Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu Adigang Adigung Adiguno

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Jumadil Awal 1443 

Malu Adigang Adigung Adiguna
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah yang mesti diwaspadai, syukur-syukur segera ditaubati bila masih terpapar virus ini. Di antaranya memiliki sifat dan sikap adigang adigung adiguna. Ya, sifat ini ketika masih melekat di hati membuat hati sakit bahkan bisa sekarat alamat matinya sudah dekat, sedangkan sikapnya berarti sudah mewujud dalam laku pekerti hari-hari, di antaranya bisa bersikap sok berkuasa, sok besar dan sok sakti.

Ya adigang adigung adiguna itu sifat dan sikap turunan dari nenek moyangnya yang bernama sombong binti takabur. Karena kesombongannya, seseorang bisa merasa sok hebat dengan mengandalkan kekuasaan bagai singa sang raja hutan yang memang aumannya menyeramkan, mengelu-elukan kebesarannya laksana gajah dan mengedepankan kecerdikannya bagai kancil yang lihai mengelabui. Juga sikapnya bagaikan ular yang gigitan juga lilitannya yang mematikan, elang dengan cengkraman mautnya, harimau dengan dahsyat terkamannya, tikus dengan kecerdikan koruptifnya.

Untuk menambah keterangan dalam tema adigang adigung adiguna ini saya juga menukilkan tulisan Revi Soekatno berikut ini. "Kata-kata adigang adigung dan adiguna dalam bahasa Jawa digunakan dalam karya sastra Serat Wulangrèh, yang dianggap digubah oleh Sunan Pakubuwana IV (1768 M –1820 M) dari Surakarta. Serat Wulangrèh ini selesai ditulis pada tahun 1735 Jawa atau 1808 Masehi.

Ketiganya disebut dalam pupuh atau kanto ke-3, bait ke-4. 

Ana pocapanipun,
adiguna adigang adigung,
pan adigang kidang adigung pan esthi,
adiguna ula iku,
telu pisan mati sampyoh.

(Ada perumpamaannya,
adiguna adigang adigung,
adigang itu kijang adigung itu gajah,
adiguna ular itu,
ketiganya mati bersama).

Si kijang sombongnya,
mengandalkan kencang meloncatnya, bila si gajah mengandalkan besar dan tingginya, ular mengandalkan itu, senjatanya dengan gigitan.

Jadi adigang adigung dan adiguna artinya adalah tiga jenis kesombongan. Kesombongan yang mengandalkan nasab asal-usul, kepandaian, dan keberanian".

Seperti telah diingatkan sebelumnya bahwa sombong itu kondisi hati yang merefleksi pada laku hari-hari yang merasa lebih dan yang lain rendah. Allah mengabadikan peristiwa terusirnya iblis dari surga. “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.’ Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali ibllis. Ia enggan ikut bersama-sama para (malaikat) yang sujud itu.

Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak mau) sujud bersama mereka?’ Ia (iblis) berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’ Dia (Allah) berfirman, ‘(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” (Qs. Al-Hijr 26-35)

Begitulah harga kesombongan, bagitulah harga adigang adigung adiguna. Ternyata harus dibayar sangat mahal, yakni hidupnya terkutuk dan dikutuk hingga hari kiamat, akhirnya menjadi isi nereka.

Kita juga bisa membaca sejarah bagaimana kehidupan dan tragedi yang menimpa Raja Diraja Firaun, Hartawan Qarun, kayanya Tsa'labah, Kepintaran Haman, kebesaran kaum ‘Ad, Tsamud, serta kepongahan umat Nabi Nuh. Mereka semua adalah manusia yang menyombongkan diri kepada Allah dan rasul-rasul-Nya serta adigang adigung adiguna kepada sesamanya. Semuanya yang tidak mau taubat, hidupnya merana meski ada tahta harta dan keluarga, matinya sengsara, di akhirat disediakan neraka.

Mari kita saling berwasiat untuk saling ingat menjauhi sifat dan sikap adigang adigung adiguna agar selamat dunia terlebih akhirat. Aamiin