Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Kinestetik Kisah Rasulullah SAW



Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 17 Muharam 1443.

Pesan Kinestetik
Saudaraku, apa yang berbayang dalam benak pikiran kita ketika membaca dan menyaksikan rute yang tidak lazim dan tempat-tempat yang dilalui atau disingggahi oleh Nabi bersama Abubakar. Bayangkanlah ini terjadi sekitar 15 abad yang silam,  sesaat keluar dari kediamannya di Makkah dan bersama Abubakar menuju Gua Tsur gua dan jalannya yang masih "perawan",  berliku dan terjal berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah,  Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari di gua yang harus ramah dengan perubahan cuaca di dalamnya. 

Rute berikutnya ke arah barat menuju Hudaibiyah, arah sebelah timur desa Sarat. Kemudian, menuju arah Madinah dan berhenti di sebuah kawasan di al-Jumum dekat wilayah Usfan. Lalu, bergerak ke arah barat dan memutar ke perkampungan Ummul Ma'bad dan berhenti di wilayah Al-Juhfah,  Thanniyat al-Murrah, Mulijah Laqaf, Muwijaj Hujaj, Bath Dzi Katsir, hingga tiba di Dzu Salam. Di sini, beliau memutar ke arah barat sebelum meneruskan ke arah Madinah dan berhenti di daerah Quba. Di sinilah beliau mendirikan Masjid Quba, yaitu Masjid pertama yang didirikan Nabi. Setelah itu, barulah Nabi menuju Madinah. Sekitar sebulan Nabi dan Abubakar menyusuri semua rute dan singgah di tempat mana yang mengharuskan singggah. Saya rasa, hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia merupakan kerja besar yang harus siap segala sesuatunya.

Dan siapapun akan memberikan jawaban atas pertanyaan di awal muhasabah yang mengagumkan. Fisik dan kesehatan Nabi dan Abubakar juga sahabat mulia lainnya pasti dalam kondisi sangat prima: kuat, sehat, dan terampil. Inilah yang melatari muhasabah ini sehingga diberi judul pesan kinestetif.

Inilah Islam,  di samping mementingkan dimensi psikhis, sebagai agama yang universal dan komprehensif,  juga sangat mementingkan dimensi fisik. Di sinilah pentingnya fisik yang segar bugar dan kesehatannya dalam kondisi prima, badannya kuat dan penampilannyapun menawan. Mengapa kesehatan fisik itu sangat penting?  Iya, karena fisik adalah modal awal untuk mengoptimalkan dalam berta'abud ilallah, memaksimalkan dalam mengabdi pada Allah. 

Apalagi sesampai di Madinah, kaum muhajirin yang melakukan hijrah sudah harus mampu melakukan tugas dan kewajibannya masing-masing, baik dalam hal ibadah maupun sodial kemasyarakatan. Dalam hal ibadah tentu harus ditunaikan secara sempurna syarat dan rukunnya. Nah ibadah ini baru bisa ditunaikan dengan sempurna ketika badan atau fisik kita sehat dan bugar. Katakanlah shalat, misalnya. Coba bayangkan bila kondisi fisik lemah apalagi sakit, maka shalatpun sering terganggu kesempurnaannya apalagi kekhusyukannya. Demikian juga ibadah lainnya. Oleh karenanya menjaga kebugaran dan kesehatan fisik merupakan keniscayaaan. 

Secara manusiawi, kita dituntun mensyukuri kesehatan fisik dengan hal-hal yang bermanfaat. Di samping mengosumsi makanan minuman yang baik, halal dan secukupnya, maka untuk memelihara kesehatan dan keseimbangan fisik, Nabi Muhammad saw juga mencontohkan pola hidup sehat seperti bila malam tiba Nabi cepat tidur bangun pada sepertiga terakhir malamnya untuk ibadah bermunajat, tidur dengan posisi miring, tidak tidur lagi setelah shalat subuh dan usai asar, gemar berolah raga, dan selalu dalam kondisi suci (ada air wudhuk). Allahu a'lam