Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Kesejahteraan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 18 Rabiul Awwal 1443

Lahirnya Kesejahteraan
Saudaraku, di samping rasa aman, lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan Islam yang didakwahkan nantinya, juga menawarkan kesejahteraan hidup. Bagaimana memahaminya? Begini. Hidup di dunia ini berlangsung dan dialami oleh setiap manusia, dan manusia berdimensi ganda, baik lahiriyah maupun bathiniyah. Nah, Islam menuntun pemeluknya untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun phikhisnya. Bila sejahtera terindikasi pada aspek lahiriyah, tetapi sejatinya kesejahteraan itu cendetung lebih bersifat phikhis. Jadi kesejahteraan itu mengakomodir dimensi lahiriah tetapi lebih cenderung ke bathiniah, dipahami sebagai hidup yang aman, damai sentosa, makmur, cukup pangan sandang papan dan sehat wa afiat. Jadi Islam sangat peduli terhadap kesejahteraan lahiriyah, apatah lagi bathiniyah.

Kira-kira gambaran tentang kesejahteraan hidup dapat kita temukan pada kehidupan di surga seperti yang pernah disinggahi oleh nenek moyang manusia, yaitu Nabi Adam dan Hawa. Allah berfirman yang artinya, Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Baqarah 35)

Karena sarat dengan kenikmatan, maka sejatinya kenikmatan yang dirasakan dalam kehidupan surga secara keseluruhan tidak bisa dilukiskan dengan diskripsi kata-kata. Hanya saja untuk mendekatkan pemahaman hamba, maka Allah memberikan penggalan gambaran dan sedikit ilustrasi manusiawi. Dan ini menjadi sangat penting.

Berikuti ini sebagian gambaran kenikmatan surga yang lazim kita dapatkan. Pertama, dapat merasakan nikmatnya sungai susu, arak, dan madu, sebagaimana Allah berfirman (Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring. (Qs. Muhammad 15).

Kedua, mendapatkan pasangan yang masih belia dan berumur sebaya, sebagaimana firman Allah ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya. (Qs. Al-Naba 31-33).

Ketiga, mendapat segala makanan, buah-buahan yang diinginkan. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al-Waqi’ah 20-21). “Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa” (QS. Al-Baqarah 25).

Keempat, minuman di surga disebutkan “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Insan 5-6). Oleh karena itu surga yang pernah ditempati atau disinggahi oleh manusia (Adam Hawa) tentu bukan hanya dunia cita-cita, tetapi harus menjadi inspirasi bagi semua manusia untuk merealisasikannya sehingga "surga" menjadi dunia nyata di sini di dunia ini.

Agaknya perlu diingat bahwa manusia (Adam Hawa) tidak diciptakan oleh Allah untuk menderita, tetapi untuk bahagia dan sejahtera. Makanya manusia (Adam Hawa) tidak punya pengalaman hidup di neraka, yang ada adalah pengalaman hidup di surga.
Suasana dan kehidupan yang sejahtera yang aman, nyaman, tenteram, bersih, teratur rapi, indah mempesona, makmur menyelimuti dan keserbaragaman kebahagiaan yang pernah dinikmati di surga oleh diri manusia (Adam Hawa) menjadi gambaran idealitas yang semestinya menjadi realitas kita di dunia ini.
Idealitas hidup sejahtera itu bisa menjadi realitas hanya ketika kita sebagai manusia dapat berperan sebagai khalifah di bumi yang mau mengabdi dan mampu memakmurkan bumi.

Agar mampu mengemban amanah tersebut, Allah sudah membekali setiap diri dengan ragam potensi, yang tersimpul dalam potensi fisik, akal dan hati. Maka kini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk bahu membahu berpacu menggali dan memberdayakan potensi agar menjadi pengabdi dan pemakmur bumi, sehingga benar-benar dapat merasakan hidup sejahtera di dunia ini dan memperoleh kesempurnaannya di akhirat kelak. 

Dengan mengikuti petunjuk dari Allah Yang Maha Baik, kita hidup di dunia dengan baik-baik sehingga sejahtera, dan endingnyapun akan berada dalam kesejahteraan dan kebaikan, yaitu bahagia di surga. Semoga kita mampu merealisasikan kehidupan surga sejak dari sekarang di dunia ini. Di mulai dari sendiri, keluarga sehingga baitiy jannatiy, dan masyarakat sekitarnya. Aamiin