyantap makanan bisa didahulukan jika bersamaan dengan waktu shalat karena alasan lapar. Hal ini diperbolehkan agar shalatnya nanti lebih kuat dan tenang.

Sedangkan dalam ibadah puasa seseorang harus dapat menahan nafsu dan syahwatnya sepanjang hari walaupun dalam keadaan musim panas atau kemarau. Seperti kesabaran yang dicontohkan rasul bahwa Rasulullah pernah berpuasa sendirian saat safar dalam kondisi panas terik.

Sebagaimana dikatakan oleh Abu Darda: " "Pernah kami menyertai Nabi di bulan Ramadhan dalam sebuah perjalanan yang jauh. Seorang diantara kami harus menaruh tangan untuk menutupi kepalanya karena panas yang menyengat, dan tidak seorangpun yang mampu berpuasa saat itu diantara kami kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Ruwahah"

Cerita diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa puasa sangat erat hubungannya dengan kesabaran. Walaupun dalam keadaan panas, hujan dan keadaan alam lainya, tidak lantas membuat seseorang berkurang semangatnya dalam beribadah puasa ramadhan.

3. Sabar atas takdir Allah swt yang tidak mengenakkan.
Terkadang dengan kondisi yang tidak sesuai dengan yang diinginkan akan membuat seseorang kecewa serta diikuti dengan perilaku marah. Sudah saatnya kita sadari bahwa segala keadaan pada diri kita adalah kehendak dari Allah, susah dan senang adalah ketentuanNya.

Walau demikian, manusia hanya wajib berusaha dan berdoa agar senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penulis berkesimpulan bahwa seseorang yang mengaku berpuasa haruslah memiliki 3 bentuk kesabaran. Misalnya orang yang berpuasa tetapi tidak bisa menjaga hal-hal yang merusak pahala puasa seperti berkata dusta, bohong dan lain sebagainya. Maka sungguh puasanya tidak sempurna.

Sabar dalam berpuasa akan berpengaruh pada jiwa dan raga orang yang berpuasa. Sabar dalam ketaatan seperti shalat wajib dilakukan secara berjamaah menjadi kebiasaan hidupnya. Sehingga sabar dalam berpuasa akan benar menjadi perisai dalan menghadap ujian kesabaran itu sendiri. Semoga kita termasuk dalam orang sabar dalam melaksanakan puasa.