Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Sejarah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 16 Muharam 1443 

Pesan Sejarah
Saudaraku, di samping pesan pengarusutamaan gender yang amat kuat dan pesan keberlanjutan, sejatinya hijrah juga membawa pesan sejarah. Betapa tidak! Peristiwa hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia dari Makkah ke Madinah meskipun terjadi sekitar 15 abad yang silam, tetapi semuanya masih tersimpan rapi dalam catatan di memori setiap orang beriman.

Mengingat pengaruhnya yang sangat signifikan bagi peradaban Islam, maka detail dan hal ikhwal hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M seolah baru saja berlangsung di depan mata.  Betapa terkesimanya kita melihat keberanian Umar yang sebelum berangkat hijrah, ia membawa pedang dan menyelempangkan busur dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat komando. Ia menuju Ka’bah saat orang-orang Quraisy tengah berkumpul. “Umar melakukan tawaf di Ka’bah tujuh putaran dengan khusyuk, lalu menuju ke Maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat. Setelah itu, setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu per satu seraya berkata kepada mereka, ‘wajah-wajah celaka! Allah menistakan orang-orang ini! Aku akan berhijrah ke Madinah melaksanakan perintah Rasulullah. "Barang siapa yang ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda, hendaklah ia menemuiku di balik lembah ini.” 

Betapa girangnya Abubakar saat diberitahu oleh Nabi bahwa dirinyalah yang terpilih akan menemani perjalanan hijrahnya Nabi. Saking senangnya, Abubakar membeli dua ekor unta pilihan yang nantinya akan digunakan sebagai alat transfortasi dirinya dan Nabi. Nabi menerimanya setelah membayar unta tersebut. 

Betapa setianya Ali bin Abu Thalib yang siap menjadi tumbal keganasan para algojo perwakilan kabilah dari orang-orang kafir quraisy yang bersiap menghabisi nyawanya, dimana di malam keberangkatan hijrah Nabi, bersedia menerima amanah dengan tidur di tempat yang biasa Nabi beristirahat, sehingga dikiranya Nabi masih tidur hingga pagi.

Betapa cekatannya Fuhairah yang bertugas mensterilkan lintasan setelah diliwati Nabi dan Abubakar. Di samping memerah susu dari gembalaannya dan mensuplay kepada Nabi, Fuhairah juga dengan segera mengembalakan domba-dombanya di sepanjang lintasan yang dilalui Nabi Muhammad dan Abubakar di malam harinya, agar tidak tampak jejak-jejak kaki atau pertanda telah diliwati.

Betapa hati-hatinya Asma binti Abubakar saat memberikan suplay makanan minuman kepada Nabi dan ayahandanya di persembunyian di Gua Tsur. Demikian juga Abdullah bin Abubakar yang ditugasi mencari informasi dan hal ikhwal perencanaan orang-orang kafir atas diri Nabi.

Betapa piwainya Abdullah bin Uraqith sang pemandu jalan hijrahnya Nabi bersama Abubakar sejak dari Makkah sampai Madinah. Untuk menghindari cagatan orang-orang kafir, Ia menunjukkan rute yang tidak lazim sehingga perjalanannya selamat.

Betapa riuh sambutan penduduk Madinah di saat Nabi tiba, sehingga lelah perjalanan terbayar sudah dengan sambutan pertanda kepenerimaan Islam yang nyata. Dan menjadi semakin cerah, karena ternyata Madinah Al-Munawarah benar-benar menebar cahaya, cahaya itu telah membebaskan dari gelapnya kebodohan, kejahiliyahan, dan kemusyrikan umat manusia. 

Menurut kajian sejarah di samping, aspek bagaimana (how) Nabi dan para sahabat mulia (who) memerankan diri dalam hijrah, juga tahun 622 (when) yang benar-benar menjadi ingatan kolektif, bahkan oleh Umar dijadikan sebagai awal penanggalan Islam dengan hijriyah. 

Tempat-tempat (where) sebagai jalur yang dilintasi Nabi juga menjadi saksi sejarah yang amat penting. Sesaat keluar dari kediamannya di Makkah dan bersama Abubakar menuju Gua Tsur, berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah, padahal Madinah yang dituju berada di sebelah utara Makkah. Langkah ini diambil untuk mengelabui kafir Quraisy. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari. Rute berikutnya ke arah barat menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu, bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma'bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah,  Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Nabi. Setelah itu, barulah Nabi menuju Madinah.

Pesan sejarah yang menjadi tema muhasabah hari ini tentu tidak sebatas ingatan pada 5w and 1h (what, who, when, where, why dan 1 how) saja, tetapi harus bisa menjadikannya energi positif yang akan memotivasi diri melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, terutama untuk kehidupan diri, keluarga. Syukur-syukur dapat membawa perubahan kepada kebaikan bagi kehidupan yang lebih luas. Kira-kira inilah yang kalau boleh saya sebut sebagai "kesadaran sejarah"  (history of consciousness). Jadi "membaca" sejarah hijrah itu harus berefek.

Oleh karena itu bila hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia begitu mengesankan, maka saya rasa ketika kita hijrah (dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik dan lebih syar'i) demikian juga adanya. Bedanya skopenya saja, mungkin lebih bersifat personal. Allahu a'lam