Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan Psikologis Pada Kisah Nabi Muhammad



Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Muharam 1443

Pesan Psikhologis
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih akan mengulangkaji tentang sejarah hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia dari Makkah ke Madinah sekaligus mengambil ibrahnya. Kali ini akan dilhat tentang hijrah dari sudut pandang psikhologis. Ya dari ranah psikhologis yakni hal ikhwal kejiwaan atau kondisi batin.

Baik secara internal maupun eksternal, sejatinya Nabi dan para sahabat mulia melakukan hijrah adalah semata-mata untuk mencari ridha Allah. Oleh karenanya, kebersediaan hijrah merupakan kepenerimaan titah Allah sepenuhnya. Inilah pegangan utama yang bermuara pada keimanan akan Allah. 

Karena dasar pijakannya sangat kuat yakni iman yang sudah terhunjam di sanubari dan jalan yang ditempuh sudah mengikuti real atas titahNya, maka natijah atau hasilnya adalah tingkat ketenangan jiwa, sehingga bisa merasakan kenyamanan hidup (baca rasa bahagia) dalam menjalani hidup di dunia ini.

Dan sejatinya terhadap seluruh ketaatan terhadap Rabbuna, senantiasa akan melahirkan ketenangan batin dan kebahagiaan hidup bagi orang-orang beriman. Ketenangan batin ini menjadi energi positif yang mempengaruhi rasa bahagia dalam seluruh hal ikhwal hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti. Sebaliknya, perilaku abai terhadap syariat hanya akan mempersulit diri sendiri.

Kita lihat saja bagaimana hijrah Nabi dan sahabat mulia kemudian menjadi momentum penting dan kilas balik peradaban Islam yang menakjubkan. Peradaban yang dibangun atas dasar jalinan yang berkelindan antara iman, ilmu dan amal shalih.

Dengan demikian muhasabahnya adalah ketenangan batin sangat bergantung pada bagaimana tingkat keimanan kita kepada Allah dan upaya kita membersamaiNya. Bila sudah merasakan manisnya iman seperti ini, maka dalam menjalani kehidupan di dunia ini menjadi bagian karunia Ilahy yang terus disyukuri, meski dengan segala pernak perniknya, tentu termasuk dinamika ujiannya.

Allahu a'lam