Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Energi Positif

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Rabiul Awwal 1443

Lahirnya Energi Positif
Sudaraku, , di samping rasa aman damai sejahtera, berkeadilan, lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan Islam yang didakwahkan nantinya, juga mendorong umatnya untuk terus melahirkan energi positif. Mengapa? Ya, karena seluruh ajaran Islam seperti beriman pada Allah, beribadah shalat, puasa, zakat haji, berbagi, dzikir, dan berakhlak mulia merupakan praktik baik dalam melahirjan energi positif.  Yakni energi yang memvasilitasi lahirnya kekuatan yang memperbaiki, membangun, memperindah, memotivasi, menyemangati seseorang untuk melakukan kebaikan dan kebaikan lebih banyak lagi dan sekaligus menolak keburukan. Inilah ajaran Islam.

Kapanpun, di manapun, dengan siapapun dan dalam kondisi yang bagaimanapun juga, kita selali dipandu oleh Islam untuk melahirkan energi positif, sejak berpikir positif, berniat positif, bersikap positif sampai membuat putusan atau melakukan sesuatu aktivitas yang positif saja. Sebab, dalam iman Islam, niat baik, pikiran jernih, perilaku shalih dan semua penunaian amal ibadah apalagi ibadah mahdhah merupakan energi positif yang dapat melahirkan cara pandang positif dan perilaku positif, sehingga meraih kesuksesan demi kesuksesan, rasa bahagia demi rasa bahagia, pencapaian cita-cita yang satu ke cita-cita berikutnya.

Oleh karenanya, berinan, beribadah berdoa, dzikir, shalat, puasa, sedekah, dan semua amal ibadat yang dikerjakan oleh seseorang akan menuntunnya untuk terus susul menyusul melakukan serial ibadah berikutnya, di saat berikutnya, di hari, pekan, bulan, tahun dan terus menerus akan berulang dan diulang, sehinga terasa benar kenikmatannya. Dengan demikian kebaikan merupakan kekuatan yang terus memotivasi untuk melakukan kebaikan demi kebaikan berikutnya.

Ajaran untuk beriman kepada Allah dan hari akhir, misalnya, terbukti sangat membantu kita untuk melahirkan energi positif yang akan memengaruhi lahirnya pikiran, niat dan perilaku yang positif. Dengan beriman kepada Allah dan hari akhir, hati kita menjadi aman tentram. Kondisi psikologis yang kondusif ini menjadi modal utama untuk meraih rasa bahagia deni rasa bahagia yang telah  disediakan oleh Allah ta'ala. Demikian juga ibadah. 

Shalat berjamaah lima kali sehari semalam yang sudah mewujud secara kukuh dalam kehidupan selama ini akan terus menghidayahi dan menuntun kita untuk penunaian shalat berjamaah secara istiqamah ajeg dan berkualitas. Seandainya sudah masuk waktu shalat, tetapi belum melakukannya, maka hati kita tidak akan nyaman tentram sampai ditunaikannya shalat itu sendiri. Bahkan esok hari kita dituntunnya untuk bersiap di atas sajadah jauh sebelum saat adzan dikumandangkan. 

Bangun dini hari di sepertiga malam terakhir untuk menghidupkannya dengan shalat malam dan tilawah al-Qur'an, membaca dan menulis yang sudah berhasil dibiasakan, akan mendorong kita untuk bangun secara otomatis agar dapat mengerjakan hal yang sama atau lebih baik lagi di esok hari dan seterusnya. Mengapa? Ya, di antaranya, karena kita telah merasakan kebermanfaatan dan keberkahan menghdupkan diri hari dengat ibadah, dengan qiyamul lail. Begitu juga aktivitas shalih lainnya akan terus mengajak pelakunya untuk terus beramal shalih di masa-masa datang.

Berbagi rezeki seperti harta benda, kesempatan, peluang, ilmu kepada sesamanya juga melahirkan energi positif yang maha dahsyat. Dengan berbagi maka rezeki menjadi semakin melimpah berkah, ilmu menjadi hikmah, hati menjadi lebih membahagia. Maka berbahagialah bagi kita yang dianugrahi kecukupan rezeki sehingga manpu berbagi.

Langkah konkret ubtuk melahirkan energi positif, sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karunia Allah ta'ala. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita. Kuta memohon kepada Allah; ya Allah ya Haadiy ya Mujjbassailin anugrahilah kami petunjukMu ya Rabb. Ya Allah ya Qawiy, ya Allah berilah kami kekuatan untuk memelihara diri, keluarga kami dan saudara-saudara seiman kami dalam ketaatan kepadaMu ya Rabb, sehingga kami senantiasa bahagia dalam pelukan ridhaMu ya Rahman. 

Ketika kita mampu melahirkan energi positif yang sambung menyambung dalam realitas amaliah keseharian yang nyata sekaligus dapat memininalisir energi negatif, maka sudah seharusnya kita mensyukurinya baik dengan hati, lisan maupun perbuatan nyata.
Pertama, bersyukur di hati dengan meyakini bahwa Allah maha menunjuki hamba-hambaNya, memberi kekuatan untuk terus dalam ketaatan kepadaNya dan terhalang dari perilaku yang tidak diridhaiNya.

Kedua, bersyukur dengan lisan, yaitu dengan terus memperbanyak mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan sering memujiNya, kita senatiasa merasa bersamaNya. Karena kebersamaan dengan Allah ini, menghantarkan kita pada muraqabah sehingga terus memenangkan energi positif guna meraih ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan hidup.

Ketiga bersyukur dengan langkah konkret, di antaranya berusaha melahirkan energi postif dengan terus mendekatkan diri kita kepada Allah dengan cara melaksanakan apapun titahNya dan meninggalkan apapun yang dibenci atau dilarangNya. Inilah energi positif yang akan membimbing kita kepada ketaatan demi ketaatan; kebahagiaan demi kebahagiaan.

Aamiin ta Rabb al-'alamin