Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Lalu

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 11 Shafar 1443

Masa Lalu
Saudaraku, dalam muhasabah pekan pertama bulan shafar ini kita sudah mengambil ibrah tentang pentingnya waktu, maka kita akan terus berusaha memanfaatkan waktu yang masih disediakan oleh Allah baik dini hari, subuh, syuruq, dhuha, dhuhur, ashar, magrib maupun isya. Mengapa kita mesti memanfaatkan setiap sesi atas waktu yang masih disediakan Allah?

Ya, tentu. Karena sesi dari waktu-waktu itu spesifik, hanya sekali terjadi, tak akan pernah terulang kembali. Seyogyanya pada setiap sesi waktu yang màsih tersedia, kita dapat mengisinya dengan aktivitas bermakna semua, terutama untuk berta'abud illlah (beribadah kepada Allah), memakmurkan bumi yang kita huni, dan menebar kebajikan beramal shalih pada sesamanya.

Mengapa kita mesti memanfaatkan setiap sesi atas waktu yang masih disediakan Allah? Ya, tentu, karena ketika sesi dari waktu-waktu itu sudah terjadi, maka akan menjadi masa lalu.  Dengan demikian masa lalu adalah saat atau waktu yang sudah berlalu, sudah terjadi, dan sudah diliwati. Jadi sedetik atau semenit atau sejam atau sehari atau sepekan atau sebulan atau setahun atau sewindu, atau abad yang lalu merupakan masa silam. 

Apologi atau mengelu-elukan masa lalu - meskipun di masa lalu itu benar-benar hegemonis - dalam batas-batas tertentu mungkin dapat dipahami, tetapi mesti harus sangat hati-hati karena bisa menjadi tidak bijak lagi bila hanya apologi tanpa dibarengi dengan ikhtiar cerdas dan doa serius untuk meraih kesuksesan di masa kini.

Apapun namanya, yang pasti masa lalu itu ya waktu sudah berlalu, tak akan pernah terulang dan berulang kembali di masa kini dan datang secara persis. Kalaupun berulang, itu serupa saja, dan pasti waktu, tempat, kondisi dan orangnya pasti berbeda. Jadi peristiwa itu satu dan masa lalu itu ya satu, itu saja. 

Dalam konteks ini, Imam Al-Ghazali bertanya pada murid-muridnya "coba katakan, menurut pendapat kalian, apa yang paling jauh di dunia ini?" Maka muridnya ada yang menjawab negeri Cina, yang lainnya spontan bilang matahari dan yang lain lagi berkata rembulan dan bintang-bintang di langit.
"Benar, benar wahai murid-muridku terkasih!, semua orang yang kalian sebutkan memang jauh, negeri Cina memang jauh, matahari sangat jauh dengan kita. Demikian juga rembulan, bintang-bintang di langit memang sangat jauh dengan kita.Tetapi ketauhilah olehmu sekalian wahai muridku bahwa yang paling jauh dengan kita sejatinya adalah masa lalu", kata Sang Hujjatul Islam.

Allah mengingatkan kita dengan firmanNya dalam al-Qur'an yang artinya Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-banar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(Qs. Al-Ashr 1-3)

Karena masa lalu itu sangat jauh, tak mungkin terulang, maka hendaknya dijadikan ibrah sejarah. Masa lalu selalu menyediakan kenangan yang amat rapi, baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Di sana mengabadikan betapa bahagia dan beruntungnya orang-orang yang baik dan betapa nestapanya bagi orang-orang yang jahat. Betapa hebatnya Islam dan peradabannya saat dipimpin oleh orang-orang yang kapabel, kredibel dan acepatabel. Dan sebaliknya betapa kasihannya saat dikendalikan oleh para pihak yang berkualitas rendah. Oleh karenanya sebagai orang Islam semestinya kita mensyukuri waktu dengan beramal shalih masa lalu, baik di hati, lisan maupun dalam perbuatan nyata.

Kita mesti mensyukuri masa lalu bila telah diisi dengan berta"bud ilallah dan beramal shalih. Namun bila masa lalu itu masih banyak yang tidak atsu belum relevan dengan ajaran Islam dan belum berakhlaq al-karimah, maka hendaknya segera bertaubat.

Kita mesti meyakini bahwa masa lalu, selalu menyediakan ibrah sejarah bagi para ulul albab bagi orang-orang yang mau dan mampu memadu antara pikir dan dzikir, antara iman ilmu dan dengan mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin semoga kita senantiasa memetik ibrah masa lalu baik yang dialami oleh orang lain maupun diri sendiri agar dapat hidup lebih bijak pada masa kini dan nanti. 

Kini secara praktis kita bisa memaknai fase atas waktu yang masih disediakan oleh Allah. Inilah Kunci Sukses Dunia dan Akhirat 
Kita mulai sekarang berusaha mensyukuri waktu. Kini mari bangun dari peraduan; mari menjemput kemenangan; mari menjemput karunia Allah; mari ambil air sembahyang; mari shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon kebaikan apa saja yang diperlukam.

Aamiin ya Rabb