Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Hidayah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Muharam 1443

Pesan Hidayah
Saudaraķu, secara sederhana hidayah itu petunjuk yang berisi segala jalan yang disediakan atau dianugrahkan oleh Allah kepada hamba-hambaNya. Sehingga hamba-hambaNya selalu dallam kebaikan dan keridhaanNya.

Dulu sekali kita juga diingatkan tentang tema, mensyukuri hidayah. Tapi ini rada teoretik. Bisa dengan mudah bibaca di buku-buku atau kitab. Tetapi kali ini izinkan berbagi pengalaman "spiritual" yang tentu sangat subyektif loen tuan Sri Suyanta setidaknya dalam sepekan terakhir.

Tentu, kini kita, utamanya saya harus benar-benar bersyukur pada Allah atas segala kesempatan termasuk sudah selesai merasakan "dahsyat" nya virus sakit beberapa hari (11 hari). Dalam hal ini sering ditanya atau ditelpon oleh banyak saudara saudara yang mendengar berita diri "Bagaimana kabarnya Pak?" Malah ada yang nanya, boleh katemu hari ini di mana? Maka kalau mau jujur lalu menjawab "ya Allah saya lagi berjuang, saya sedang isoman, kami lagi "covid" di kedianan sudah sepekan ini".

Setelah saya, renung-renung jawaban seperti itu sepertinya ada yang tidak tepat. Tapi apanya ya? Ada beberapa dugaan atas kedhaifan saya. Ketika kita bilang sedang berjuang berarti kita ini sedang berperang melawan virus. Nah di sini kita sudah memposisikan bahwa ada virus "menyerang" kita. Padahal memang begitu adanya. Tetapi di sini saya merasa ada terselubung "kesembongan" padahal, apalah diri ini di lautan kehidupan yang tak bertepi.

Lalu juga jawaban "saya covid baru sepekan ini" jawaban ini sejatinya juga bermasalah, bukan karena kebenaran covidnya. Harusnya alhamdulillah selama ini kami sehat wa afiat, sudah sepekan ini dianugrahi pengalaman yang berbeda dan menjadi lebih bersyukur setelah terbebas dari rasa sakit.

Kita seringkali tidak bisa bersabar dan ada kesan mendekte Allah, misalnya dalam hal covid, hari ini virus datang, maunya langsung hilang. Padahal kita tidak tahu bagaimana Allah dengn hukum alamnya menguji imunitas tubuh kita, kapan dan dengan cara apa Allah aksn mengangkatnya, ini rahasia Allah. Untuk semua sikap salah maka kita harus terus banyak-banyak istighfar.

Tetapi di atas segalanya atas pengalaman 11 hari terakhir ini hidayah Allah begitu sangat dekat. Hidayah sebagai petunjuk yang berisi segala jalan yang disediakan atau dianugrahkan oleh Allah kepada hamba-hambaNya. Sehingga hamba-hambaNya selalu dallam kebaikan dan keridhaanNya. Berikut "hidayah" yang saya terima sehingga sehat wa alafiat kembali.

Di antara tip yang dikirim oleh saudara di sosia media. (pak Yanta
ini yg ena lakukan saat isoman. 
1. minum madu +propolis saat bangun subuh
2. air putih hangat selalu sedikit2, air yg agak panas diseruput dikit2.
3. makan nasi (yg lengkap menunya, ada ikan, sayur), pagi, siang, dan malam.
4. jam 10 pagi makan telur rebus satu, dan kue2 serta jus satu gelas, jus apa saja.
5. jam 14 s/d 16 tidur siang, bangun tidur minum susu beruang,
6. waktu gak minum lagi obat covid, mulai minum air kelapa muda sktr jam 17.00
7. kalau mau mandi pakai air hangat
8. menjelang magrib minum air rebusan ( serei satu ptng, cengkeh aceh 5 biji, jahe merah satu ruas ibu jari dan  kayu manis dua ruas jari telunjuk, direbus dg 500ml air sampai mendidih), waktu malam saat mau tidur hirup uap air panas yg dicampur minyak kayu putih sktr 10 kali hirup
9. menjelang tidur minum air hangat, seruput air panas, dan oles minyak kayu putih di hidung.
10. hafal2 ayat qur'an dan zikir sampai tertidur. begitu pak Yanta tipsnya, mgkn ada yg bisa diikuti).

