Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Kedermawanan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 10 Rabiul Awwal 1443

Lahirnya Kedermawanan
Saudaraku, dalam iman Islam kita meyakini bahwa hanya Allahlah yang menurunkan rasa bahagia kepada hamba-hamba-Nya. Mengapa? Iyalah, karena kita manusia ini makhluk ciptaanNya. Maka yang maha mengerahui tentang hal ikhwal diri kita ya Allah. Di sinilah di antara letak kemaharahman rahimNya, Allah menunjuki manusia bagaimana caranya bisa berbahagia; Allah juga mengirim rasul utusan dan menurunkan wahyu.

Karena bahagia itu anugrah Allah, maka dalam tasawuf kita diberitahu bahwa bahagia itu adalah HAL (jamaknya ahwal) yakni kondisi psikologis anugrah Allah yang mewujud pada kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intensif dirasakan. Nah, Allah menurunkan HAL, hanya ketika hamba-hambaNya berusaha naik (taraqy) menjemputnya. Di antara upaya menjemput katunia Allah berupa bahagia adalah dengan qanaah sebagaimana muhasabah yang baru lalu. Di samping dengan qanaah, juga dengsn berbagi sehingga kita memiliki sikap kedetmawanan. Jadi menjemput rasa bahagia bisa dengan berderma. Inilah yang melatari tema muhasabah hari ini lahirnya kedermawanan.

Selama ini kita juga dituntun bahwa  kebahagian hakiki bisa dirasakan ' di antaranya - dari apa yang bisa kita beri atau saat bisa berbagi, bukan tergantung pada apa yang kita punyai. Inilah di antara nilai filosofis zakat, wakaf, infak, sedekah, penyediaan beasiswa atau tuntunan kedermawanan lainnya. Nah untuk bisa memberi, di samping harus memiliki apa yang akan diberikan, tetapi juga yang lebih penting harus memiliki 'hati'. Makanya di sini kita dituntut ikhtiar dan berdoa: ikhtiar mencari rezeki dan berdoa agar teta mempunyai hati.

Meskipun berbagi sering dipersempit pasa hal-hal yang bersifat materi, tetapi.sejatinya luas, bisa ke seluruh aspek kehidupan. Oleh katenanya kita bisa berbagi materi, ilmu dan doa mendoakan. Petuah imaginer terhadap realitas yang bisa saja terjadi di kehidupan ini layak kita renungkan. Jangan biarkan orang-orang yang ada di sekitar kita berwajah muram atau senyumannya setengah hati lantaran kemiskinan atau ekonomi yang menghimpit. Jangan ditinggalkan orang-orang yang di sekitar kita bergelimang dalam dosa lantaran kejahiliyahan mereka. Jangan diacuhkan orang-orang yang ada di sekitar kita berkubang dalam kafir mengkafirkan, permusuhan dan dendam lantaran persoalan-persoalan furu'iyah dalam beragama padahal Rabbnya sama, Rasulnyapun sama, kitab sucinyapun sama, dan saat shalat kiblatnyapun sama.

Nah materi uluran tangan kita dinanti-nanti, ide dan gagasan cemerlang kita terus diapresiasi tinggi dan siraman rohani yang memungkinkan turunnya hidayah ilahi sangat menyejukkan hati. Semoga kita bisa istikamah.