Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Pembalassn

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Shafar 1443

Masa Pembalasan

Saudaraku, dalam iman Islam diyakini bahwa rangkaian di akhirat setelah melintasi shirathal mustaqim adalah surga atau neraka. Orang-orang baik masuk surga dan orang tidak baik disediakan neraka. Tapi harusnya masuk surga itu lebih mudah ketimbang masuk neraka. Ya, benar. Karena pernah dalam suatu riwayat Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa semua umatnya sebagai hamba-hamba Allah itu akan masuk surga. Berikut haditsnya,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Artinya: Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, "Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga." (Hr Bukhari).

Mengapa ketaatan pada Rasulullah menjadi jaminan masuk surga? Ya, karena ketaatan pada Rasulullah berati juga ketaatan pada Allah. Allah berfirman:

قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Qs. Ali Inran 32)

Dengan taat kepada Allah dan RasulNya, kita akan diberitahu kunci-kunci masuk surga dan cara mmeraihnya serta bagainana menghindari neraka. Ya, bukan? Iya, coba kita renung-renung. Kini saat hidup di dunia ini kita terus dituntun harus melakukan apa dan meninggalkan apa; saat mau meninggal dunia melakukan apa; dan mengucapkan kata apa agar masuk surga. Bahkan saat kelak di alam kubur kita juga diberi bocoran pertanyaan Mailakat Munkar Nakir, sehingga kita bisa mempersiapkan jawabannya selagi di dunia. Ya, bukan? Masak semua kiat dan bicoran soal serta jawabannya sudah diberitahukan tapi tidak lulus juga???? Astaghfirullah 700 kali

Sementara masuk neraka itu harusnya sulit. Mengapa? Ya, karena sebagaimana surga, neraka itu kan makhluk yang diciptakan oleh Allah. Jadi sebagai makhkuk pasti taat pada Allah, Khaliknya. Kita juga makhluk diciptaanNya, bahkan kita ini sebagai makhluk yang paling mulia, paling sempurna di antara semua makhlukNya. Nah sama2 makhluk bukan? Apalagi kita ini pernah atau selalu menyebut nama Allah dan menyembahNya. Sesiapa yang menyebut nama Allah dan menyembahNya, masak masuk neraka? Tidak mungkin. (Titik).

Tetapi ya karena ada manusia yang tidak (baca belum) mau menyebut nama Allah dan menyembahNya, maka tentu Allah juga menyediakan tempat baginya. Semoga mereka ini sedikit saja. Itupun atas kemahamurahanNya, bisa saja suatu saat akan diangkat oleh Allah melalui Malaikat untuk dipindahkan ke surga. Nah surga atau neraka ini balasan atas perbuatan manusia itu sendiri. Inilah makanya tema muhasabah hari ini diracik di bawah judul Masa Pembalasan (baca Yaumul Jaza') 

Dalam iman Islam, di akhirat kelak hanya ada dua tempat saja, yaitu surga dan neraka. Tidak ada alternatif ketiga, yaitu antara surga dan neraka. Meski aliran Muktazilah berpendapat adanya doktrin manzila baina manzilatain atau tempat di antara surga dan neraka, maka setelah berpanjang kalam tetapi ujung-ujungnya juga berpulang pada salah satu dari keduanya dengan derajat yang berbeda.

Surga merupakan keadaan atau kesudahan bagi orang-orang yang baik dan sebaliknya neraka berpulang kepada orang jahat yang tidak sempat taubat. Saat hidupnya, bila ada orang yang setengah baik dan setengah jahat, atau kadang-kadang berlaku baik kadang-kadang jahat, maka sejatinya kebaikannya akan mengantarkannya ke surga, tetapi karena ada juga kejahatannya, maka ianya akan mengalami membersihan terlebih dulu di neraka, baru akhirnya ke surga. Bagi orang-orang yang menyadari hal ini, maka akan melakukan taubat nasuha selagi masih hidup di dunia ini, sehingga di akhirat kelak tidak perlu mampir dibersihkan di nerakaNya Allah.

Nah, ilustrasi di akhirat tersebut juga sudah terlihat sejak saat di dunia ini. Mengapa? Karena di dalam mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini di samping tersedia tempat yang aman, tentram, damai dan paling mulia memuliakan yakni di dalam masjid, juga terdapat tempat yang paling sengsara dan hina, yaitu saat dipenjara.
Dari segi bangunan dan ruangannya, meskipun relatif sifatnya, yang namanya masjid menjadi bangunan terbesar, terawat dan terindah ketimbang dengan bangunan atau rumah penduduk di sekitarnya, sehingga masjid menjadi tempat yang paling aman, nyaman, asri dan menyemangati untuk terus betah beribadah di dalamnya. Dan sebaliknya, penjara dan ruangannya lazimnya merupakan bangunan kokoh berduri, bersel-sel nan sempit, dan sesak menyesakkan dada penghuninya, sehingga harus segera diakhiri keluar darinya.

