Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu Berlaku Intoleran

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 23 Jumadil Awal 1443 

Malu Berlaku Intoleran
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah yang mesti diwaspadai, syukur-syukur segera ditaubati bila masih terpapar virus ini. Di antaranya memiliki sifat dan sikap merasa paling sempurna. Ya, sifat ketakaburan ini ketika masih melekat di hati membuat hati sakit, sedangkan sikapnya berarti sudah mewujud dalam laku pekerti sehari-hari, di antaranya bisa bersikap intoleran.

Intoleran dipahami sebagai sikap "kaku ku'eh" tidak tenggang rasa atau tidak toleran. Maka kebalikan dari semua prinsip etis yang terdapat dalam toleransi disebut intoleransi. Praktik sikap intoleransi ternyata masih sering terjadi, seperti penolakan melakukan pemakaman jenazah di suatu tempat akibat kebetulan umat minoritas, pemaksaan seragam atribut agama tertentu bagi seluruh murid sekolah padahal muridnya beragam keyakinannya, pelarangan mengenakan jilbab bagi muslimah, perbuatan saling mengejek penganut agama lain, membeda-bedakan agama dalam bergaul, menggangu orang yang sedang beribadah, menghidupkan suara musik keras-keras saat peribadatan berlangsung.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alami memiliki prinsip yang tegas dan sikap yang lugas. Islam mengedepankan sikap toleran atau tasamuh. Tasamuh secara umum dimaknai sebagai sikap tasahul, mudah memudahkan tidak sulit atau mempersulit, kemudahan, berlaku baik, lemah lembut dan saling memaafkan, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi sesiapapun untuk mengamalkan apa yang diyakininya sesuai dengan ajaran agama atau anutan paham masing-masing tanpa ada tekanan, paksaan dan gangguan terhadap keyakinannya. Ajaran  "lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku", rasanya sudah amat gamblang bagaima toleransi harus kita kukuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Toleransi mewujud pada sikap menghormati orang lain untuk melaksanakan hak-haknya masing-masing. Secara etik setiap diri tidak diijinkan merendahkan orang lain karena beda suku, agama/anutan mazhab muktabarah atau kebudayaannya, apalagi mencela, menghina, atau memusuhinya. Dalam Surat al-An’am 108 Allah berfirman "Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdoa kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan".

Aaran untuk saling kenal mengenal sekaligus menuntun warganya untuk memiliki dan mengembangkan sikap toleransi sangat diprioritaskan, di antaranya toleransi antar pemeluk agama, juga inter pemeluk suatu agama.

Dalam konteks toleransi antar pemeluk agama, sebagai warga bangsa Indonesia dituntun dan dituntut untuk saling menghormati dan menghargai terhadap agama atau kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Meskipun mayoritas Islam, namun juga ada yang beragama Kristen, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan tertentu. 

Pada ranah sosial kemasyarakatan (ranah muamalah) bekerjasama saling menguntungkan tentu boleh bahkan menjadi penting. Tetapi toleransi bukanlah mencampuradukkan ajaran ranah ibadah dan akidah aspek keimanan atau ketahuidan satu dengan lainnya. Spesial untuk ranah ibadah dan akidah ini umat Islam wajib berpegang pada tuntunan bahwa “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imaran; 19) dan “Barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS. Ali Imran 85). Oleh karenanya tidak boleh mencampuradukkan ajaran Islam dengan selainnya. Lakum dinukum waliyadin.

Adapun toleransi inter pemeluk suatu agama, misalnya dalam Islam sendiri ada yang mengikuti firqah Asy'ariyah, Maturudiyah, Muktazilah dalam akidahnya; ada yang mengikuti mazhab Malikiah, Hanafiah, Syafi'iah, Hanabilah dalam praktik ibadah; ada yang mengikuti tariqat dalam akhlak yang beragam, juga menjadi realitas yang sangat penting. 

Meskipun yang disembah sama yaitu Allah ta'ala, nabinya sama yaitu Nabi Muhammad saw, dasar pijakan sebagai pedoman hidupnya juga sama yaitu al-Qur'an dan Hadits, namun karena terdapat perbedaan hal kemampuan, perbedaan alat dan metode ysng digunakannya, perbedaan sosial budayanya, maka kemudian melahirkan ragam pendapat yang amat kontekstual.  Inilah indahnya Islam.

Perbedaan dalam i'tiqadiyah muncul firqah Asy'ariyah, Maturidiyah, Muktazilah. Perbedaan dalam praktik beribadah melahirkan mazhab Malikiah, Hanafiah, Syafi'iyah, dan Hanabilah. Demikian juga dalam ranah akhlak, terdapat akhlak amali dan ada akhlak falsafi. Inilah keleluasan sekaligus keluwesan Islam. Dari keragaman firqah dan mazhab, kemudian pada gilirannya melahirkan perbedaan praktik berislam seperti mewujud dalam paham-paham keagamaan yang ada.

Tentu, kita dituntun untuk terus istikamah dalam mengembangkan sikap tasamuh atau toleransi sekaligus menjauhi sikap intoleransi. Aamiin. Agar hati kita terjaga mari segera bangun tidur untuk menjemput keridhaanNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk "sowan" menghadap pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga dapat hidup secara layak bermartabat di dunia ini, dan meraih kebahagian surga nan abadi. Aamiin ya Rabb.