Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bergelut Dengan Nafsu


Oleh: Teuku Hendri Saifullah


Kehidupan adalah sebuah anugrah pada setiap makluk hidup. Termasuk juga manusia yang Allah beri kesempatan untuk menikmati hidup didunia ini.

Manusia pada dasarnya ingin hidup bahagia. Tetapi yang menjadi perbedaan bahagia seseorang itu tergantung sebesar mana keimanannya kepada Allah sang pencipta kebahagiaan.

Kebahagiaan juga tidak bisa dipisahkan dari nafsu, karena dengan nafsulah manusia akan bersusah payah untuk mencapai sebuah kebagiaan yang diyakininya.

Contohnya saja. Nafsu ingin makan karena lapar, maka menjadi kewajiban bagi dirinya mencari makanan dan tentu makanan itu baru didapat jika ada usaha baik itu dengan membeli bahan makanan untuk diolah ataupun membeli makanan yang langsung bisa dimakan seperti makan di warung. Atau bahkan jika tidak memiliki uang dia meminta belas kasihan orang lain untuk mendapatkan makanan. Semua ini dilakukan karena ada nafsu ingin segera mendapakan makanan untuk dimakan.

Rutinitas kehidupan manusia juga akan seimbang jika apa yang dibutuhkan oleh jiwa akan terpenuhi, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.

Hawa nafsu memang Allah anugrahkan kepada semua makhluk-Nya. Baik manusia, hewan ataupun jin sekalipun. Anugrah ini sudah semestinya dikendalikan oleh makhluk Allah yang diberi akal seperti manusia.

Dalam pembahasan ini Allah telah menceritakan tentang perihal Nabi Yusuf as yang digoda oleh seorang ratu untuk berbuat maksiat dengannya. Allah berfirman
وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤۚ إِنَّ رَبِّی غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ
[Surat Yusuf 53]
Dan aku (yusuf) tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang

Ayat diatas menjelaskan bahwa didalam diri manusia tanpa kecuali pada dasarnya terdapat nafsu yang cenderung melakukan keburukan atau disebut nafsu Ammarah bis su' dan setiap orang memiliki sifat untuk melakukan hal yabg buruk oleh karenanya berlindung kepada Allah dari tumbulnya nafsu ini sangatlah perlu dilakukan.
Seseorang yang mampu melawan nafsu ini maka Allah akan menjukkan kepadanya jalan yang diredhaiNya.

Sebagaimana dikatakan oleh ibnu qayyim
Barang siapa yang memerangi hawa nafsu karena Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan yang diridhai-Nya, yang akan menghantarkannya kepada syurga, dan barang siapa tidak memeranginya maka ia akan ditelan hawa nafsunya.

Disamping nafsu bis su' ada juga yang disebut nafsu Lawwamah, yaitu menyesali diri. Dalam sifat ini, manusia sangat diwajarkan ketika merasa menyesal atas diri sendiri dan cenderung mencela dirinya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surah Alqiyamah: 2,
وَلَاۤ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ
[Surat Al-Qiyamah 2]
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”

Hal ini terjadi jika seseorang mengalami suatu keadaan di mana jiwa menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan.

Dan yang terakhir nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia adalah Nafsu Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan.

Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahfan min Masyayidisy Syaithan, jika jiwa manusia tenteram kepada dekat dengam Allah, tenang dengan berzikir dan bertobat atas dosa yang dilakukan, serta rasa ingin segera berjumpa dengan Allah maha pencipta, maka seseorang tersebut didalam jiwanya sudah memiliki nafsu muthmainnah. Seperti firman Allah dalam QS al-Fajr ayat 27-30.

یَـٰۤأَیَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَىِٕنَّةُ ۝ ٱرۡجِ

عِیۤ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِیَةࣰ مَّرۡضِیَّةࣰ ۝ فَٱدۡخُلِی فِی عِبَـٰدِی ۝ وَٱدۡخُلِی جَنَّتِی
[Surat Al-Fajr 27 - 30]
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”  

Semoga didalam diri kita terdapat jiwa yang tenang Nafsu Muthmainnah yaitu jiwa yang senantiasa tenang tanpa dilanda kekhawatiran dan senang dalam melakukan kebaikan. Karena kita yakin bahwa semua amal ibadah yang kita lakukan ini adalah sebagai bekal nanti kita berjumpa denganNya, dan semoga kita berada dalam orang yang diseru dan dipanggil untuk masuk kedalam hambaNya yang bertaqwa dan masuk dalam syurgaNya Allah swt. Amin