Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Generasi Baru

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Rabiul Awwal 1443

Lahirnya Generasi Baru
Saudaraku, lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan Islam yang didahwahkan nantinya sejatinya juga menjadi era baru. Sehingga karenanya ijinkan saya menyebutnya sebagai era lahirnya generasi baru. Inilah yang melatari sehingga tema muhasabah hari ini diracik di bawah judul judul lahirnya generasi baru.

Ya, generasi baru pada diri Nabi Muhammad saw setidaknya mengemban dua peran, yakni peran penerus dan peran pengganti. Cobalah buka sejarah; di sana akan sangat jelas didapati informasi valid bahwa Muhammad al-Amin mengemban peran risalah, amanah kenabian, tugas kerasulan sebagaimana para rasul sebelumnya. Artinya, Nabi Muhammad saw mengemban peran sebagai penerus estafet kerisalahan yang sambung menyambung sedari Nabi Adam as, Nabi Nuh, as dan seterusnya sampai pada Nabi Isa as sebelum beliau sendiri.

Dalam kapasitasnya sebagai pengemban peran penerus, maka sejatinya Nabi Muhammad saw juga melakukan tugas yang sama dengan para rasul sebelumnya, yakni menyampaikan Islam, mendakwahkan kebenaran, mengajak umat manusia kepada jalan keselamatan sehingga menuai rasa bahagia demi rasa bahagia, baik saat hidup di dunia ini maupun apalagi di akhirat nanti.

Dalam hal Islam yang berintikan tauhid, yakni doktrin mengesakan Allah dan kewajiban menyembaNya, maka semua rasul sama, tidak boleh dibeda-bedakan. Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiya 25).

Dan, Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (Qs. Al-Baqarah 285)

Makanya dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa para nabi bagaikan saudara seayah, agamanya satu yaitu  Islam, dan ibu-ibu (syari'at-syari'at) mereka berbeda-beda” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Dan sebagai peran pengganti, lahirnya kanjeng nabi benar-benar menggantikan generasi yang melingkupi sosial masyarakatnya. Nah,apa yang diganti? Ya, ragam deskrepansi atau penyimpangan dalam berakidah yang sudah membudaya mengkristal bahkan turun temurun. Di wilayah Arab, masa-masa ini disebut era jahiliyah. Masyarakatnya politheisme, musyrik, paganis, tatanannya menstratafikasi, yang besar mengeksploitasi yang kecil, yang kuat menjadikan budak yang lemah,  perang antar klan, membunuh anak perempuan dan praktik jahiliyah lainnya. 

Nah semua praktik jahiliyah tersebut secara bertahap dibenahi, diluruskan dan diganti dengan Islam yang monotheisne, bertuhankan Allah semata, masyarakatnya elegan, sama di hadapan hukum, menghapuskan perbudakan, menawarkan kedamaian meminimalisir atau menghapuskan perang, menghormati kaum perempuan dan praktik baik lainnya.

Begitulah lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad saw dan semoga juga kita meskipun dalam skope kecil dan terbatas. Karena sesuai dengan sunnatullah dan seiring dengan berjalannya masa, setiap saat ada saja yang lahir, yang lahir merangsek menjadi balita, yang balita menjadi remaja, yang remaja menjadi pemuda, yang muda akan menjadi tua, yang sudah tua menjadi renta dan akhirnya tiada. 

Nah, secara alamiyah kita sejatinya juga sebagai pengganti dari orangtua kita. Putra putri kita juga akan mengemban peran yang sama. Ya sebagai generasi penerus dan pengganti. Makanya kita sering mendengar ungkapan para pemuda harapan bangsa, anak-anak adalah tunas-tunas harapan bangsa dan solgan lainnya adalah menunjukkan bahwa pentingnya memahami dan mengemban peran penerus dan pengganti tadi.

Sebagai penerus karena generasi muda dan anak-anak putra putri kita diharapkan akan dapat meneruskan segala kebaikan dan kemaslahatan yang telah diperankan oleh pendahulunya. Di sinilah pewarisan nilai terjadi dan menjadi sangat signifikan. Segala kebaikan harus melembaga dan selalu menhadi realitas yang nyata dalam kehidupan manusia, kapanpun dan di manapun 

Sebagai pengganti karena generasi muda diharapkan dapat memperbaiki dan bahkan mengganti segala kekurangan, kejahatan, ketidakpedulian, kejahiliyahan yang mungkin masih diperankan oleh para pendahulunya. Di sinilah pentingnya revolusi, baik revolusi fisik maupun revolusi mental. Oleh karenanya segala kekurangan dan kejahiliyahan harus dikoreksi, direvisi bahkan diganti dengan kebaikan dan kemaslahatan sehingga berkeadaban. Aamiin ya Rabb.