Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lahirnya Tuntunan Baru

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Rabiul Awwal 1443

Lahirnya Tuntunan Baru
Ssudaraku, secara teoretis bila dikatakan bahwa tuntutan sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu dinilai sebagai kewajiban, maka tuntunan dipandang sebagai kemuliaan akhlak. Makanya dalam Islam di atas fikih itu ada akhlak; di atas kewajiban itu ada kebutuhan dan kelezatan; di atas syariat ada hakikat dan makrifat. Selagi masih berupa tuntutan terkadang ia bisa memaksa atau dipaksakan untuk dibiasakan, namun setelah menjadi tuntunan maka biasanya ia dirasakan sebagai kebutuhan bahkan kelezatan, Nah inilah yang melatari tema muhasabah hari ini sehingga diracik di bawah judul lahirnya tuntunan.

Ya, benar bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw sempurna dengan ajarannya yang universal dan komprehensif benar-,benar menyediakan tuntunan bagi kemuliaan siapapun pemeluknya. Dalam bahasa mutu, tuntunan yang disediakan oleh Islam sejatinya merupakan standar lebihan atas standar minimal yang berisi ragam tuntutan yang harus ditaati. Jadi sesiapa yang bisa memenuhi standar minimal dan melampaui standar lebihan, maka akan memperoleh peringkat unggul atau A+ atau cumlaude

Dalam bahasa Islm, ketaatan mengerjakan yang wajib atau menjauhi yang haram itu merupakan standar minimal, tetapi mengistikamahi mengerjakan yang sunat dan meninggalkan yang makruh bahkan urusan yang mubah, itu baru standar lebihan yang ditunggu-tunggu untuk dipenuhi sehingga dijanjikan akan memperoleh gelar terpuji atau dengan pujian atau maqamam mahmuda. Oleh karenanya sesiapa yang menginginkan kemuliaan, tentu tidak cukup dengan hanya memenuhi standar minimal kewajiban tetapi mestinya juga mengistikami menunaikan standar lebihan.

Di sinilah pentingnya melafalkan syahadat tetapi juga mengulang-ulanginya dalam dzikir keseharian kita; menegakkan shalat-shalat sunat (misalnya shalat rawatib, shalat malam, shalat, witir, halat dhuha) di samping shalat yang lima ((ISLAM, isya Subuh Lohor Asar dan Magrib); puasa sunat (seperti puasa senin kamis, yaumul bidh, 6 hari syawal) di samping puasa ramadhan; sedekah/infak/wakaf di samping zakat; umrah di samping berhaji; memperbanyak istighfar dan berdoa. Inilah sejatinya kita dituntun berproses mentakwa.

Dasar teologis normatifnya adalah firman Allah yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Qs. Al-Dzariyat 15-19)

Kemuliaan kepribadian kita mewujud dalam sikap gemar bangun malam menghidupkan dini hari di sepertiga malam terakhir. Lmakanya sesiapa saja orang beriman yang istikamah melakukannya akan menempati maqamam mahmuda, posisi yang amat terpuji. Allah berfirman yang artinya, Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Qs. Al-Isra 79)

Bagaimana Allah mengangkat hamba-hambaNya ke maqam terpuji (hamid-ahmad, mahmuda-muhammad)? Biarlah Allah sesuai dengan kemahamurahanNya memuliakan siapa saja yang dikehendakiNya dengan jalan yang telah digariskanNya. Kita sepenuhnya hanyalah meyakini titahNya dengan berusaha mengamalkannya dalam perilaku nyata.

Menyahuti tuntunan di atas idealnya saban hari kita dapat mengukuhkan sikap menyedikitkan tidur di malam hari, terutama bangun untuk menghidupkan sepertiga malam terakhir dengan taqarub ilallah, shalat lail, witir, dan berdoa. Demikian hari-hari kita ta'abud ilallah beribadah pada Allah sampai suatu saat kelak ketika Allah tak lagi membangunkan kita dari tidur yang sangat panjang, pertanda bahwa kita sudah pindah ke alam barzah. Di sini kita tinggal menunggu dibangkitkan kembali untuk diarak bersama keluarga, anak cucu, handai tolan, para guru kita, dan orang-oramg beriman lainnya di bawah pimpinan Nabi Muhammad saw menuju surga.

Dengan demikian, Islam yang diserukan oleh Nabi Muhammad saw benar-benar menuntun kita kepada derajat kemuliaan yang sangat tinggi dan kebahagiaan hidup yang sempurna. Nah okeh karena itu, langkah konkretnya sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karunia Allah ta'ala. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat tahajud, witir, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk dapat menjadikam Islam sebagai tuntunan (bujan tontonan ya) bagi kita, sehingga kita dapat merasakan bahagia demi bahagia hingga Allah menyempurnakannya saat kita di sisiNya. 

Aamiin