Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup itu Menyejarah

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 28 Rabiul Akhir 1443

Hidup itu Menyejarah
Saudaraku, ketika dapat mengalir, mengairi, sejuk menyegarkan, bergerak maju bahkan menembusi batu cadas juga karang, memberi solusi, menutupi segala lubang kekurangan dalam kehidupan, sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu,  maka sejatinya hidup kita sudah sarat makna. Ketika ini dapat istikamah dilakukan, maka sejatinya kita sudah merajut hari-hari dalam kehidupan ini dengan benang emas meski tetap saja ada dinamikanya. Dalam tradisi keilmuwan profetik, esensi seperti ini sejatinya kita sudah membuat sejarah yang cemerlang. Inilah di antaranya latar yang mengantarkan loen tuan pada keberanian membubuhi muhasabah hari ini dengan judul hidup itu menyejarah.

Ya, benar, hidup masing-masing diri kita lazimnya meliwati rekaman pengamalan dan pengalaman yang sangat beragam di hari-hari yang tersedia. Oleh karenanya seperti pesan Ayah saat menasihati kami anak-anaknya, bahwa urip kuwi gawe lan nyambung sejarah (hidup itu membuat dan  menyambung sejarah). Bagaimana sejarah diri, sejarah keluarga, sejarah desa, sejarah daerah dan bangsa negara kita sangat bergantung pada kita dan orang-orang yang dihadirkan pasa saatnya. Nantinya akan ditulis dengan tinta emas atau hilang begitu saja.

Secara khusus, sejarah diri sangat bergantung pada bagaimana kita menulisinya. Sejarah hidup loen tuan Sri Suyanta tentu berisi catatan pengamalan dan pengalaman hari-hari dalam kehidupan ini. Begitu juga sejarah tuan puan yang membaca muhasabah ini. Secara akademik, catatan ini agar lengkap lazimnya meliputi 5w 1h (what, when, where, who, why dan how).

Namun, barangkali sebagian besar pengamalan dan pengalaman hari-hari dalam kehidupan ini yang dilalui oleh setiap diri tidak ditulis, dan kalaupun dituturkan sehingga menjadi tradisi tutur (bercerita), maka "diri kita" atau "hidup kita" lambat laun akan hilang atau bergeser dari fakta yang sebenarnya.  Di sinilah pentingnya tradisi tutur dibarengi dengan tradisi tulis sehingga langgeng.

Kita bisa mengetahui banyak hal tentang masa lalu beserta orang-orangnya seperti ungkapan "setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya" karena ada tradisi tulis. Oleh karenanya agar hidup kita bisa panjang, maka pengamalan dan pengalaman hari-hari dalam kehidupan ini sebaiknya ditulis atau minta dituliskan. Persoalan sejarah hidup diri kita dibaca atau tidak, biarlah alam (pikiran antar generasi) yang menyeleksinya.