MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID: MAKNA TAJDID DALAM PEMAHAMAN MUHAMMADIYAH
Oleh: Al Yasa` Abubakar, Ketua PWM Aceh Periode 2005-2010 dan 2010-2015
Bermuhammadiyah, beramal, bergembira;
Berorganisasi, bersilaturrahim, bertoleransi;
Pahala dicari, dosa dihindari, ukhuwwah dijalani;
mensejahterakan diri, keluarga dan masyarakat bersama-sama.
Warga Muhammadiyah yakin sekali bahwa organisasi ini sejak awal pertama kelahirannya bertujuan menjadikan ajaran dan tuntunan Islam berpengaruh nyata pada kehidupan masyarakat.
Mereka yakin organisasi ini didirikan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pribadi, keluarga dan masyarakat muslim secara simultan dalam semua segi kehidupan karena, didorong, diperintahkan dan
digerakkan oleh agama. Untuk itu Muhammadiyah pertama-tama berusaha memperbaiki kualitas pemahaman agama, dan setelah itu kualitas pengamalannya dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, meliputi semua aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, dan penghasilan, termasuk kualtias kesadaran untuk meningkatkan ukhuwwah, sehingga semua amal dan kegiatan dapat dikerjakan secara bersama-sama dengan gembira dan bergairah.
Muhammadiyah berusaha
menyadarkan dan meyakinkan anggotanya bahkan umat Islam secara umum, semua kegiatan ini mesti dianggap sebagai bagian dari perintah gama dan bagian dari menjalankan ajaran agama (akan diberi
pahala bagi yang melakukannya). Upaya ini sedari awal dinyatakan sebagai upaya menjelaskan Islam sebagai agama yang berkemajuan, disingkat Islam berkemajuan.
Di kalangan Muhammadiyah populer sekali cerita tentang pengajian awal yang dilakukan KH Ahmad Dahlan yang sering disebut sebagai semangat, filosofi bahkan ada yang menamainya sebagai teologi alMa`un. Sama seperti tokoh agama lainnya, Ahmad Dahlan sepulang dari menuntut ilmu membuka pengajian, dalam upaya meningkatkan kualitas keislaman penduduk di sekitar tempat tinggalnya.
Ketika pengajian sampai ke surat Al-Ma`un, beliau tidka melanjutkan ke surat/ayat lainnya, sehingga ada yang bertanya kenapa terus diulang dan tidak pindah-pindah. Dalam cerita ini disebutkan, beliau memberi jawaban bahwa ayat ini (dan semua ayat Al-qur’an) dikaji untuk dipahami, diresapi dan setelah itu diamalkan dalam kehidupan nyata.
Tidak cukup kalau hanya sekedar dihafal sebagai bacaan shalat. Beliau mengajak jamaah pengajiannya untuk mengaktualisasikan isi surat tersebut dalam hidup keseharian, dengan membantu anak yatim dan orang miskin yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
Beliau mengajarkan kebersihan, mengajak jamaah yang mampu untuk membantu masyarakat (orang di sekitar mereka) yang kualitas pengamalan agama dan hidup kesehariannya masih sederhana.
Beliau mengajarkan bahwa Islam menuntut pemeluknya untuk membudayakan kebersihan pada diri dan lingkungannya. Beliau mengajak mereka untuk mandi secara teratur dan memperkenalkan sabun
sebagai alat kebersihan.
Beliau mengajak jamaahnya untuk membantu menyadarkan masyarakat bahwa budaya mengganti dan mencuci pakaian secara teratur, menjaga lantai dan halaman rumah selalu bersih
adalah bagian dari ibadah. Beliau mengajak masyarakat untuk membantu anak yatim dan orang miskin dengan makanan, pakaian, pekerjaan, tempat tinggal dan pendidikan.
Di pihak lain beliau juga mendirikan mushalla, menghidupkan shalat fardhu berjamaah dan pengajian rutin di mushalla tersebut. Dalam pengajian ini beliau membacakan ayat Al-qur’an atau hadis menjelaskan maksudnya secara aktual, lalu mengajak masyarakat untu menjalankannya di tengah kehidupan keseharian mereka.
Isi pengajian ini bukan hanya tentang ibadah atau pahala dan dosa, tetapi juga mengenai hidup keseharian, bagaimana agar hidup menjadi lebih berkualitas dan bermakna, sehingga lebih menggembirakan dan mensejahterakan. Di dalam film Sang Pencerah telihat tayangan Kiyai Ahmad Dahlan menggesek biola, yang dapat ditafsirkan beliau menghargai seni musik bahkan mungkin kesenian secara luas dan umum, mempraktekkannya dalam hidup keseharian, dan tidka keberatan kalau jamaahnya memainkan alat-alat musik untuk berdakwah, untuk menghaluskan perasaan dan memupuk rasa keindahan.
