Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Selamanya



Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Rabiul Akhir 1443

Hidup itu Selamanya
Saudaraku, kita sering mendengar nasihat bahwa hidup itu sementara. Ya, memang benar, kalau yang dimaksudkan hidup itu di dunia ini; benar-benar sementara. Orangtua kita, guru-guru kita (di UIN Ar-Raniry saja akhir-akhir ini kita harus terus kita ikhlaskan kepergian buat selama-lamanya, para guru yang mulia Prof, HM Nasir Budiman, Prof. Muslim Ibrahim, Prof. Farid Wajdi Ibrahim, Pak Fuafi Zulkifli, Pak Umar Ali Aziz, Adinda Andika Prajana, Kanda Dr. Syarwan, Ayahanda Prof Hamid Sarong). 

Seluruh keberagkatan orangtua dan para guru mulia di atas jelas menunjukkan bahwa hidup di dunia ini sementara; ada batasnya  happy endingnya. Tetapi oleh al-Qur'an mereka yang wafatnya fi sabilillah sejatinya masih hidup. Begini terjemahan firmanNya, Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang meninggal di jalan Allah (mereka) telah mati. sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(Qs. Al-Baqarah 154)

Jadi benar bahwa hidup yang sementara itu hidup di dunia. Itupun secara subtantif reslitasnya banyak sekali orang yang sudah meninggalkan dunia ini, tetapi masih terus disebut idenya, dipanggil-panggil namanya, diteladani akhlaknya mulia. Bukankah ini hidup? Sementara ada juga yang notabene masih bicara sana sini di dunia ini, tapi sejatinya telah mati, karena keberadaannya sudah tak dikira lagi.

Dengan demikian dalam tuntunan iman Islam, hidup ini selamanya. Adapun hidup yang sementara itu adalah hidup di alam arwah, hidup di alam kandungan mama, dan hidup di dunia. Sedangkan hidup di akhirat akan kekal abadi. Berarti setelah dicipta oleh Allah, maka hidup itu berlangsung selamanya; hanya alamnya saja yang berbeda-beda.

Dengan demikian (ruh kehidupan) manusia itu dicipta oleh Allah sejak mula sekali dan termasuk satu di antara lima kekal ciptaanNya keberadaannya. Tetapi kekalnya (ruh kehidupsn) kita atau yang lima tentu berbeda dengan Allah, karena kekalnya Allah tidak awal mulanya, sedang (ruh kehidupan) kita dan lainnya adalah makhluk ciptaan Allah, tentu ada mula diciptakannya. Nah setelah diciptakan, maka (ruh kehidupan) kita kekal selama-lamanya; hanya pindah dari satu alam ke alam berikutnya. 

Ya, kekekalan hidup kita selama-lamanya mendapati monentumnya ketika di akhirat kelak. Inilah mengapa saat kita hidup di dunia yang sementara ini dituntun berbuat kebaikan agar nantinya hidup di akhirat dapat kekal di surgaNya sebagai balasan atas kebaikannya.

Di sanping itu, kita juga sering dinasihati bahwa hidup hanya sekali. Ya benar, hidup sekali di alam arwah, hidup sekali di alam kandungan ibunda, hidup sekali di alam dunia, hidup sekali di alam barzah dan hifup sekali untuk selama-lamanya di alam akhirat. Bila kita hitung, maka secara keseluruhan terdapat lima kali kita hidup di alam yang berbeda, yang masing-masing hidup sekali.

Karena saat hidup di akhirat itu berlangsung selama-lamanya, maka alangkah indah nan bahagianya bila bisa hidup bersama Allah atau setidaknya di sisiNya (baca di surgaNya). Untuk ini, maka sast hidup di dunia ini yang hanya sekali, kita harus beramal dengan amal penduduk surga dan tidak beramal dengan penduduk neraka.

Oleh karena itu mari segera bangun tidur untuk menjemput karuniaNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk sowan pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga selama hidup di dunia ini yang hsnya sekali dapat terus dalam ketaatan agar bahagia di.surga selamanya 

Aamiin ya Rabb.