Lalu juga harus banyak minum air hangat kapan saja harus dilakukan, mengonsumsi madu yang ditambahahkan pada jus buah tomat, sirsak, jeruk, jeruk nipis (termasuk kelapa muda) atau apa saja yang disiapkan oleh keluarga atau sendiri. Segala minyak gosok eperti minyak tawon, miyak kayu putih, hampir untuk "mandi" setiap saat. Dan karena masih sering menggigil, maka hidayah Allah mengingatkan saya pada kompor gas atas jerangan air yang diisi kayu manu, cengkeh, sere, jahe merah secukupnya, sehingga bisa pengasapan kapan saja. Dan saya merasakan kelegaan yang harus terus disyukuri. Kalau masih ada rasa mual-mual dan demam tinggi, saya terus akan melakukan pengasapan ini. Sambil pengasapan saya instighfar teriak sebiasanya mohon ampun terus menerus dan terus menerus sampai Allah membebaskan saya dari rasa sakit.

Hidayah itu begitu dekat, seluruh obat yang dikirim dan dipersiapkan oleh keluarga, tak satupun yang luput, dambil berdoa apa saja sebelum dan usai mengondumsinya.

Hidayah itu begitu dekat dengan tersedianya kesetiaan keluarga dan saudara dalam mendampingi, membantu dan memberi alternatif solusi. Dan tentu masih banyak lagi yang belum bisa diceritakan di sini tetapi ia tetap menjadi karunia yang harus terus disyukuri.

Sampai di sini pengalaman subyektif yang bisa saya tulis, sementara  tentang hidayah secara teoretik imani dapat dikuti uraian berikut. Allah dengan kemurahanNya telah memberikan atau menurunkan petunjuk atau hidayah kepada manusia berupa hidayah insting, panca indrera, hati, hidayah agama dan hidayah taufiq.

Ketika lahir, setiap manusia sudah membawa insting  manusiawi yang lazim disebut hidayah al-wijdan, seperti naluri menangis saat lapar atau merasakan ketidaknyamanan, cenderung pada kebaikan diri, dan menghindarkan diri dari mara bahaya.

Di samping itu, setiap diri juga dianugrahi panca indera oleh Allah, yang lazim disebut hidayah al-khawas, seperti tangan atau kulit untuk meraba, telinga untuk nendengar, mata untuk mrlihat, hidung untuk membaui, lidah untuk merasa cita rasa sesuatu.

Allah juga menganugrahi manusia potensi akal pikiran yang luar biasa potensial dan kekuatannya yang lazim disebut hidayah al-'aql.

Selanjutnya Allah juga menurunkan syariat Islam sebagai al-diin kepada manusia, yang lazim disebut hidayah al-diin agar manusia bahagia baik di dunia maupun akhirat. Nah di sinilah kemudian ternyata ada banyak orang yang mentaati syariatNya dan selainnya ada yang mengingkarinya. Orang-orang yang mentaati syariat Allah inilah yang lazim disebut sebagai orang-orang yang memperoleh hidayah taufik dari Allah swt.

Oleh karenanya tema muhasabah hari ini kita akan mengulangkaji tentang kebe4kaham mensyukuri  asmaul husnaNya Allah yang relevan dengan Zat Yang Maha Pemberi Petunjuk, yaiti al-Haadiy.

Al-Haadiy secara bebas dipahami bahwa Allah adalah zat yang maha menunjuki hamba-hambaNya pada jalan yang benar membahagiakan. Allah adalah zat yamg maha pemberi hidayah kepada  sesiapapun yang dikehendakiNya.

Al-Qur'an Allah Swt. berfirman, yang artinya “Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (Qs. Al Furqan 31)

Di tempat lain Allah juga berfirman yang maknanya, Musa berkata: “Tuhan Kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Thahaa 50)

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf 178).

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Qs. al-Kahf 17).

Oleh karena itu sudah seharusnya, kita memgembangkan akhlak untuk mensyukuri al-Haadiy baik di hati, lisan maupun praktik sehari-hari.

Pertama, mensyukuri al-Haadiy di hati dengan meyakini bahwa Allah maha pemberi hidayah, zat yang maha menunjuki hamba-hambaNya kepada jalan yang benar nan membahagiakan.

Kedua, mensyukuri al-Haadiy  dengan memperbanyak ucapan alhamdulillahirabbil 'alamin. Dengan memuji dengan asmaNya al-Haadiy, semoga Allah senantiada menunjuki kita kepada jalanNya. Karena tanpa petunjukNya, kita bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, tidak akan bisa berfikir, berniat, berbuat kebaikan sedikitpun.
 
Ketiga, mensyukuri al-Haadiy dengan tindakan nyata seperti terus memohon petunjukNya. Dalam shalat yang kita lakukan, minimal 17 kali dalam sehari semalam kita memohon petunjuk dari Allah. Petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang memperoleh kebahagiaan, bukan jalannya orang-orang yang memperoleh kemurkaan Allah dan bukan pula jalannya orang-orang yang mendapat laknat dari Allah.