Yaumul hisab dan Hobi Berbelanja
Oleh: Teuku Hendri Saifullah
Masyarakat jaman now tentu tidak asing lagi mendengar yang namanya mall, swalayan atau supermarket, minimarket. Iya semua itu adalah bentuk pasar moderen yang sekarang telah menjadi salah satu tempat belanja masyarakat Indonesia. Khususnya derah perkotaan.
Berbagai kemudahan fasilitas diberikan kepada setiap pengunjungnya. Tempat yang sejuk karena dilengkap dengan ac, lantai yang bersih, dan barang dagangan yang lengkap serta tersusun dengan rapi, harga yang sudah tertera dirak atau sudah ditempel di setiap label barang. Serta dilayani oleh pramuniaga yang sudah siap disetiap sudut ruangan. Bisa dikatakan dutempat ini menyajikan banyak hal yang membuat pengunjungnya tertarik dan akhirnya mau berbelanja.
Harga barangnya pun bervariasi mulai dari harga yang rendah sampai dengan harga yang tinggi tergantung jenis barangnya dan bisa dikatakan barang yang ada disana adalah barang yang sudah terseleksi atau tersortir sebelumnya. Sehingga wajar jika harnya agak sedikit lebih mahal jika dibandingkan di pasar tradisional.
Berbagai barang yang dijual mungkin saja hanya bisa dibeli oleh mereka yang memiliki uang banyak sehingga saking banyaknya barang belanjaan mereka menggunakan keranjang atau gerobak dorong untuk membawa barangnya.
Dan ketika akan pulang. Tentu saja mereka harus menuju meja kasir untuk diperiksa dan dihitung semua barang belanjaan satu persata tanpa ada yang tersisa sedikitpun menggunakan alat sinar laser yang canggih sehingga harga barangpun sudah otomatis terbaca oleh alat canggih ini.
Semakin banyak barang yang di beli maka semakin lama pemeriksaan dan perhitungan jumlah harga yang harus dihitung. Dan inilah yang berlaku setiap orang yang berbelanja di pasar tersebut.
Berbeda halnya bagi mereka yang tidak punya uang untuk berbelanja seperti halnya orang kaya tadi. Atau pun mungkin hanya berbelanja satu atau dua barangnya sesuai kebutuhan walaupun mereka memilki uang yang banyak. Sehingga merek ini tidak perlu memerlukan waktu yang lama untuk menunggu diperiksa dan dihitung barang belanjaanya dan tentu saja bisa langsung pulang.
Pernahkah kita berpikir pesan apa yang terdapat dari cerita diatas. Cerita ingin mengajak kita untuk melihat sisi lain. Semua ini mengibaratkan kejadian di hari yaumul hisab (hari perhitungan amal perbuatan manusia) untuk lebih jelasnya semua ini dapat kita tamsilan (ibarat).
Pertama, Tempat berbelanja seperti mall, swalayan, supermarket atau minimarket ibaratnya adalah alam dunia tempat kita hidup dengan berbagai amalan dab ibadah yang dilakukan. Kedua, barang belanjaan itu ibarat harta yang dimiliki manusia selama hidul didunia. Ketiga, tukang kasir ibaratnya adalah tempat manusia dihisab (dihitung) serta mizan (ditimbang) amal ibadahnya didunia.
Kita semua akan kembali kepada Allah. Setelah itu kita akan ditanya mengenai amalan yang telah dilakukan. Allah berfirman
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)
“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26)
Tak perlu dirisaukan atau ditakutkan bagi mereka yang selama didunia mendapatkan harta dengan cara yang halal lagi baik. Karena harta yang halal akan berpengaruh kepada amal shaleh yang akan terus dilakukan. Semakin banyak harta yang didapatkan dengan cara yang baik. Maka seharusnya akan berpengaruh terhadap amal shalih (amal kebaikan) yang terus dilakukan.
Allah berfirman:
أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Mukminun: 51)
Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimussalaam agar makan makanan halal, dan beramal shaleh. Disandingkannya dua perintah ini mengisyaratkan bahwa makanan halal adalah pembangkit amal shaleh. Dan sungguh mereka benar-benar telah mentaati kedua perintah ini.” (Tafsir Ibnu Katsir 5/477, baca juga: Adwaa’ul Bayan 5/339)
Tetapi sebaliknya. Bagi yang mengumpulkan harta dengan cara yang batil. Misalkan saja dengan riba, menipu, korupsi, atau cara yang lainnya maka Allah akan membalas dengan siksaan yang pedih.
Seperti yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَ
ةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Sungguh sebuah ancaman yang keras dari Allah kepada hambaNya yang terus mengumpulkan harta kekayaan didunia dengan cara yang haram seperti riba, gharar/menipu, korupsi, zalim, dan cara curang lainnya. Dan wajar saja balasan ini yang akab diterima bagi mereka pelaku kecurangan tersebut.
Oleh karenanya marilah kita mencari harta yang halal. Biarpun sedikit asalkan halal niscaya akan membawa keberkahan dan tentu akan dimudahkan dalam hisab kelak seperti mudahnya orang yang berbelanja dalam melewati pemeriksaan sang kasir di swalayan.