Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Mengabdi


Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 2 Rabiul Tsani 1443

Hidup itu Mengabdi
Ssudaraku, sebagaimana muhasabah yang baru lalu bahwa hidup itu lillah, maka di antara pembuktiannya adalah melakukan pengabdian pada Tuhan. Inilah yang melatari muhasabah hari ini sehingga diracik di bawah judul hidup itu mengabdi (pada ilahi).

Dalam iman Islam, maksud diciptakannya manusia di muka bumi ini adalah mengabdi pada Ilahi. Di sini setidaknya terdapat dua kata kunci yakni mengabdi dan pada Ilahi. Pertama, kata mengabdi menunjukkan aktivitas dari peran yang diemban oleh manusia. Karena hidup itu mengabdi, maka orang-orang yang sekarang di muka bumi ini tidak menjalankan peran pengabdian (pada Tuhan) sejatinya ia sudah mati atau tidak hidup lagi meskipun setiap hari masih minum kopi dan berjalan ke sana kemari. Ia tak ubahnya bagaikan mayat berjalan.

Kedua, pada Ilahi. Ini merupakan alamat ke mana kita harus mengabdi. Tentu diharapkan dalam mengabdi tidak ada yang salah alamat. Di samping tidak salah alamat, pengabdian harus totalitas. Oleh karena itu, pengabdian pada Ilahi yang melekat dan diemban oleh manusia mestinya mewarnai totalitas eksistensinya di muka bumi ini. Dari sejak dilahirkan sampai meninggal dunia, dari bangun tidur sampai tidur lagi harus dalam makna mengabdi pada ilahi. Dalam konteks pengabdian pada Ilahi ini, Allah dengan lugas berfirman, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Qs. Al-Dzariyat 56).

Penggunaan kata ganti Aku (Allah) untuk memberikan penegasan bahwa pengabdian mesti dilakukan secara totalitas hanya pada Allah saja. Tidak memberi ruang sedikitpun untuk mendua atau mensyarikatkan dengan selainNya. Oleh karenanya 'abdulmaal; pengambaan diri pada harta, penghambaan diri pada tahta, penghambaan diri pada manusia, penghambaan diri pada setan dan penghambaan diri kepada selain Allah adalah perilaku kontra fitrah; perbuatan yang hanya akan merugikan diri sendiri. Dengan demikian, pengabdan kepada selain Allah justru bisa melenyapkan kesejatiannya sebagai manusia. 

Nah, bagaimana peran pengabdian totalitas hanya pada Allah itu bisa dilakukan, adalah sangat bergantung pada setiap pribadi yang bersinergi dengan segala faktor yang memengaruhi kepribadiannya, baik internal maupun eksternal. Maka agar tetap mengabdi pada Ilahi atau menjadi hamba Allah saja, bukan hamba harta, bukan budak tahta, bukan hamba dunia, bukan budak manusia, bukan hamba setan, kita senantiasa diingatkan untuk berdoa dan berusaha merengkuh hidayahNya.

Mengapa penghambaan manusia harus totalitas hanya pada Allah semata? Di antaranya karena kata kunci dari 'abdullah atau hamba Allah itu adalah ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada Allah saja. Nah langkah konkret dalam mengabdi kepada Ilahi, sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karunia AllahNya. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk dapat mengabdi pada Ilahi hingga kita dapat merasakan bahagia demi bahagia hingga Allah menyempurnakannya saat kita di sisiNya. Aamiin