Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keberkahan Iman

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 2 Jumadil Akhir 1443

Keberkahan Iman
Saudaraku, iman atau percaya itu sejatinya ranahnya hati, namun dalam Islam kemudian merefleksi memengaruhi lati, pekerti dan rasa manisnya. Seorang hamba yang hatinya dipenuhi iman pada Allah dengan pemahaman yang memadahi, maka akan merefleksi pada keindahan budi pekerti dan rasa bahagia yang dinikmati. Nah di sinilah di antara keberkahan iman dapat dipahami. Artinya, dengan berseminya iman di hati, ia menjadi energi positif yang memengaruhi tumbuh-kembang dan kuatnya iman itu sendiri di sanubari, yang bersinergi berbanding lurus dengan amaliyah hari-hari yang shalih, santun, indah berseri-seri, serasi dan memberi arti pada kebahagiaan diri juga sesama insani.

Di samping itu, iman itu merupakan ikatan dan keterikatan yang menghubungkan antara hamba dan Allah Rabbnya, sehingga ketika ikatan dan keterikatannya lekat, kuat dan semakin dekat, maka akan merefleksi pada amaliyah hari-hari yang merahmati, melindungi, mengasih-sayangi, memberi kebermanfaatan pada kehidupan sebagai percikan dari kemahamaagungan Allah ta'ala. Di sinilah, mengapa iman dalam Islam diformalkan dalam istilah akidah (Arab: العقيدة) yang intinya ikatan kuat menghubungkan hamba dengan Rabbuna. 

Apalagi dalam terma akidah mengelaborasi kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan al-rabthu biquwwah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat. Oleh karenanya, akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Dan akidah Islamiyyah dipahami sebagai keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada malaikatNya, rasulNya, kitab yang diturunkanNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk. Jadi keberkahan iman, bermula pada keyakinan di hati dengan pemahaman yang memadahi lalu merefleksi pada kepribadiannya yang taat pada syariat, sehingga menuai hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Adapun secara teologis normatif, keberkahan iman bisa dirujuk secara langsung dalam al-Qur'an. Allah berfirman yang artinya Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan oleh perbuatannya.” (QS. Al-A'raf 96)

Merujuk pads normativitas yang terjemahannya terrera di atas di antaranya dapat dipahami bahwa keberkahan dijemput dengan iman dan takwa. Inilah keberkahan iman dan takwa. Dan di antara energi positif sebagai keberkahan iman, seperti diwasiatkan oleh Ali bin Abi Thalib ra mewujud setidaknya pada empat sikap.

Pertama, al-khaufu minal jalil, yaitu rasa takut kepada Allah yang maha perkasa. Orang-orang beriman dan bertakwa pasti takut pada Allah, taku pada siksa Allah. Sehingga orang-orang beriman senantiasa diliputi rasa takut untuk meninggalkan perintah Allah dan takut melakukan kemaksiatan kepadaNya. Orang-orang beriman senantiasa diliputi rasa takut mendapat azab dari Allah atau takut tidak mendapat keridhaanNya. Dengan rasa takut, memengaruhi seorang hamba untuk semakin dekat dengan Allah dengan melaksanakan srluruh perintahNya dan meninggalkan laranganNya.

Kedua, Al-amalu bittanzil, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup. Jadi, orang dikatakan beriman dan bertakwa manakala dekat akrab dengan Al-Qur'an, berusaha mentafakuri, mentadabburi dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang terkandung di dalamnya. 

Ketiga, Al-Qanaatu bil qabil, yaitu orang yang bertakwa adalah orang yang menerima apa yang diberikan oleh Allah. Selalu merasa cukup atas rezeki yang Allah karuniakan kepadanya. 

Keempat, al-Isti'dad liyaum al-rahil, yaitu menyiapkan bekal amal takwa untuk kembali berpulang kepada Allah. Orang yang beriman dan bertakwa akan selalu siap dan menyiapkan diri untuk pulang ke haribaan Ilahi. Karena di sinilah asal muasal dan tempat berpulang seluruh yang ada ini, sangkan paraning dumadi, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Dengan ilustrasi di atas sejatinya yang menuai keberkahan iman ya utamanya kita sendiri, lalu meluberi dan dirasakan oleh sesama juga kehidupan seluas-luasnya. Aamiin