Dari segi terbuka atau tertutupnya, terlepas dari banyak atau sedikitnya orang yang memasuki dan beribadah di dalamnya, masjid selalu menjadi tempat terbuka untuk umum, sesiapa saja boleh menikmati keberkahannya. Tetapi sebaliknya penjara merupakan tempat tertutup, terkunci bahkan menjadi tempat yang paling rapat dan selalu diawasi.

Dari segi penampilan lahiriyah, pemakmur masjid berpenampilan warna warni, sopan, lembut, ramah dan istiqamah dalam ketaatan. Dan sebaliknya penghuni sel di penjara berpenampilan lesu, tak bersemangat atau malah sangar, atau bengis dan "berbahaya".

Tentu menjadi sebuah ironi apabila masjid sebagai tempat yang paling mulia memuliakan justru sedikit orang yang datang, dan sepi pengunjung. Eh..sebaliknya, penjara tempat yang paling hina, sengsara menyengsarakan justru dijejali oleh banyak orang karena kejahatannya.

Sebagai orang Islam, kita meyakini bahwa di atas bumi ini terdapat banyak tempat yang mulia dan dimuliakan, baik oleh Allah maupun manusia, seperti Masjidil Haram Makkah d Madinah, Masjid al-Aqsha di Palestina, masjid-masjid ibukota di berbagai-bagai negara, masjid di provinsi, masjid di manapun berada.

Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Qs. Ali Imran 96-97)

Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya, Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad)

Palestina menjadi mulia dan dimuliakan karena terdapat Masjid al-Aqsha dan pernah menjadi arah kiblat shalat kaum muslimin beberapa saat setelah dan sebelumnya kemudian berpindah lagi ke Ka'bah di Makkah. Di samping itu, Masjid al-Aqsha juga menjadi tujuan isra' sebelum mi'rajnya ke Sidratul Muntaha.
Allah berfirman yang artinya Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada suatu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang diberkahi di sekitarnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya (Nabi Muhammad) sebagian dari tanda-tanda Kekuasaan Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (Qs. Al-Isra’ 1).

Saudaraku, bila kita cermati, maka tempat adalah tempat, rumah, jasad, casing, artificial yang dalam Islam tetap sangat penting dan dipentingkan. Akan tetapi sebuah tempat akan menjadi mulia dan dimuliakan oleh Allah dan manusia ketika dibarengi dengan kemuliaan dengan orang-orang di dalamnya, kualitas kebaikan isinya, aktivitas kebajikan di dalamnya, dan kadar substansi kesalihannya.

Dan sebaliknya penjara, karena selama ini identik sebagai tempat menjalani hukuman bagi orang-orang yang karena kejahatannya, maka menjadi kesudahan terburuk bagi sesiapa saja. Oleh karena itu sebagai orang Islam sudah semestinya mensyukuri adanya pemberitaan surga (baca masjid) berikut kenikmatannya dan peringatan neraka (baca penjara) berikut kesengsaraannya. 

Pertama, mensyukuri adanya tempat-tempat yang mulia dan dimuliakan, di hati dengan meyakini bahwa mulianya suatu tempat ketika disuport oleh kemuliaan kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Dan ada yang sebaliknya. Kedua, mensyukuri dengan lisan yaitu mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin, semoga Allah hanya meringankan langkah kaki kita ke "masjid" (baca surga) tempat mulia dan dimuliakan oleh Allah ta'ala dan mencegah ke penjara (baca neraka). Ketiga, mensyukuri dengan perbuatan nyata, yaitu menjadikan tempat di manapun kita berada seperti di masjid, kampus, sekolah, rumah, jalan, pasar, dan atau di tempat bekerja lainnya menjadi saksi bisu atas kemuliaan sikap kita, keshalihan perilaku kita, jernihnya ide pikiran kita, sopan santunnya bahasa kita. Sekaligus menghindari perilaku yang menyebabkan terjerumus ke penjara (baca neraka).

Saudaraku, kini dan seterusnya mari segera bangkit dari tidur nyenyak kita; mari bangun dari peraduan; mari menjemput kemenangan; mari menjemput karunia Allah; mari ambil air sembahyang; mari shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan memohon agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk menjadi ahli surga dan dijauhkan menhafi ahli neraka. Aamiin ya Rabb.