Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Indah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 10 Rabiul Akhir 1443

Hidup itu Indah
Saudaraku, dalam muhasabah yang baru lalu, kita diingatkan bahwa hidup itu gerak dinamis, jalannya biasa landai tetapi juga bisa naik turun menuju satu tujuan, yakni bahagia. Mencermati dan menikmati (baca mensyukuri) perjalanan hidup seperti ini sejatinya bisa indah. Inilah yang melatari muhasabah hari ini sehingga dikemas di bawah judul hidup itu indah. Indah laksana pelangi. Keindahannya bukan karena satu warna tetapi penuh warna. Justru penuh warna inilah, hidup menjadi lebih bermakna.

Penginnya semua yang digadang-gadang segera kesampaian; perjalanan hidupnya mulus dan lurus sehingga dengan cepat sampai tujuan (bahagia), namun kenyataannya ada saja keberhasilan yang tertunda, ada saja kerikil-kerikil yang menggelincirkan, atau genangan air yang sering menjatuhkan, atau jalannya berliku, curam dan bahkan mendaki. Inilah kelak-kelok kehidupan.

Harapannya badan selalu sehat wa afiat, tetapi kenyataannya sesekali juga mengalami sakit. Tentang apa penyakit yang diderita, siapa yang sakit, di mana keberadaannya, kapan kejadiannya, bagaimana sakitnya dan mengapa bisa tejadi, tentu jawabannya beragam sesuai pengalaman masing-masing orang. Inilah warna warni kehidupan.

Demikian juga dari segi intektualitas, berawal dari ketidaktahuan saat dilahirkan, lalu belajar dari lingkungannya dan seiring pertumbuhan dan perkembangannya menjadi mengetahui banyak hal tentang kehidupan, semakin cerdas hingga batas maksimal, tetapi sampai mana? Nah, meski ilmu itu tak terbatas tetapi tentu penguasaannya ada dan juga ada masanya. Dari menempuh pendidikan dasar hingga tinggi, menyandang sederet gelar kesarjanaan, tetapi sampai kapan dan berapa lama? Tentu, ada akhirnya.

Dari segi emosionalnya bisa saja seseorang dalam keadaan senang, atau susah sedih, atau biasa-biasa saja; semua ini sering silih berganti dialami oleh siapapun jua. Ketika berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya juga bisa terjadi kompetisi, asosiasi, adaptasi, asimilisasi, kerjasama, konflik yang datang bergantian. 

Dari segi spiritualitasnya juga mengalami ragam warna dinamikanya sendiri. Bendera taat tidak selamanya berkibar membubung tinggi seperti saat Ramadhan menyapa, tetapi ada kalanya "lesu" tak bersemangat. Keinginannya minimal bisa istikamah mempertahankan amaliyah ibadah, tetapi tetap ada warna warni dinamikanya.

Inilah di antara realitas keindahan kehidupan yang harusnya disyukuri. Mengapai disyukuri? Ya karena warna warninya sehingga indah bagai pelangi. Ya pelangi kehidupan, semoga tetap menyembulkan nuansa yang berbeda akan keindahannya.

Nah, bagaimana meresponi indahnya pelangi kehidupan? bagaimana meliwati jalan dengan ragam kondisinya, bagamana mengobati penyakit dan bagaimana menyelesaikan masalah hidup, tentu juga sangat bergantung pada masing-masing orang. Begitu juga dengan masalah lainnya; cita-cita yang tidak atau belum tercapai, kedamaian yang belum sepenuhnya dirasa, sikap/perlakuan tidak simpatik atau tidak pantas atas kita, dan seterusnya. 

Kita mesti meyakini bahwa pelangi itu ciptaan Tuhan, maja sejatinya warna warni kehidupan kita juga demikian adanya. Kita kembalikan semua ini pada kehendak akan takdirNya yang amat rapi dan punya makna. Pelangi terlihat indah bukan karena satu warna tetapi justru beragam warna, ada merah, kuning, hijau dan seterusnya. Pelangi kehidupan bisa terdapat pada kehidupan personal maupun sosial komunal.

Secara sosial komunal, keragaman realitas, dinyatakan oleh Allah dalam Qs. Al-Hujurat 13.  Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Secara personal, kehidupan seseorang juga senantiasa berubah, berubah dan berubah. Secara fisik perubahan itu terjadi meskipun perlahan-lahan tapi pasti. Setelah lahir, lalu bayi, menjadi kanak-kanak, kemudian remaja, berubah dewasa, lalu tua, dan akhirnya wafat. Sejak dilahirkan dalam kondisi lemah, beranjak kuat, semakin kuat, lalu melemah dan tak berdaya. Semoga tetap dalam keridhaanNya. Hidup itu dari Allah, menjalani hidup di atas jalanNya Allah, dan kembalinyapun kepada Allah. Islam mengajarkan sikap syukur atas segala nikmat, tetapi juga mengajarkan sikap sabar saat diuji; Islam melarang bersikap takabur, tetapi juga melarang berputus asa. Indah bukan? Semoga kita dapat mensyukuri keindahan ini. 

Langkah konkret mensyukuri keindahan hidup ini, mari segera bangun tidur untuk menjemput karuniaNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk sowan pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga dapat terus mensyukuri indahnya kehidupan ini.

Aamiin ya Rabb