Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Suka Menuduh! Untuk Apa Wisuda SD, SMP dan SMA?

Sebenarnya dari kemaren tidak ingin menjawab persoalan ini, tapi perlu juga menjawab untuk tidak menyebar fitnah buat kepala sekolah dan guru yang seharusnya perlu di hargai karena usaha mendidik anak-anak tuan dan puan selama ini.

Baiklah, kita coba lihat dan coba pikirkan dari sisi yang positif yang berbeda namun tidak menafikan kekurangan yang wisuda yang dilaksanakan oleh beberapa sekolah. Yang tentu perlu di perbaiki dengan memberi masukan dari para orangtua dan para tokoh yang peduli dunia pendidikan.

Sebagai kepala sekolah dan guru yang diamanahkan untuk mengajar dan mendidik anak tuan dan puan tidak setuju bila semua wisuda di anggap proyek sekolah. Seakan-akan kami sebagai pendidik  terlalu hina dengan tuduhan semacam ini. Karena di SDIT Muhammadiyah Bireuen justru untuk acara wisuda tidak mencari keuntungan semata. LPJ keuangan setiap kegiatan wajib di buat oleh bendahara panitia. setiap wisuda kami  menambah anggaran kas sekolah karena tidak cukup infak wali murid. Perlu diketahui juga ada sebagian wali murid menyumbangkan dana pribadi tambahan infak untuk menyuksukses prosesi wisuda dengan suka rela.

Saya benar-sangat tersinggung dengan fitnah ini. Kepada siapapun yang menganggap wisuda adalah proyek dan mencari keuntungan sekolah, sebutkan sekolah yang mana?. Hal ini  supaya sikap kita lebih bijak dan tidak menjadi fitnah dan tidak menjadi prasangka negatif yang akan timbul setiap tahun yang akan merusak keharmonisan lembaga pendidikan antara sekolah dan orangtua yang mengemban amanah untuk masa depan anak-anak didik. Tentunya juga bertambah dosa-dosa diantara kita. 

Setiap kita punya pandangan yang berbeda, punya niat dan gagasan yang berbeda. Dijaman modern saat ini disetiap lembaga pendidikan timbul gagasan dan ide yang semakin hari semakin berkembang. Tentu setiap ide, gagasan dan inovasi dilandaskan dengan agama, budaya dan kearifan lokal. Menurut saya wisuda itu baik bila dikemas dengan dengan landasan agama dan menumbukan motivasi, karya dan kesan yang baik. Asalkan sekolah mampu menampilkan wisuda wisuda penuh dengan kegiatan yang positif.

Punca masalahnya wisuda saat ini adalah karena ada kutipan dana, disinilah masalah yang utama. Sekolah ingin menampil wisuda yang mengesankan dan positif, dengan fasilitas yang baik. Dan hal ini disambut baik oleh beberapa wali siswa, bahkan ada yang memberi lebih sebagai bentuk terima kasih kepada sekolah yang selama ini sudah mendidik dengan tulus dan ikhlas. Ada wali siswa bahkan memberi infak lebih.

Nah, bagaimana dengan siswa kurang mampu? ini perlu diperhatikan. Setiap tahun di sekolah saya bagi siswa kurang mampu boleh berinfak semampunya untuk kegiatan wisuda. Bahkan sebagian lagi ada juga uang pribadi guru kami membantu siswa kurang mampu asalkan bisa wisuda bersama kawan-kawannya. 

Bagi pandangan siswa tentu berbeda lagi, siswa menunggu dan sangat bahagia diwisudakan. Termasuk anak saya yang wisuda di TK, karena saya tidak berada di indonesia saat ini. Hampir setiap menit di acara wisudanya di video call saya hanya ingin sampaikan "Abi kakak sudah besar, mau masuk SD, kakak senang di wisuda, coba abi lihat baguskan baju wisuda kakak?". Ini bukan kalimat biasa menurut saya, ini kalimat percaya diri yang perlu di tanamkan di bangsa kita. 

Cobalah, jangan disamakan semuanya. Datanglah di wisuda kami, di acara wisuda tahfiz. Siswa menampilkan hafalan quran, karya perpisahan terakhir kali untuk gurunya. Ada siswa menyampaikan terima kasih buat gurunya yang sudah mendidik 6 tahun, dari gak bisa baca, sekarang udah lancar membaca dan berhitung. siswa juga berterima kasih kepada guru dan orangtuanya sudah bisa menghafal quran 1sampai 6 juz.

Jangan pernah menilai sesuatu dengan cara pandang negatif kita, mari banyak bertanya, banyak berdiskusi, melihat dari sudut yang berbeda, saling menasehati, tidak saling menuduh. Nah Wisuda kami itu bukan proyek!. Bukan mencari keuntungan, kami ingin siswa diapresiasikan, diberi motivasi, kepecayaan diri.

Kalau bapak ibu membayar biaya wisuda juga tidak besar,  anggap itu infak dan ivestasi pendidikan yang menjadi amal kebaikan yang diberikan hanya 6 tahun sekali. Dengan infak wisuda itu juga gak cukuplah membuat guru-guru dan kepala sekolah tiba-tiba kaya mendadak, bisa beli Lamborgini untuk mengajar kesekolah. Nah.

Mari kita tidak menuduh sembarangan, apalagi yang menuduh itu para guru yang sebenarnya harus memberi keteladanan yang baik, bukan sikap buruk yang dipertontonkan. kalaupun ingin menuduh negatif! sebutkan sekolah yang mana? Semoga perubahan yang lebih baik!


Rizki Dasilva

Kepala SDIT Muhammadiyah Bireuen