Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bang Mufid Ingin Berjumpa dengan Allah


Oleh: Teuku Hendri Saifullah


Udara shubuh terasa begitu dingin dan sejuk. Karena semalaman tanah diguyur hujan yang lebat. Tepatnya jam 5.10 pagi saya membangunkan putra sulung saya untuk berangkat ke mushalla guna shalat shubuh berjamaah. Karena waktu shubuh pada saat itu adalah 5. 29. Dan ketika akan saya bangunkan saya bisikkan "abang, cepat bangun, abang mau disayang Allah? yuk kita ke balai ( kata lain yang sering saya gunakan untuk mushalla).

Lokasi balai dengan rumah saya tidaklah jauh sekitaran 500 meter. Ketika saya katakan "bang mufid, yuk kita ke balai jalan kaki". Abang mufid agak sedikit senang walau rasa ngantuknya masih nampak dalan rautan wajahnya. Setelah duduk sejenak, bang mufid langsung bangun dan menuju ke kamar kecil meski tetap saya dampingi sambil mengajarkannya cara berwudhuk. Sehingga waktu tepat jam 5.15 kami sudah siap dengan pakaian koko dan tidak lupa memakai peci.

Biasanya kami berdua ke balai menggunakan sepeda motor honda merek vario 125 pembuatan tahun 2015. Tetapi pagi itu saya dan sibuah hati yang masih berusia 5 tahun ini ingin berjalan kaki saja.

Ketika baru keluar pintu rumah. Istri saya sudah siap dengan mukenya. Bedanya istri saya memilih shalat dirumah sambil menengok si bungsu yang masih terlelap tidur. Setelah kami bersalaman langsung saja saya dan anak saya berangkat dengan mengucapkan bismillah tawakkaltu ala allah.

Baru beberapa langkah kami berjalan sekitar 50 meter. Si abang tiba-tiba bertanya pada saya. "Abi.. abang mau lihat Allah dan jumpa dengan Allah" sontak saja saya terkejut mendengar pertanyaaanya dan saya jawab " InsyaAllah abang akan bisa lihat dan berjumpa dengan Allah di syurga nanti" saya juga katakan "tapi abng harus rajin shalat berjamaah, rajin ngaji, patuh pada abi dan ummi serta baik budi." Demikian jawaban saya. Tapi saya yakin penjelasan ini sudah cukup untuk anak usianya.

Kemudian dia bertanya lagi "kenapa bi orang gak mau keluar shalat shubuh?" Saya jawab. "Mereka mungkin shalat dirumahnya" . Namun jawaban saya disanggah dengan berkata "mereka malas ya bi" akhirnya saya diam dan hanya tersenyum. Sembari saya katakan. "Abang doakan supaya mereka nanti keluar untuk shalat shubuh berjamaah juga."

Perbincangan saya dengannya tak terasa langkah kami telah sampai ke pintu gerbang balai. Azan pun segera saya kumandangkan tanda waktu shubuh telah tiba. Dan bang mufid langsung merapikan sajah imam yang sebeumnya masih tergulung di sudut ruang mihrab imam.

Sebenarnya, Pertanyaan tentang pertemuan dengan sang pencipta pernah diisyaratkan oleh Allah swt dalam beberapa firmannya
فَمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ لِقَاۤءَ رَبِّهِۦ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلࣰا صَـٰلِحࣰا وَلَا یُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا
“Barangsiapa mengharap per jum paan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS al-Kahfi [18]:110).

Menurut ibnu Katsir ayat ini ditafsirkan dengan ingin memperoleh pahala dan balasan kebaikan-Nya yaitu dengan melakukan segala amal perbuatan yang disetujui oleh syariat Allah. Maksudnya dengan mengerjakan amal yang semata-mata hanya karena Allah, tiada sekutu bagi-Nya.

Demikianlah syarat utama dari amal yang diterima oleh-Nya, yaitu harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat yang telah dijelaskan oleh Rasulullah.

Pada ayat lain Allah juga berfirman
مَن كَانَ یَرۡجُو8ا۟ لِقَاۤءَ ٱللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ لَـَٔاتࣲۚ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡعَلِیمُ
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al- ’Ankabuut [29]:5).

Selanjutnya Ibnu katsir dalam tafsirnya menjelaskan ayat diatas dengan maksud bahwa pada hari yang dijanjikan nanti orang -orang yang mengerjakan amal-amal shaleh senantiasa mengharapkan pahala yang berlimpah di sisi Allah.

Maka sesungguhnya Allah pasti akan merealisasikan harapannya dan menunaikan pahala amalnya dengan sempurna dan berlimpah. Hal tersebut pasti terjadi, karena Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Melihat semua makhluk-Nya. 

Dari kedua ayat ini kita dapat memahami perjumpaan yang dimaksudkan bukanlah dalan arti indrawi karena kita belum tahu apakah perjumpaan nanti kita akan langsung berjumpa tatap muka dengan sang pencipta. Ataukah ini mengisyaratkan sebuah pengharapan seorang hamba akan ridha dan pahala dari Allah sebagai balasan atas amal shalih yang telah dilakukan selama hidup di dunia.

Wallahu 'Alam bissawab