Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Malu Menunda-Nunda Taubat

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Jumadil Awal 1443 

Malu Menunda-Nunda Taubat
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini ada sifat dan sikap yang kontra produktif dengan akhlaq al-karimah tetapi sering kali terjadi, yakni melakukan dosa, tidak berusaha menunaikan ajaran agamanya dan anehnya juga menunda-nunda taubat.

Padahal, perbuatan dosa atau tidak mengerjakan ajaran agama hanya akan membuat noktak-noktah hitam mengotori hati seorang hamba. Apalagi kondisi ini berketerusan tanpa dibersihkan sehingga bisa-bisa menyebabkan hati tertutupi menjadi hitam (ada cover hitam sehingga cavir eh kafir), gelap gulita tak bercahaya. Mengapa? 

Ya, karena perbuatan dosa atau tidak mengerjakan ajaran agama itu menjelma menjadi energi negatif yang senantiasa memengaruhi pelakunya agar melakukan hal serupa dalam hari-hari kehidupannya. Inilah yang kemudian noktah-noktah hitam di hatinya menjadi semakin banyak, dan semakin banyak, sehingga memenuhinya. Bila hati sudah begini, maka bisa gelap mata, tak peduli halal haram, tak peduli menyakiti, tak peduli melukai, dan tak peduli mencelakakan diri sendiri.

Orang korupsi atau mencuri atau berzina atau meminum minunan keras atau berjudi atau perbuatan dosa lainnya, awalnya bisa jadi hanya coba-coba, tapi karena perbuatan dosa itu sebagai energi negatif maka ia akan minta diulang lagi dan diulangi lagi, apalagi belum atau tidak dipergoki oleh orang lain, tidak diketahui oleh pihak berwajib. Inilah akhirnya berkerusan dalam dosa dan tak ingat akhirat dan terus menunda-nunda taubat. 

Begitu juga yang belum mengerjakan ajaran agama. Nanti sajalah shalatnya, sekarang kan masih banyak pekerjaan, sibuk urus anak dan keluarga, sibuk kerja nyari nafkah di sawah (baca di kantor, di pasar, di mal, di laut, di hutan belantara, terbang di udara dan di manapun berada). Shalat, kan bisa saat tua?

Kapan-kapan sajalah belajar agama, bukankah sekarang masih muda. Bersenang-senang dulu, hidup glamor dan berfoya-foya selagi muda, menghabiskan masa muda dulu dengan menuruti kesenangan duniawiyahnya. Tokh belajar agama bisa di usia senja?

Nanti sajalah pakai jilbab dan kerudung syar'inya, mumpung masih laku actingnya dengan rambut terurai dan justru masih padat jobnya. Tokh masih panjang kesempatan yakni selagi tua untuk berbenah?

Nanti-nanti sajalah bertaubatnya. Tokh begini-begini juga aman nyaman saja, sehat, badannya segar, kaya, pinter, banyak teman, penghasilannya ngalir terus. Tokh taubat bisa kapan saja?

Oo.. memangnya kita yang mengatur-ngatur, apakah kita yang bisa memastikan ini dan itu, bagaimana kita tahu akan hidup sampai tua? Tidak, tidak, dan tidak!  Kita diatur oleh Sang Pencipta, meski tetap dianugrahi kebebasan. Kita tidak bisa memastikan apapun, karena  semua itu hanya akan berjalan sesuai ketentuan Allah. Kita pun juga tidak tahu berapa lama lagi hidup di dunia ini, di mana akan mengakhiri, siapa saja yang akan menshalatkan jenazah kita nanti. Nah, bagaimana kita bisa menunda-nunda taubat? Bagaimana kita bisa menunda-nunda mengerjakan shalat? Bagainana kita bisa menunda-nunda taat? 

Pasti, hanya orang takabur yang bisa dan biasa melakukan ini. Orang-orang cerdas akan bersegera kepada ampunan Allah. Dalam konteks ini Allah berfirman yang artinya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(Qs. Ali Imran 133) 

Agar diri kita senantiasa dalam lindunganNya, mari segera bangun tidur untuk istikamah dalam ketaatan pada Allah, menjemput keridhaanNya, guna menyucikan hati kita, mengasah akal budi kita, menyehatkan fisik kita. Pastikan segera ambil air sembahyang; mengenakan pakaian indah yang kita miliki untuk "sowan" menghadap pada Allah melalui shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita sehingga dapat hidup secara layak bermartabat di dunia ini, dan meraih kebahagian surga nan abadi. Aamiin ya Rabb.