Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu Berlaku Rasis

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Jumadil Awal 1443 

Malu Berlaku Rasis
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah yang mesti diwaspadai, syukur-syukur segera ditaubati bila masih terpapar virus ini. Di antaranya memiliki sifat dan sikap merasa paling hebat. Ya, sifat ini ketika masih melekat di hati membuat hati sakit, sedangkan sikapnya berarti sudah mewujud dalam laku pekerti sehari-hari, di antaranya bisa bersikap rasis, diskriminatif terhadap ras lain, kelompok yang berbeda dengan dirinya.

Rasis pahamnya disebut rasisme dimaksudkan sebagai paham yang membangga-mbanggakan sukunya sendiri dan mendiskriminasi suku lain, atau ras bangsa lain. Dari ranah ras suku bangsa lalu meluas ke ranah agama, adat, atau golongan bahkan ciri-ciri fisik tertentu, jangan-jangan juga berdasarkan mobilnya atau hpnya. Maka rasis dapat diartikan sebagai serangan sikap, kecenderungan, pernyataan, dan tindakan yang mengunggulkan ras sendiri atau memusuhi ras atau kelompok masyarakat lain.

Rasis ini merupakan sifat turunan dari nenek moyangnya yakni sombong binti takabur, ketika menjangkiti hati seseorang, maka perilakunya ya sebenarnya di bawah bayamg-bayang iblis laknatillah.

Tindakan rasis bisa terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti  bidang hukum, sosial, pendidikan, pelayanan kesehatan, hiburan, dan lain sebagainya. Rasis bidang hukum, misalnya, ia hanya akan tajam ke bawah tapi tumpul saat ke atas. Seolah-olah hukum itu dibuat dan diberlakukan hanya untuk rakyat atau staf bawahan saja.

Adanya perilaku rasisme tersebut bisa menyebabkan perpecahan, baik antarsesama maupun golongan tertentu. Oleh karena itu menghindari sifat dan sikap rasis merupakan bagian yang sangat penting dari akhlaq al-karimah. Di samping itu, saya juga yakin bahwa mengakomodir lebih banyak golongan dengan segala potensinya, lebih beragam suku bangsanya, lebih beragam partai politiknya, bahkan beda agamanya sekalipun akan lebih eksis dan akseleratif dalam menyelesaikan agenda pembangunan (kampus, sekolah, intsitusi, bangsa dan negara) atau membangun peradaban yang adi luhung. Apalagi di era keterbukaan dan sangat kompetitif seperti sekarang ini, rasanya sikap rasis hanya akan mempersulit diri saja.

Islam yang rahmatan lil'alamin, ajaran tentang ini sudah jelas dan gamblang. Allah berfirman yang artinya Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.(Qs  Hujurat 13)

Merujuk pada normativitas yang artinya tertera di atas berarti perbedaan jenis kelamin, suku, warna kulit dan hal-hal yang melekat lainnya secara given bukan sebagai ukuran baik atsu tidaknya seorang manusia. Tetapi ukurannya pada hati, sifat dan perilakunya. 

Orang takwa atau orang baik itu bisa ada di mana-mana, boleh pada orang yang suku bangsanya berbeda dengan kita, bisa dari strata sosial apapun juga, dapat dari warna kulit yang tak sama, bisa dari partai yang berkuasa, boleh dari orang yang mengenakan baju yang tak sama dengan baju kita.

Demikian juga sebaliknya, orang kurang baik juga bisa di mana-mana. Maka ungkapan yang sifatnya menggenarilasasi sebaiknya juga dihindari. Mengapa? Ya, karena baik dsn kurang baik itu bisa ada di mana-mana.

Di Arab masa klasik, juga banyak orang baik seperti Nabi Muhammad, Abubakar,  Umar, Usman, Ali, Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah, Khadijah al-Kuvra, Aisyah, Fatimah ....dan sahbat besar lainnya. Tetapi juga harus diigat saat itu di tanah Arab juga ada Abu Lahab, Abu Jahal, Tsaklabah, Abu Sufyan, Walid bin Muhgirah, Ash bin Wa'il, Aswad bin 'Abd Yaghuts ...dan seterusnya. Allahu a'lam

Semoga kita dilindungi oleh Allah dari sifat dan sikap rasis, sekecil apapun itu. Oleh karena itu, mari segera bangun tidur untuk menjemput keridhaanNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk "sowan" menghadap pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga dapat hidup secara layak bermartabat di dunia ini, dan meraih kebahagian surga nan abadi. Aamiin ya Rabb