Hidup itu Pilihan
Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 7 Rabiul Akhir 1443
Hidup itu Pilihan
Saudaraku, dalam siklus kehidupan ini lazimnya semua diri ada masa lahir, lalu hidup dan akhir di dunia ini adalah wafat. Lahir lazimnya dirindunantikan dan membahagiaan keluarga. Bila lahirnya saja sudah dirindunantikan dan membahagiakan orang-orang yang ada di sekitarnya, maka logika lurusnya adalah apalagi saat dianugrahi hidup dalam kehidupan di dunia ini, tentu akan lebih dari itu. Maka sejatinya makna hidup itu adalah bagaimana kita bisa terus dirindunantikan, bisa lebih bahagia dan membahagiakan lebih banyak orang.
Akankah idealitas itu menjadi realitas? Jawabannya ternyata hidup itu pilihan; artinya menjadi bahagia membahagiakan atsu sebaliknya; menjadi hidup atau pura-pura hidup adalah pilihan dan suratan tangan masing-masing diri kita. Karena di samping fasilitas, sejatinya Allah sudah menyediakan kreativitas atas pilihan-pilihan yang mungkin ada. Makanya ada orang-orang yang hidupnya justru melampaui usianya, tetapi juga ada orang-orang yang hidup di dunia ini dimana eksistensinya tidak dikira sehingga dianggap tidak ada. Ya karena sejatinya sudah mati sebelum meninggalkan dunia ini.
Inilah kebermaknaan hidup ketika diperankan dan kehampaan hidup saat disia-siakan. Lagi-lagi semua ini menjadi pilihan setiap insan. Dengan kata lain memeluk makna atau menyia-nyiakannya tentu hak setiap hamba. Namun mesti diingat, pilihan mana tentu akan menjadi sebab atas akibat yang mengikutinya. Bagi yang memeluk makna akan bahagia membahagiakan, dan sebaliknya bagi yang menyia-nyiakan akan beroleh nista juga sengsara dan bahkan bisa menjadi beban sesama.
Dalam bahasa Al-Qur'an, pilihan menjadi orang yang beriman atau kafir sangat terbuka, meski sebenarnya sudah sangat gamblang dijelaskan bagaimana kesudahan yang membahagiakan bagi yang beriman dan kesudahan kesengsaraan bagi yang mengingkarinya. Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya, Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Qs. Al-Kahfi 29)
Di ayat lain dinyatakan bahwa Allah meridhai pilihan beriman dan tidak pada pilihan kekafiran. Allah berfirman yang artinya, Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (Q.S. Al-Zumar 7)
Demikian juga di ayat yang lain, pilihan dan kesudahan bagi memilih memenangkan ilham takwa atau malah menuruti hawa nafsunya memeluk bisikan fujur. Padahal sudah sangat-sangat gamblang dinyatakan bahwa keberuntungan disediakan bagi membersihkan hatinya sehingga ilham ketakwaan dapat terus dimenangkannya. Allah berfirman yang artinya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Qs. Al-Syams 8-10).
Di samping karena faktor internal, ilham atau kualitas mana yang dimenangkan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh karenanya ilham kefasikan akan menguat ketika pertahanan internalnya rapuh dan dipadu dengan lingkungan eksternalnya rusak, korup, dzalim, dan jahiliyah. Dan sebaliknya ilham ketakwaannya akan menguat ketika pertahanan internalnya kukuh bersinergi dengan faktor eksternal yang baik, shalih, dan disinari oleh nur ilahi. Di sinilah pentingnya kita memohon hidayahNya dan memilih tempat atau lingkungan yang kondusif untuk tumbuh berkembangnya ilhan ketakwaan.
Ketika sisi pertahanan internal rapuh, maka hawa nafsunya yang kemudian akan tampil mengemuka, ditambah serbuan setan yang mengompori kejahatan padanya, sehingga mewujud dalam perilaku kesehariannya yang nista. Sebaliknya bagi orang-orang yang pertahanan internalnya kukuh, maka hatinya yang kemudian menjadi rajanya, ditambah ilham kebaikan malaikat msnyemangatinya, sehingga mewujud dalam perilaku kesehariannya yang mulia. Dengan denikian, bagi orang-orang yang memenangkan ilham kefasikan niscaya akan mengotori hatinya yang terus harus menanggung kerugian karenanya, dan sebaliknya bagi orang-orang yang memenangkan ilham ketakwaan akan mensucikan hatinya yang terus menuai keberuntungan dalam hidupnya.
Dan dalam al-Qur'an juga terdapat banyak ayat yang bersifat basyira tetapi juga tidak sedikit yang nadzira. Allah berfirman yang artinya, Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.(Q.s. Al-An’am 48)
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (Qs. Al-Furqan 56) Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.(Qs. Saba’ 28). Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan (Qs. Fushilat 1-4)
Kabar gembira (basyira) berpulang kepada semua orang yang memperjuangkan untuk kemudian memenangkan ilham ketakwaan dan semua orang yang berusaha memperbesar gravitasinya ke langit selagi hidup di dunia ini. Sedangkan kabar yang berupa peringatan (nadzira) tertuju hanya kepada orang yang memperturutkan ilham kefasikan dan orang yang tarikan gravitasinya cenderung ke bumi.
Di antara contoh peran basyira berupa kabar gembira adalah firman Allah yang artinya, Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah rezki yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (Qs.Al-Baqarah 25) Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak di duga-duga." (QS. Al-Thalaq 2- 3).
Adapun pesan nadzira atau pemberi peringatan, di antaranya Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Qs. Al-Nisa 10)
Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim.” (Huud 18). Dan adapun yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi bahan bakar bagi neraka Jahannam.” (Qs. Al-Jinn 15) (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” (Qs. Al-An’am 93). (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.(Qs. Al-Baqarah 27)
Pilihan-pilihan itu tersedia dan terbuka bagi setiap hamba. Termasuk sekarang ini di ujung malam ini; mau bangun dan menghidupkannya dengan ibadah atau meliwatkannya dengan meneruskan mimpi-mimpinya. Padahal betapa unlimitednya tersedia karunia Allah. Maka sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karuniaNya, guna menyucikan hati, mengasah akal budi, dan menyehatkan fisik kita. Untuk ini, pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang tersedia untuk sowan pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an, bermunajat kepadaNya memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk memenangkan ketaatan kepadaNya. Bagi yang masih meliwatkannya, semoga masih ada esok dini hari lagi sehingga dapat memulainya. Aamiin ya Mujibassailin