Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sosok Sederhana yang Mempesona Bernama Mas Atho Aceh

Sosok Sederhana yang Mempesona Bernama Mas Atho Aceh

2 hari bersama beliau, mengikuti beliau mengisi pengajian dan motivasi di malaysia. Ada percikan keteladanan, nasehat dan sikap yang mempesona dari sang Peraih Ma'arif Award.

Tidak berlebihan bila menceritakan sosok yang tak pernah cari panggung. Jarang di sorot media tapi tetap menginspirasi. Beliau bernama Mas Atho Aceh lengkapnya dr Athaillah Sp.OG dokter spesialis Obgyn yang tetap merendah dihadapan siapapun.

Saat saya menawari hotel, beliau ingin hotelnya sederhana saja, asal bisa mandi dan tidur. Beliau nasehati saya jangan sewa yang mahal-mahal karena itu sangat berlebihan. Saya jadi ingat sosok buya syafi'i maarif yang diceritakan oleh salah satu dosen NUS ketika berkunjung ke singapore. Buya syafii selalu memilih tempat tinggal sederhana padahal beliau tamu terhormat. dan dr athaillah adalah muridnya buya syafi'i yang mengikuti jejak sang guru.

Hari pertama malam ahad, beliau langsung mengisi tausiah ke warga muhammadiyah malaysia. Hampir 2 jam tapi sangat adem dan tidak terasa. Semua yang mengikuti pengajian seperti tersengat dengan kata-katanya. Perjuangan dalam dakwah bermuhammadiyah memang tidak mudah, ini jalan dakwah sunyi tapi menyentuh semesta. 

1 hari saat saya menawarkan mas atho(panggilan dr athaillah) mengililingi kuala lumpur, beliau memilih kendaraan umum dan jalan kaki. "Gak apa-apa rizki saya kuat kok jalan kaki, biasa periksa pasien dari kamar ke kamar. Bisa puluhan kilo meter sehari" ungkapnya. Beliau juga berbeda dengan pejabat tidak suka dilayani berlebihan padahal beliau pemimpin saya.

Dalam perjalanan saya dan sahabat saya Arrazi   mendampingi dr Athaillah  setelah naik monorel berhenti di Imbi, jalan kaki lalu saya tawarkan sepatu baru beliau dengan tegas menolak, "masih banyak sepatu di rumah yang terpakai" ungkapnya. Kami masuk ke Mall time square, beliau memilih membeli baju buat ke tiga anaknya. Selainnya dr athaillah tidak membeli apa-apa.

Perjalanan kami berlanjut dengan jalan kaki, makan siang salah satu kedai arab, menikmati nasi briyani dari Bukti bintang. Lanjut jalan kaki ke KLCC menara kembar melawati ruang bawah tanah. Kemudian kami duduk di depan Menara Kembar yang jadi Icon Negara Malaysia. Saya tersenyum beliau bukan menikmati menara kembar malah nonton ceramah di hpnya dan tertidur sejenak sambil duduk. Saya bisik sahabat saya. Kayaknya dr Athaillah tidak menarik dengan menara megah ini. Donya nyoe. Jak tajep ie.

Setelah menikmati diskusi hangat tentang Islam di tanah melayu hingga ke eropa dengan Abanda Muhajir Ismail di lantai 4 KLCC. Kami lanjut lagi jalan kaki, Pinggang rap putoh (pinggang saya hampir putus) melawati Jembatan Saloma hingga Shalat Magrib Di Masjid Jamik Kampung baru. 

Setelah Shalat kami, bertemu dengan Pak Fauzi Fatkhur  Warga Muhammadiyah Kampung baru. Beliau mengundang makan di WASOLAMU warung soto lamongan muhammadiyah. Salah satu Amal Usaha PCIM malaysia di kuala lumpur. dr athaillah tidak ada gaya pejabat, beliau bisa makan apa saja. 

Selama di wasolamu dr athaillah nampak nyambung dengan pak fauzi, masing-masing menceritakan perjuangan dakwah muhammadiyah. Pak fauzi cerita tentang perjuangan membesarkan muhammadiyah di malaysia hingga berdiri prim, wasolamu dan UMAM Universitas Muhammadiyah Malaysia di Perlis. dr Athaillah menceritakan awal mula beliau pulang ke Aceh dr Jogja, nikah dengan wanita Idamannya bunda Nur Sa'adah  dari Klaten hingga pulang ke aceh menjadi relawan tsunami di Meulaboh hingga mendirikan sekolah dan UMMAH universitas Muhammadiyah Maha Karya Aceh. Kemudian besok paginya beliau balik ke Bireuen.

Perjalanan yang hebat, penuh ibrah bersama peraih maarif award. dr Athailah A   Latief Sp.OG. Kesannya beliau sederhana tapi mempesona.

Rizki Dasilva