Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keberkahan Rezeki

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 5 Jumadil Akhir 1443

Keberkahan Rezeki
Saudaraku, dalam Islam rezeki itu segala yang memberi kebermanfaatan pada manusia, baik bersifat materi (maady) seperti harta, pangan, sandang, dan papan  maupun immateri (maknawi) seperti iman, ilmu, amal, Islam, kesehatan, kesempatan, amanah tahta, pertemuan, ukhuwah, persaudaraan; baik yang diikhtiarkan (kasby) maupun dianugrahkan tanpa disangka-diduga seperti hadiah (wahby). 

Sebagai orang beriman, kita meyakini bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Allah  al-Razzaq al-Wahhab yang maha mengaruniai dan dikaruniakan kepada semua makhlukNya, apalagi hamba-hambaNya. Allah berfirman yang artinya Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."(Qs. Hud 6)

Nah, ungkapan banyak anak  - apalagi shalih dan shalihah semua - banyak rezeki sepertinya bisa dipahami.  Sebagai hamba-hambaNya, kita tinggal saja berdoa sembari berusaha menjemput dan mensyukurinya agar keberkahannya dapat dirasakan. Bagaimana kiat agar memperoleh keberkahan rezeki? Dalam hal ini Allah memberi petunjuk melalui firmanNya yang artinya,“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raf  96)

Berkah dari langit bisa berupa air hujan yang mengairi, menghidupi dan menyuburkan aneka hayati di bumi; bisa berupa sinar matahari yang menyinari dan memberi kebermanfaatan makhluk yang ada di dunia ini; dan bisa berupa atasan atau pemimpin yang adil menyejahterakan staf atau rakyat atau bawahannya. Adapun berkah dari bumi bisa berupa tanah yang subur, aneka kekayaan tambang yang menjanjikan dan bisa berupa kehidupan di bumi yang saling asih asah dan asuh dalam kebenaran dan ketakwaan.

Bila keberkahan (umur, rezeki, ilmu, amal dst) dapat dijemput, diperoleh dan dirasakan dengan keimanan dan ketakwaan, maka sebaliknya keberkahan juga bisa hilang begitu saja dengan perbuatan dosa dan laku maksiat lainnya. Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya al-Da`wa al-Dawa` mengatakan, di antara akibat maksiat itu adalah akan menghapuskan keberkahan umur, rezeki, ilmu, amal, dan ketaatan. Secara umum maksiat (perbuatan yang melanggar syariat) menghapuskan keberkahan agama dan dunia. Karena itu, orang yang bermaksiat kepada Allah tidak akan mendapatkan keberkahan dalam umurnya, agamanya, dan dunianya. 

Keberkahan rezeki ditandai dan dirasakan dengan kebaikannya yang senantiasa bertambah-tambah. Oleh karenanya keberkahan yang paling utama dan pertama adalah dengan rezeki yang kita terima dapat mengantarkan diri pada kedekatan pada Ilahi. Allah berfirman yang artinya tidak sama yang buruk (rezeki yang haram) dengan yang baik (rezeki yang halal) meskipun yang buruk itu bisa menarik, maka bertakwalah yang Allah hai orang yang berakal agar kamu mendapat kesempatan (Qs Al-Maidah 100). 

Normativitas yang terjemahannya tertera di atas di antaranya dapat dipahami bahwa segala sesuatu (rezeki) yang baik akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan akan menuntun jalan ke surga (baca rasa bahagia). Inilah keberkahan rezeki begitu nyata. 

Di samping mengantarkan diri menuju, dekat dan bersatu dengan (keridhaan) Allah ta'ala, keberkahan rezeki juga pada kelestarian dirasakannya dan bertambah-tambahnya, baik dari ranah kuantitas maupun kualitasnya. Kondisi fisik yang fit sehat wal afiat, keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah, anak-anak tumbuh kembang menyejukkan mata juga hati, harta terus melimpah sehingga bisa terus bisa berbagi, amanah tahta menjadi ladang amal untuk mendulang pahala, ilmu dan hikmah yang meluas bak samudra,  hati yang senantiasa bersyukur pada Allah ya Razzaq ya Wahhab merupakan di antara keberkahan rezeki yang layak disyukuri. Aamiin ya Rabb