Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Ujian

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 4 Rabiul Tsani 1443

Hidup itu Ujian
Saudaraku, dalam mengemban peran 'abdullah yang harus mengabdi pada Ilahi dan sebagai peran khalifatullah yang mesti mengelola bumi bisa menjadi tidak mudah karena manusia seringkali menuruti hawa nafsunya yang tidak diridhai Allah. Ada di antaranya yang gagal paham; tidak mengabdi pada Ilahi dan ada juga yang tidak mengelola bumi. Inilah mengapa, sejatinya hidup itu ujian (iman) seperti yang menjadi judul muhasabah hari ini 

Ya ujian iman; ujian yang memungkinkan bagi manusia naik atau tinggal kelas. Naik bagi orang-orang yang semakin baik amalnya dan sebaliknya menjadi tinggal kelas bila semakin jauh dari keridhaan Allah ta'ala. Allah berfirman yang artinya (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Qs. Al-Mulk 2)

Dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa kata ‘amalan yang baik (ahsan) adallah  amal yang berkualitas dan bukan dari segi jumlahnya.  Artinya, amal yang berkualitas lebih diutamakan ketimbang kuantitas. Imam al-Qurthuby dalam tafsirnya menjelaskan makna penggalan ayat liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalan adalah yang paling banyak mengingat kematian, paling baik persiapannya, dan paling takut serta waspada terhadapnya. Lalu Imam al-Qurthuby menambahkan pendapat Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. ketika membaca ayat pertama surah al-Mulk sampai pada redaksi liyabluwakum, lantas bersabda: “Yang paling menjaga diri dari perkara yang diharamkan oleh Allah swt dan yang paling bersegera dalam melakukan ketaatan kepada Allah swt.”

Imam al-Tustari dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim memaknai redaksi liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalan sebagai amal yang terjaga dari hal-hal yang sifatnya syubhat (tidak jelas) apalagi haram dan amal yang ikhlas. Al-Alusi dalam Kitab Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Adzim wa al-Sab’i al-Matsani, memaparkan kata liyabluwakum bermakna bahwa Allah akan melakukan sesuatu untuk menguji kalian sehingga ia tercapai tujuan untuk mengetahui ayyukum ahsanu ‘amalan. Makna ‘amalan di sini ialah perkara yang mencakup amal hati dan anggota badan.

Pada zaman Nabi saw, para sahabat sering kali membawa buah kurma yang baru mereka petik untuk dibawah ke masjid supaya dimakan oleh fakir miskin. Pada suatu hari, salah seorang dari mereka membawa buah kurma dengan kualitas yang rendah ke masjid. Pemberian yang tidak berkualitas ini ditegur oleh Allah melalui firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 267, “Wahai mereka yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan sedangkan kamu sendiri enggan mengambilnya kecuali dengan memejamkan mata terhadapnya…” Kisah ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim.

Nah, kembali bahwa hidup adalah ujian, ya yang namanya ujian apapun dan apapun ujiannya, maka dipastikan bahwa pertama sebenarnya tingkat kesulitannya disesuaikan tingkatan kelas atau strata peserta didiknya. Soal atau masalah setingkat Madrasah Dasar tidak mungkin diberikan pada siswa Madrasah Menengah apalagi pada peserta yang sedang kuliah. Begitu juga sebaliknya, kalau pendidikannya sudah tinggi atau gelarnya sudah melebihi namanya tidak mungkin diuji dengan soal segampang anak madrasah.

Kedua, ujian itu sebagai proses yang mesti diikuti oleh semua manusia sebagaima dijalani oleh semua peserta didik, dari sejak madrasah rendah hingga perguruan tinggi. Jadi bagian dari pembelajaran. Dalam menempuh pendidikan, ya lumrah saja kalau ada ujian, agar tahu mana peserta didik yang sungguh-sungguh dan mana yang sukanya sanggah sana sanggah sini alias ngeyel. 

Ketiga, ujian merupakan kegiatan dengan mengumpulkan segala informasi berkaitan dengan proses dan capaian yang sudah diraih untuk pengambilan putusan atau perbaikan di masa yang akan datang. Keempat, ujian dimaksudkan sebagai instrumen pemetaan dan penempatan, kenaikan kelas atau kelulusan.

Bagi peserta didik (baca manusia), ujian juga menjadi penting. Buktinya kalau ada ujian, dipastikan peserta didik akan berusaha hadir semua dan tidak ada yang terlambat hadir. Di samping itu, ujian juga menyadarkan diri akan apa yang selama ini telah dikuasainya, atau apa yang ada pada dirinya, kekurangan dan kelebihannya. Maka ujian juga menjadi instrumen pembelajaran. Bila seorang peserta didik mengalami banyak kekurangannya, maka ujian menjadi musibah baginya.

Jadi hidup ini kok seperti bersekolah atau sedang kuliah, persis seperti ilustrasi di atas, maka sudah menjadi jamak lumrah bila ada yang namanya ujian dari Allah, Rabbuna zat yang maha mendidik makhlukNya.
Sebagai orang beriman, kita harus yakin bahwa pertama, ujian apapun yang Allah berikan pasti masih atas sekedar sepenanggungan kita. Allah berfirman yang artinya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Qs. Al-Baqarag 286)

Kedua, ujian merupakan kelaziman. Allah mengingatkan dalam firmanNya yang atinya, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs. Al-Ankabut 2-3)

Ketiga, ujian untuk mengetahui mana emas dan mana loyang; mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sukanya sanggah-menyanggah. Allah berfirman yang artinya Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qs. Al-Mulk 1-2)

Keempat, ujian itu sebagai instrumen kenaikan maqam atau kedudukan hamba-hambaNya di hadapan Allah. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Bukhari).

Begitulah, normativitas menjelaskan bahwa  ujian membelajarkan banyak hal pada kita. Jadi kita tidak boleh berburuk sangka atau su'udzan pada Allah bahwa membenci kita, tidak. Tetapi justru Allah mencintai kita hamba-hambaNya. Langkah konkretnya sekarang mari segera bangun tidur untuk membuktikannya. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk dapat mengemban amanah dan lulus ujian sebagai khalifah.  allahu a'lam.