Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu "Bermuka Dua"

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Jumadil Awal 1443

Malu "Bermuka Dua"
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah yang mesti diwaspadai, syukur-syukur segera ditaubati bila masih terjangkiti. Di antaranya sifat munafik atau bermuka dua. Coba, bermuka satu saja bila lagi malu, tidak tahu mau ditaruh di mana? Bagaimana kalau dua ya?

Bermuka dua dalam bahasa agama dikenal dengan munafiq (Indonesia munafik) atau nifaq (nifak).  Menurut ahli bahasa, nifaq berarti salah satu lubang - dari lobang-lobang lainnya - tempat keluarnya hewan sejenis tikus dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Sehingga lobang-lobang ini menjadi tempat "tikus-tikus" bersembunyi atau menyembunyikan diri.

Kemudian dalam terminologinya, nifaq dipahami sebagai menampakkan keislaman (baca kebaikan, kebersamaannya, kebersaudaraan) tetapi menyembunyikan identitas kekufurannya (baca niat dan kejahatannya, kebenciannya, kebermusuhannya). Orang yang terjangkiti penyakit nifaq ini disebut munafiq (munafik). Secara umum karakteristik sifat munafik adalah bermuka dua; beda antara yang disembunyikan di hati dan yang ditampakkan di lisan atau perbuatannya. 

Dalam ragam literatur, terinventarisir ragam sifat dan perbuatan yang dikategorikan menjadi ciri orang munafik, yaitu berdusta atau menipu, mengingkari janji, mengkhianati amanah, melakukan kefakiran seperti memutar balikan fakta, melempar tuduhan seenaknya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, terdapat empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu di antara tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan sifat dan sikap tersebut, yaitu: (1) jika diberi amanat, khianat; (2) jika berbicara, dusta; (3) jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; (4) jika berselisih, dia akan berbuat licik” (HR. Muslim)

Islam menuntun agar kita menjauhi sifat nifaq; menuntut agar kita  menghindari punya dua muka, sehingga Allah melindungi diri kita dari kekerdilan akhlak yang memalukan ini. Sifat orang yang bermuka dapat diketahui dari sikap kesehariannya. Saking bahayanya, orang-orang yang bermuka dua ini dijadikan salah satu nama surat dalam al-Qur'an, yakni surat al-Munafiqun.

Allah berfirman yang artinya 1.Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.

2. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.

3. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti.

4. Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?

5. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan menyombongkan diri.

6. Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

7. Mereka yang berkata (kepada orang-orang Ansar), “Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

8. Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah,
Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.

9. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

10. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.”

11. Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Munafiqun 1 - 11)

Orang yang bermuka dua itu benar-benar licik bin licin bagai belut yang hidup di lumpur, jangankan dipegang, maka dilihat saja sudah kabur secepat kilat menyelinap di lumpur kejahatannya. 

Mengapa sikap bermuka dua alias munafik  harus dijauhi? Karena Allah sayang kepada kita, sehingga kita masuk surga terhindar dari neraka dan orang munafik itu tempatnya di kerak neraka. Allah mengingatkan yang artinya Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (Qs. Al-Nisa 145)

Kita mesti ekstra hati-hati, karena sifat bermuka dua atau munafik juga terindikasi dalam perilaku shalat. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.” (Qs. Al-Nisa 142)

Rasulullah saw bersabda, “Itulah shalat orang munafik. Itulah shalat orang munafik. Itulah shalat orang munafik. (Yaitu) dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri (untuk shalat asar), lalu mempercepat (tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun) empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” (HR Muslim).

Melambat-lambatkan shalat dan shalatnya terburu-buru pasti mekanik saja, juga pada shalat dhuhur, magrib, isya, apalagi subuh. Maka untuk mengusir rasa malas yang mungkin masih tersisa, mari segera bangun tidur di sepertiga terakhir setiap malamnya untuk menjemput karuniaNya, guna menyucikan hati, mengasah akal budi, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk "sowan" menghadap pada Allah melalui shalat malam, bertahajud, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga terhindar dari sifat dan sikap bermuka dua sekecil apapun juga. Aamiin ya Rabb!