Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu Berkubang Dosa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Jumadil Awal 1443 

Malu Berkubang Dosa
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang tidak produktif tetapi sering kali terjadi, yakni menyepelekan perbuatan yang berakibat dosa, sehingga bisa-bisa terus berkubang dalam dosa. Meskipun dosa itu tak terlihat, namun tetap saja ia berpengaruh amat berat baik selagi hidup di dunia maupun di akhirat.

Al-Qur'an menyebut perbuatan dosa dengan lafal yang beragam. Di antara para mufasir ada yang menyebut bahwa dosa yang dilakukan secara umum disebut jurm, dosa terhadap Allah dan rasulNya digunakan lafad itsm, dosa masa silam digunakan lafald dzanb, dosa karena salah dalam memilih disebut junah dan dosa tak disengaja disebut khathiah.

Dosa apapun itu bila tidak segera dihentikan dengan taubat nasuha, maka tetap menjadi beban yang memberati saat berjalan dan membebani hidup, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Allah berfirman yang artinya, ''Barang siapa mengerjakan kejahatan (dosa) maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.” (Qs. al-Jasiyah 15). 

Bukan saja perkara eskatologis, balasan atas perbuatan buruk dan sikap jahat dapat berupa ganjaran atau hukuman yang bersifat materi maupun immateri. Meski pada dasarnya dosa berlaku sehingga siksanya disempurnakan di akhirat nanti, tetapi sejak di dunia ini saja sudah efektif. Dosa dipadang sebagai beban yang memberati hati, perasaan dan pikiran, sehingga hidup terasa susah, gelisah, menderita dan tersiksa.

Seseorang yang melakukan perbuatan dosa biasanya akan terus berusaha menutupi merahasiakannya dari sesamanya, hatinya selalu dihantui perasaan was-was akan dosanya diketahui oleh orang lain, apalagi oleh "para penegak hukum". Dalam hatinya merasa bersalah sehingga gelisah sebagai balasan atau ganjaran dari Allah dan atau konsekensi logis atas perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang. Perbuatan tidak baik yang dilakukan itu merupakan keburukan atau kejahatan, sehingga menuai dosa, rasa bersalah dan gelisah.

Melakukan penggelembungan anggaran atau mereka-reka data atau kegiatan bodong atau mencuri atau korupsi, sogok menyogok, misalnya. Siapapun pelaku dan atau yang membantunya tentu akan terus menyembunyikan perbuatan dosanya dari sesama, apalagi kepada pihak berwajib (inspektorat, BPK, KPK, polisi). Hatinya akan selakui dihantui ketakutan akan ketahuan atau bahkan pidana kurungan. Semua ini tentu membuat hati tak nyaman, pikiran tak karuan, makan tak enak, tidur juga tak bisa nyenyak. 

Begitu juga melakukan pecehan seksual atau berzina, atau mengonsumsi zat adiktif lainnya, minum minuman keras, atau berjudi atau melakukan perbuatan dosa lainnya. Makanya Rasulullah saw bersabda, ''Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui orang lain.'' (HR Ahmad bin Hanbal).

Oleh kerena itu dengan perasaan malu, idealnya kita berusaha tidak mencoba-coba berlaku dosa apapun itu. Bila sudah terlanjur melakukannya, maka segera kembali kepada Allah (taba ilallahi), bertaubat nasuha. Kata Ibnul Qayyim, dosa itu mesti dibakar dengan taubat saat masih di dunia ini ataukah dengan neraka saat di akhirat kelak. Nah tinggal memilih taubat atau disiksa di akhirat.

Tidak enak rasanya berketerusan dalam gelisah; tidak tentram hati rasanya bila berkubang dalam kemunafikan; tidak aman rasanya ketika tidak kunjung bertaubat. Kata Ibnul Qayyim lagi "orang yang paling bodoh adalah orang yang mengetahui Allah itu maha pengampun, lalu menjadikan alasan perkara itu untuk terus berbuat dosa". 

Ketika hidup di dunia ini dapat berserah diri pada Allah sekaligus berlindung dari segala dosa, maka sudah selayaknya kita mensyukurinya, baik di hati, lisan maupun perbuatan nyata. Pertama, mensyukuri di hati dengan meyakini sepenuh hati bahwa dosa itu beban yang membenani hidup di dunia dan apalagi di akhirat kelak. Kedua, mensyukuri di lisan dengan membiasakan mengucapkan lafal syukur alhamdulillahi rabbil 'alamin. Dengan terus memujiNya semoga Allah menganugrahi kita hidayah agar tetap istikamah dalam ketaatan padaNya dan terus dapat beristighfar sehingga dosa bila masih ada dapat diampuni atau bahkan dihapuskan semuanya. Ketiga, mensyukuri dengan langkah konkret, yakni hanya mengerjakan apa yang disuruh oleh Allah seraya meninggalkan apapun yang dilarangNya sehingga terhindar dari dosa.

Agar diri kita terpelihara dari perilaku dosa mari segera bangun tidur untuk istikamah dalam ketaatan pada Allah, menjemput keridhaanNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk "sowan" menghadap pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga dapat hidup secara layak bermartabat di dunia ini, dan meraih kebahagian surga nan abadi. Aamiin ya Rabb.