Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Kesetaraan Gender

 Suyanta Harsa
Muhasabah  Yaumul Bidh ke-3 15 Rabiul Awwal 1443


Lahirnya Kesetaraan Gender
Saudaraku,  Allah berfirman yang artinya Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al-Hujurat 13)

Berdasarkan normativitas yang terjemahannya tertera di atas di antaranya jelas nenyebutkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Keduanya memiiki kedudukan yang sama di hadapan Allah, kecuali ketakwaannya yang menjadikannya lebih mulia. Ajaran dan pengakuan seperti ini kemudian dikenal dengan kesetaraan gender; emansipasi wanita, atau sebutan tentang pengarusutamaan gender lainnya. Mengingat di antara pesan kuat ajaran Islam yang dibawa berisi tentang pengarusutamaan gender, maka kelahiran Nabi Muhammad saw sejatinya bisa dimaknai sebagai lahirnya kesetaraan gender.

Secara umum pengarusutamaan gender dimaksudkan sebagai strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik rumah tanvga, masyarakat maupun bangsa negara dan agama melalui  kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan. 

Secara singkat pengarusutamaan gender saya pahami sebagai upaya "mengapresiasi" seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan dalam pembangunan. Apalagi bila diingat tentang profesionalitas ada pada laki-laki maupun perempuan. 

Tentang praktik kelamnya nasib kaum perempuan dengan mudah dicari informasinya dalam sejarah kemanusiaan.  Semasa jahiliyah Arab, misalnya, seorang perempuan tidak dihargai sama sekali. Seorang laki'-laki dengan mudahnya mewarisi perempuan janda dari mendiang ayahnya, mengubur hidup-hidup bayinya ketika diketahui berjenis perempuan,dan praktik diskriminatif lainnya.

Begitulah latar sejarah yang melingkupi lahirnya Nabi Muhammad saw. Pada saatnya nanti, Nabi Muhammad saw melalui ajaran Islam yang dibawanya mengangkat derajat perempuan sedemikian tinggi. Bahkan terdapat nama surat dalam al-Qur,'an yang sangat jelas mengingatkan kita pada perempuan, seperti al-Nisa', dan Maryam.

Selain ayat yang terjemahannnya tertera di atas, di antara ajaran Islam tentang kesetaraan gender, Allah berfirman yang artinya Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Taubah 71)

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Qs. Al-Ahzab 35)

Dengan demikian, sejarah telah menjadi saksi bahwa kesetaraan gender atau emansipasi wanita atau pengarusutamaan gender - antara laki-laki dan perempuan - merupakan kelaziman sehingga berjalan secara alamiyah tanpa ada yang mempersoalkannya. Kapan tentang gender dipersoalkan, bahkan menjadi semakin rumit? Jawabannya, tentu sangat jauh di masa-masa berikutnya. Apalagi doktrin maskulinas seolah mendominasi pasaran. Inilah di antara latar munculnya gerakan kesetaraan gender, emansipasi wanita atau pengarusutamaan gender. Nah, tentang pengarusutamaan gender ada baiknya bila kita mengambil ibrah dari sejarah awal Islam. Allahu a'lam