Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Senja yang Kelam


Oleh: Teuku Hendri Saifullah 

Suatu pemandangan yang sangat indah memang di sore hari yang cerah. Kita bisa memandang matahari yang akan tenggelam di ufuk barat. Cahaya yang teduh dan tidak panas. Berbeda jika matahari masih berada di atas kepala tepatnya jam 1 siang. Sangat terasa panasnya.

Indahnya senja yang seharusnya saya rasakan tidaklah demikian. Pada hari itu tepatnya sore sekitar jam 6 sore hari jumat tanggal 8 januari 2021. Tidak tampak sinar matahari yang teduh melainkan ditutupi oleh gelapnya awan yang menyelimuti bumi.

Seharusnya matahari bisa dilihat tenggelan tetapi pada hari itu hanya kegelapan yang terus bertambah gelap ditambah dengan hujan yang turun rintik-rintik.

Saya dan keluarga sore itu bertakziyah di rumah sanak saudara. Yang sedihnya pada hari yang bersamaan kami bertakziyah juga pada 3 rumah yang lokasi tidak terlalu jauh. dan juga ada 1 keluarga lagi yang juga sedang musibah meninggal dunia. Saya dan keluarga belum sempat bertakziyah karena pada saat itu hari semakin sore dan gelap. Secara kebetulan semua yang meninggal itu adalah orang tua.

Keempat tempat tersebut terletak didua kecamatan yang berdekatan yaitu manggeng dan lembah sabil. Panjang antara 2 kecamatan tersebut jika dilalui melintasi jalan nasional tidak kurang dari 20 km.

Alam memang menyimpan banyak misteri yang hanya Allah mengetahuinya. Termasuk juga masalah kematian atau ajal.

Bagi saya alam yang mendung ini mungkin menggambarkan kepada kita tentang kesedihan yang sedang dialami oleh saudara saya yang sedang dilanda kesedihan. Kesedihan karena kehilangan dengan kematian orang yang dicintainya, baik itu kehilangan orang tua, anak dan lain sebagainya.

Kematian adalah pintu yang setiap manusia pasti akan memasukinya. Tanpa ada seorangpun dapat menghindari darinya.
Allah berfirman

كُلُّ نَفۡسࣲ ذَاۤىِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati (QS.Ali 'Imran: 158)

Ayat Allah yang mulia ini dengan tegas menyatakan bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian. Setiap orang, termasuk kita, akan merasakan kematian. Baik orang itu kaya atau miskin, berpangkat atau tidak; berani atau takut, semua akan mati. Bahkan, walaupun manusia lari dari kematian, dan berlindung di dalam benteng yang kokoh, ia tidak akan mampu menolak kematian.

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS. An-Nisa: 78)

Sudah saatnya kita yang masih diberikan kesempatan hidup ini walaupun kita juga akan menyusul mereka agar terus mepersiapkan diri dengam berbekal ibadah dan amal shalih tanpa harus menunggu hari tua.

Semoga kelamnya sore ini tidak membuat semangat kita dalam beribadah dan beramal shaleh juga menjadi redup dan tidak semangat. Melainkan menjadi pertanda bahwa esok harinya akan ada cahaya terang dan bersinar yang akan memberikan cahaya hidaya kepada kita untuk lebih beristiqamah (tetap pendirian) dalam ketaatan jika tiba saatnya nanti kita menghadap kepadaNya.

Manggeng, 8 januari 2021