Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Membangun


Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Muharam 1443

Pesan Membangun
Saudaraku, upaya penting dalam rangka mensyukuri kemerdekaan adalah mengisinya dengan membangun negeri. Ya, membangun negeri sebagaimana halnya Nabi saat tiba di Yasrib. Membangun negeri dengan berupaya melakukan apapun demi kebaikan, kemajuan, keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan  tegaknya peradaban negeri dan segenap penduduknya.

Menelisik sejarah Islam diketahui bahwa setidaknya di fase-fase awal di Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad saw telah membangun pondasi umat yakni membangun masjid, membangun ukhuwah, dan membangun pasar.

Pertama, membangun masjid. Di antaranya Mahid Quba dan Madjid Nabawi. Kedua masjid ini merupakan pusat ibadah, pusat dakwah dan pusat pendidikan dan pengajaran. ukhuwah, dan perekonomian umat.  Inilah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Dalam ini Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Qs. Al-Taubah 108)

Masjid di samping sebagai tempat ibadah terutama shalat berjamaah, juga sebagai pranata dakwah dan pendidikan yang sangat penting di masa awal Islam. Bahkan masjid karena digubakan untuk shalat jjma'ah, maka menjadi cikal bakal lahirnya jami'ah (universitas) dalam Islam. Karena diinisiasi oleh Nabi (baca kepala agama dan kepala negera), maka masjid di masa awal Islam dipandang sebagai institusi pendidikan formal, sekaligus membedakannya dengan masa belakangan. Sebagai pranata dakwah dan pendidikan, masjid juga menjadi pusat tumbuhkembangnya tradisi sufistik. Dalam perkembangannya kemudian, bahkan masjid juga sebagai tempat menyusun strategi perang. Dengan pembangunan masjid, di antaranya dipahami bahwa pondasi keumatan adalah religiusitas.

Kedua, membangun persaudaraan dan ukhuwah. Nabi Muhammad saw membangun persaudaraan antar sesama muslim dengan mempersaudarakan kaum muhajirin (orang-orang yang berasal dari Makkah sebagai peserta hijjrah) dengan kaum anshar (orang-orang Madinah sebagai penolong kaum muhajirin). Di samping itu, Nabi juga mempersaudarakan antara kaum muslimin dengan penganut agama lain seperti dengan kaum ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani). Titik temu antar penduduk dengan berbagai klan dan agama pada tersusunnya Piagam Madinah sekaligus sebagai aturan negara.

Keiga, membangun perekonomian dengan membangun pasar. Bila selama ini pasar besar di Madinah dikuasasi oleh orang-orang Yahudi, maka Nabi menginisiasi pembangunan Pasar Baqi dengan karakteriktik islami yang membedakan dengan pasar sebelumnya, seperti tidak memungut biaya retribusi pada para pedagang, perniagaan non ribawi, dan menekankan pada kejujuran dalam bertransaksi.

Bila secara substantif, dasar-dasar keumatan telah dibangun, maka hal itu dibarengi dengan penabalan nama baru Yatsrib, yakni Madinah (kota berperdaban) atau lengkapnya Madinah al-Munawarah (kota berperdaban yang bercahaya). Cahayanya telah membebaskan (baca memerdekakan) dari gelapnya kebodohan, kejahiliyahan, dan kemusyrikan umat manusia.  

Mengambil ibrah hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia, kini sebagai bangsa Indonesia yang notabene sudah merdeka selama 76 tahun, harus terus mensyukuri kemerdekaan dengan membangun negeri. Membangun negeri secara proporsional sesuai dengan kapasitas dan amanah yang diperankan. Aamiin