Dari kisah ini warga Muhamadiyah yakini sekali bahwa KH Ahmad Dahlan melahirkan Muhammadiyah sebagai organisasi didorong oleh dua semangat utama yang tetap penting sampai saat sekarang.
Pertama aktualisasi ajaran Islam dalam kehidupan nyata, sehingga akan memberikan pengaruh langsung
pada peningkatan kualitas umat, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Peningkatan kualitas ini ditujukan untuk dua segi kehidupan, sejahtera di dunia dan selamat di akhirat, yang secara sederhana sering diistilahkan dengan kegiatan dan upaya ishlah di bidang amal usaha.
Kedua untuk melaksanakan upaya mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata, yang diharapkan mampu
menjadikan umat lebih berkualitas, tegak sama tinggi dengan masyarakat lain, tidka dianggap sebagai masyarakat kelas bawah, kelihatannya Ahmad Dahlan sangat yakin bahwa pemahaman atas ajaran agama pun perlu diperbaiki alias diperbaharui Secara sederhana kegiatan ayng keuda ini sering diistilahkan dengan kegiatan dan upaya tajdid di bidang pemahaman atas ajaran wahyu (pemahaman ulang atas isi Al-qur’an dan hadis Rasulullah).
Jadi Muhammadiyah sebagai organisasi sejak awal kelahirannya sudah menyatakan diri mengikuti paham pembaharuan dalam pemahaman agama. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 4 tentang Identitas dan Asas disebutkan, (1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. (2)Muhammadiyah berasas Islam.
Dari ketentuan ini ada tiga hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang bersumber kepada Al-qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber dasar, yaitu sumber yang berdiri
sendiri. Adapun sumber lain, seperti ijma` dan qiyas atau qaul Sahabat (Pendapat para Sahabat) dianggap sebagai sumber lanjutan atau tambahan yang mesti berdasar kepada dua sumber utama
tersebut.
Sumber-sumber selain Al-qur’an dan hadis ketika dipakai mesti diujikan kepada Al-qur’an dan hadis. Kalau sesuai dengan kedua sumber utama ini maka akan diterima dan kalau tidak sesuai maka
akan ditolak.
Kedua, Muhammadiyah adalah gerakan da’wah amar ma`ruf nahi munkar. Bidang kegiatannya adalah dakwah, bukan gerakan (partai) politik. Muhamadiyah bergerak di bidang dakwah secara luas, yang intinya merupakan upaya meningkatkan kualitas umat dalam berbagai bidang kehidupan. Secara praktis di lapangan, ada empat bidang utama yang digeluti Muhammadiyah yaitu pendidikan, sosial dan kesehatan, yang kesemuanya diikat dengan kegitan keempat yaitu menggalakkan ibadah, meramaikan masjid, mempererat ukhuwwah dan mensyi`arkan Islam sebagai agama rahmatan lil `alamin.
Muhammadiyah tidak masuk bahkan menghindari kegiatan di bidang politik praktis, tidak berafiliasi dengan partai tertentu, dan tidak akan mendukung atau berkampanye untuk calon-calon tertentu dalam pemilihan umum. Selain empat bidang di atas, Muhammadiyah dalam beberapa kesempatan, pernah
berusaha memperluas jangkauan kegiatannya, mencoba masuk ke bidang ekonomi dan kesenian.
Tetapi usaha ini kelihatannya belum berkembang seperti kegiatan dalam empat bidang yang menjadi kegiatan
utama di atas.
Ketiga, Muhamamdiyah dalam paham agama, secara jelas menyatakan diri mengikuti tajdid. Secara sederhana tajdid adalah pembaharuan, yaitu pemberian peluang kepada para ulama untuk memahami agama tanpa mengikatkan diri secara ketat kepada pemahaman (mazhab) yang sudah ada.
Tajdid adalah upaya untuk memperbaharui pemahaman atas ajaran agama atau dengan kalimat lain, merupakan upaya untuk menafsirkan Al-qur’an dan hadis secara baru, apabila dianggap perlu. Muhammadiyah seperti disebutkan diatas, secara jelas mengakui Al-qur’an dan Sunnah sebagai sumber ajaran.
Muhammadiyah akan berpegang kepada dua sumber utama ini secara teguh, namun dalammemahaminya tidak mau mengikatkan diri dengan pemahaman yang ada. Muhammadiyah sekiranya
perlu akan melakukan pemahaman sendiri, walaupun akan berbeda dengan pemahaman ulama lain, termasuk dengan pemahaman para Sahabat Rasulullah. Upaya pembaharuan ini dianggap perlu
dilakukan karena adanya kemajuan pengetahaun ilmiah dan teknologi.
