Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Murup Bercahaya





Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 6 Rabiul Akhir 1443

Hidup itu "Murup" Bercahaya
Saudaraku, di samping mengabdi Ilahi, memeneg bumi, sebagai ujian dan mesti berjuang, maka indikasi bahwa manusia itu hidup adalah "murup". Karena murup (menyala) maka bercahaya. Jadi hidup itu harus bercahaya atau bersinar menerangi kehidupan di bumi. Karena terus menerangi sekelilingnya, maka ia tidak padam. Bagaikan lentera murup yang menerangi sekelilingnya. Sama halnya lampu yang menjadikan sekelilingnya terang benderang. Oleh karena itu mafhum mukhalafahnya, ketika di dunia ini keberadaan seseorang tidak menerangi (baca tidak memberi kemanfaatan, tidak menghadirkan kemaslahatan, tidak menyemai kebajikan, tidak bahagia membahagiakan) bagi diri dan sesamanya, maka sejatinya ia sudah tidak hidup lagi. 

Begitulah Islam menuntun umatnya. Jadi idealitas hidup itu mestinya bahagia membahagiakan. Dan hal ini sejatinya hidup itu dirinya murup tercerahkan dan bercahaya sehingga dapat mencerahkan dan 'menerangi' sekitarnya. Sebaliknya mati berarti ketiadaan cahaya sehingga tidak menerangi alam sekitarnya. Dengan demikian hanya saat hidup lah seorang hamba bisa memberi manfaat, sedangkan ketika mati hanya menerima manfaat (setidaknya doa) dari yang masih hidup.

Karena hidup itu murup bercahaya, dan besaran dan kapasitas cahayanya berbeda-beda, maka radius jangkauan kemaslahatan yang disinarinya juga tidak sama.
Ketika malam tiba, cobalah lihat ke arah angkasa. Di sana ada bintang gemintang dan gugusan planet yang nampak bercahaya. Terdapat ragam cahaya dari yang kecil amat sangat redup hanya mampu kelap kelip berkedip-kedip sampai pada yang besar seperti rembulan di hamparan langit yang membentang gelap tak bertepi. Bahkan ketika malam sirna, nantinya di tengah hari terdapat matahari yang kita tak akan sanggup menatap cahayanya yang dahsyat menyilaukan. Nah, apakah semua ini belum cukup menyadarkan diri akan eksistensi kita di sini di hamparan gelap gulitanya muka bumi yang kita huni ini.

Oleh karena itu, mestinya kuta tetus berbenah agar kehadiran kita di sini sekarang di dunia ini dapat memberi kemanfaatan, mendatangkan kemaslahatan, menyemai kebajikan, sehingga bahagia membahagiakan baik bagi diri sendiri, keluarga maupun sesamanya.

Nah, bagaimana hal itu kita mulai. Kita mulai bersihkan diri, luruskan niat dan menyucikan hati bertaqarub ilallah, mendekatkan diri pada Allah.  Mendekatkan diri pada Allah melalui ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Inilah maqam-maqam yang harus ditempuh agar hati kita bersih suci tercerahkan, akal pikiran kita brilian memikirkan segala ciptaan Tuhan, fisik kita sehat bugar menerjemahkan kemaslahatan sehingga dirasakan oleh kehidupan di muka bumi ini. 

Langkah konkret dalam mendekatkan diri pada Allah bertaqarub ilallah, sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemout karuniaNya yang unlimited, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan0 fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk sowan pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk menyucikan hati sehingga betcahaya (berhati nurani) sehingga tetus dapat mengabdi pada Ilahi, memakmurkan bumi dan hadir bahagia membahagiakan. Aamiin