Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan KemahakenalanNya

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 23 Muharam 1443

Pesan KemahatelitianNya
Saudaraku, bila muhasabah yang baru lalu secara kontekstual menyoal kedhaifan hamba yang belum sepenuhnya bisa ditulis, maka hari ini dengan berusaha bangkit memgumpulkan kekuatan yang masih tersisa akibat "perang tunggal melawan" virus yang sudah memporak perandakan kekuatan termasuk kekuatan berbicara, daya tahan, penciuman, pengecapan dan konsentasi saya sepekan terakhir ini. 

Saya katakan "perang" karena virusnya begitu nyata dan benar-benar menjelma menjadi "makhluk memyeramkan" di depan mata. Herannya, kemana pun dan di manapun saya berada (di rumah di lantai dua, di dapur, di kamar mandi, di luar rumah meski pukul 2.00- pukul 3.00, apalagi di tempat tidur) ia persis di depan kesadaran insani saya.

Hanya saat shalat-shalat fardu saja, rasanya saya bisa merasa jeda perang. Dan tentu saat shalat malam yang durasinya dan rekaatnya relatif banyak. Tetapi ini juga ternyata shalatku belum cukup untuk segera memenangkan perang tungggalku, kecuali benar-benar karena kemahapengasihan Allah dan kemalembutanNya.

Sudah lebih dari sepekan "perang tunggal" itu harus dimulai meskipun genderang perangnya awalnya hanya sayup-sayup. Dan kini dengan kedhaifan yang ada pada hamba, saya berharap sudah meliwati hari-hari sulit itu dan terus berusaha sebisanya menjemput karunia sehat wa l afiyat dari Alllah.

Karena saya yakin sepenuhnya bahwa Allah maha mengetahui hal ikhwal dan kebersediaaan diri ini menanggung ujian, maka ketika pengetahuan Allah itu serba meliputi dan menjangkau semuanya sampai yang sekecil-kecilnya, saya hanya berusaha menjemputNya dengan melakukan apapun ketaatan dan sekecil apapun jua.

 Dalam hahasa asmaul husna, kemahatelitian Alllah disebut Al-Khabiir. Al-Khabiir secara umum dipahami bahwa Allah adalah zat Yang Maha Mengetahui dengan pengetahuan yang sempurna, baik yang global maupun yang terperinci. Allah Maha Lembut pengetahuanNya. Allah berfirman yang artinya Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-An’am 73)

Demikian juga, Barangsiapa yang dijauhkan adzab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata. Jika Allah menimpakan suatu? kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-An’am 16-18).

Dan "Tidak seorangpun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman 34). Dengan demikian hanya Allah lah yang mengetahui hal ikhwal tibanya kematian seseorang.

Pada ayat lain, Allah berfirman yang maknanya “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat 13). Kesejatian takwa seseorang hanya diketahui oleh Allah saja. Demikian juga ayat yang maknanya “Segala puji bagi Allah, yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi; bagi-Nya segala puji di akherat. Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang merasuk ke dalam bumi dan apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana.” (Qs. Saba: 1-2).

“Dia tak tercapai oleh segala indera, tetapi ia mencapai segala indera. Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui. (Qs. Al-An’am: 103).

"Sekiranya Allah me­lapangkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat semaunya di muka bumi. Tetapi Dia menurunkannya sesuai dengan ukuran yang di­kehendaki-Nya; terhadap hamba-hamba-Nya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.” (QS. Syuura: 27).

Oleh karena itu kali ini kita mengulang kaji kembali tentang akhlak mensyukuri al-Khabiir.

Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa Allah adalah Zat Maha Mengetahui dengan pengetahuan yang sempurna, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. 

Kedua, mensyukuri al-Khabiir dengan terus memujiNya seraya memperbanyak melafalkan alhamdulillahirabbil'alamin, agar Allah  mengaruniai ilmu dan pemahaman kepada kita dan diberi kempuan untuk mengamalkannya.

Ketiga, mensyukuri al-Khabiir dengan tindakan nyata yaitu meneladani dan mengukuhkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya menjadi pribadi yang teliti dan hati-hati dalam segala hal.