Muhammadiyah berusaha memanfaatkan secara proporsional (bahkan maksimal) capaian pengetahuan ilmiah ini dalam
pemahaman agama, tanpa perlu mempersoalkan dari mana asal pengetahuan ilmiah tersebut. Dalam
penggunaan sehari-hari, istilah tajdid dilingkungan Muhammadiyah sering diungkapkan dengan slogan Paham Islam berkemajuan, atau Islam berkemajuan.
Seperti telah disebutkan, pembaharuan ini dilakukan Muhammadiyah dalam dua bidang utama.
Pertama pembaharuan pengamalan ajaran agama (ishlah amal kegiatan) dalam kehidupan nyata seharihari dan kedua pembaharuan pemahaman atas isi dan tuntunan Al-qur’an dan As-Sunnah (tajdid
pemahaman agama). Mengenai yang pertama, Muhammadiyah yakin bahwa Islam sebagai agama terakhir yang diturunkan Allah, sekiranya diamalkan secara benar dan sungguh-sungguh, mesti dan pasti akan membawa umatnya kepada kehidupan yang berkualitas alias sejahtera dan mulia.
Pengamalan Islam secara benar antara lain, dilakukan dengan pengamalan ibadah secara teratur, dihayati dan tulus
karena Allah Swt, sehingga memberikan pengaruh positif kepada perilaku sehari-hari. Pengamalan agama yang benar diwujudkan juga dalam bentuk pensucian diri, yaitu mengamalkan akhlak mulia
karena Allah, seperti jujur, disiplin, rajin, berkemauan dan keras, toleran, suka memaafkan, amanah, tidak mengupat, bergunjing dan memfitnah, dan sebagainya meliputi semua akhlak yang luhur.
Pengamalan agama yang benar juga diwujudan dalam beberapa bentuk lainnya seperti kehidupan keluarga yang diliputi kesetiaan, kasih sayang dan pengorbanan.
Menjalankan kegiatan pendidikan yang mencerahkan, yang menjadikan seseorang taat beribadah, di satu pihak, dapat menyiapkan anak didik (generasi muda) memasuki dunia kerja setelah dewasa nanti,setelah itu mampu hidup berukhuwwah dan bersosialisasi dengan orang-orang disekitar, oleh
Muhammadiyah dipahami sebagai bagian dari ibadah dan pengamalan agama secara benar.
Mampu menjaga kesehatan dan mampu menjalani hidup secara teratur, sehingga ketika berusia tua tidak menderita karena kesalahan perilaku kesehatan di usia muda, oleh Muhammadiyah dipahami sebagai bagian dari menjalankan ajaran agama secara benar.
Di samping itu yang tidak kalah pentingnya, pengamalan Islam secara baik menurut Muhammadiyah mesti terwujud dalam upaya dan kesungguhan para orang tua mengajarkan dan mencontohkan secara nyata kepada anak-anak mereka, mengenai makna dan cara menjalankan kejujuran, amanah, suka menolong, dan hidup berukhuwwah dengan para tetangga dan sahabat yang ada di sekitar mereka. Para pendiri dan tokoh Muhammadiyah dari masa ke masa, yakin sekali bahwa pendidikan yang berkualitas, yang diiringi dengan pengamalan ajaran Islam secara benar, dan sungguh-sungguh akan menjadikan kaum muslimin mempunyai nilai budaya yang luhur, yang berorientasi ke masa depan.
Mereka akan
sanggup mengatur dan melindungi diri dan masyarakat mereka sendiri dan karena itu akan dihormati dan disegani oleh kelompok dan bahkan bangsa lain Apa yang diuraikan di atas akan dapat dicapai apabila pemahaman atas ajaran agama merupakan pemahaman yang mencerahkan yang dapat dilaksanakan secara nyata di tengah masyarakat.
Kesadaran ini membawa Muhammadiyah pada pembahruan yang kedua yaitu Pembaharuan pemahaman atas
ajaran kitab suci. Muhammadiyah merasa mesti kembali ke ajaran Islam yang murni, yaitu Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dua kitab suci ini mesti dipegang teguh seteguh-teguhnya, namun perlu diberi
pemahaman baru yang menyegarkan, yang dianggap sesuai dengan semangat zaman dan keperluan nyata masyarakat masa sekarang. Inilah yang dikatakan tajdid atas pemahaman agama, yang merupakan
aspek pembaharuan kedua dalam Muhammadiyah.
Tentang hal ini in sya Allah akan penulis uraikan dalam tulisan yang akan datang. Wallahu a`lam bish-shawab.