Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Lillah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 1 Rabiul Tsani 1443

Hidup itu Lillah
Saudaraku, bila tema bulan lalu seputar tentang lahir dan kelahiran, maka tema muhasabah bulan Rabiul Tsani ini akan menyegarkan ingatan kita tentang seputar hidup dan kehidupan. Tema-tema ini setidaknya menjadi pengingat bahwa setelah lahir lalu hidup, maka semestinya kita mampu memaknainya dengan bijak.

Dalam Islam, kita dilahirkan lalu dihidupkan oleh Allah dalam beberapa saat di dunia ini tentu punya makna dan tidak ada seorangpun yang sia-sia adanya. Oleh karena itu, tidak elok rasanya menyia-nyiakan hidup dan juga tidak etis bila menyia-nyiakan seseorang dari sesamanya.

Allah berfirman yang artinya Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Qs. Al-An'am 162,-163)

Berdasarkan normativitas yang maknanya tertera di atas di antaranya dapat dipahami bahwa shalat, ibadah, hidup (baca juga harta tahta keluarga) dan mati itu lillah. Dari sini kita memahami bahwa hidup kita itu lillah; karena Allah, di atas rel Allah dan untuk Allah. 

Pertama, hidup itu lillah ketika kita menyadari bahwa kita dihidupkan oleh Allah, dianugrahi rezeki oleh Allah, diberi kesempatan dan kekuatan oleh Allah, diuji oleh Allah dan dianugrahi segala kenikmatan oleh Allah ....,agar menjadi hamba yang bersyukur. Untuk ini betapa melimpah karunia Allah yang kita nikmati, karunia hidup dalam kondisi sehat wa afiat, beriman dan berislam.

Kedua, hidup itu lillah ketika kita menyadari bahwa karena hidup kita itu untuk Allah, maka saat menjalani hidup dalam kehidupan di dunia ini harus mengikuti aturan dan di atas jalan yang digariskan oleh Allah. Dalam hal ini, tentu jalan lurus (shirahal mustaqim)  yang mengantarkan kita pada tujuan hidup, yakni memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun apalagi di akhirat. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui, mempelajari tentang pedoman atau panduan jalan dengan menaati semua rambu-rambunya.

Ketiga, hidup itu lillah ketika kita berhadil mengukuhkan sikap bahwa hidup (harta tahta dan keluarga) kita sema-mata untuk Allah, menggapai ridha Allah. Harta yang Sllah titipkan, tentu kita syukuri dengan kita  tasarufkan, belanjakan sesuai dengan ketentuan syariatNya. Tahta yang kita emban juga memvasilitasi kita untuk untuk ladang amal seperti misalnya digunakan untuk berbagi kemaslahatan. Keluarga juga menjadi ladang amal untuk saling ingatkan tentang sabar dan takwa.

Begitulah wujud keberislaman (baca penyerahan totalitas) kita kepada Allah sebagaimana disebut di ujung ayat. Hal ini terus diingatkan dan kita baca saban hari, setiap shalat dalam doa iftitah kita. Maka langkah konkretnya sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karunia Allah ta'ala. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat malam (kita ulang-ulang kesaksian bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita lillah), dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk dapat taat jepasa Allah sehingga kita dapat merasakan bahagia demi bahagia hingga Allah menyempurnakannya saat kita di sisiNya. Aamiin

Allahu a'lam