Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Kini

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 12 Shafar 1443

Masa Kini
Saudaraku, setelah mengambil ibrah pada masa lalu seperti yang sudah diingatkan pada muhasabah yang  baru lalu, maka kini kita berusaha memaknai masa kini dan memetik ibrahnya. 

Sebagamana masa lalu, maka masa juga yang ekslusif. Ekslusif karena masa yang sudah kita lalui tentu berbeda dengan masa kini dan masa depan. Apa yang berbeda di masa kini? karena ada saja yang berubah, baik dari sisi internal maupun eksternal, baik segi fisik lahiriyah maupun phikhis bathiniyah

Masa lalu adalah saat-saat yang sudah berlalu, sudah terjadi, dan sudah diliwati. Jadi sedetik atau semenit  atau sejam sehari sehari sepekan sebukan sebulan setahun sewindu, seabad yang lalu merupakan masa silam. Akan tetapi sepertinya ada semacam "ijmak" kesepakatan para sejarawan, seperti pernah dituturkan oleh Dr. Muhammad Gade Ismal alm, saat memberi kuliah di Pascasarjana UIN Ar-Raniry program magister era 90an, bahwa masa silam adalah masa yang memiliki selisih 50 tahunan dengan masa kini. Berarti 50 tahun terakhir disebut era kontemporer atau masa kini atau modern atau masih aktual, sebelumnya sudah masa lalu.

Apapun nama, yang pasti masa lalu itu ya waktu sudah berlalu, tak akan pernah terulang dan berulang kembali di masa kini dan datang secara persis. Kalaupun berulang, itu

Paka masa kini, secara internal dan hal-hal yang bersifat fisik. Masing-masing diri mempunyai catatan dan ingatan akan peralihan atau perubahan dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari kecil beranjak besar menjadi remaja lalu dewasa dan tua.
Perlahan tapi pasti kebugaran fisik dan kekuatannyapun berangsur mengikuti siklusnya. Usia dan umur kita tak terkecuali.

 Di tahun 1443 ini bertambahlah usia kita sekaligus mengurangi jatah umur kita yang tersedia. Usia saya, usia tuan puan saudaraku yang membaca muhasabah ini, dan usia sesiapapun jua saban hari, pekan, bulan dan tahun kian bertambah, sekaligus umur atau sisa waktu yang disediakan oleh Allah atas masing-masing kita terus berkurang.

Dalam hal ini Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa perjalanan masa merapuhkan badan, membaharui hasrat keinginan, mendekati kematian dan menjauhkan angan-angan. Keberhasilan di dalamnya memayahkan sebagaimana halnya kegagalan.
.
Masa boleh merapuhkan badan, fisik boleh saja melemah dan itu sunatullah, pandangan mata boleh lamur, pendengaran telinga boleh kabur, gigi boleh pada gugur, uban di kepala boleh bertabur, saat berjalan boleh terhuyur-huyur, makanpun hanya boleh dengan bubur, tetapi harus tetap bersyukur, ya bersyukur karena hanya dengan bersyukur hidup menjadi lebih mujur atas keridhaan Allah Al-Syakur.

Adapun secara internal dan hal-hal yang bersifat phikhis juga terus berubah. Semoga dalam kategori semakin takwa yang ditabdai dengan semakin dekatnya dengan Allah. Masing-masing diri kita juga memiliki ilmu, pemahaman, pengamalan dan pengalaman hidup yang unik berbeda satu dengan lainnya.

Dalam ranah penguasaan ilmu tentu hanya masing-masing diri kita yang mengetahuinya, tetapi implementasi pengukuhan nilainya dalam perilaku tentu dapat dirasakan oleh sesamanya dalam kehidupan nyata, seperti menjadi lebih cerdas, lebih arif, lebih sabar, lebih sopan, lebih kreatif, lebih adil, lebih sejahtera, lebih istiqamah, lebih 'iffah, lebih qanaah, lebih ridha, lebih tawakkal dan seterusnya.

Secara eksternal dan hal-hal yang bersifat fisik perubahan juga kelihatan nyata. Hari ini dengan ragam sifat, kondisi dan peristiwa yang terjadi sejatinya baru, tidak ada yang mengulang nasa lalu, tidak akan terulang dan berulang pada hari-hari ke depan. Kalaupun ada peristiwa yang terulang atau berulang, maka pasti ada yang berbeda, apakah waktunya atau tempatnya atau pelakunya atau bagaimana proses kejadiannya atau pengaruhnya atau cara meresponinya. Dengan demikian peristiwa itu satu dan terjadi sekali saja. Kini 11 Shafar 1443 hanya akan menyapa kita hari ini saja tidak kemarin dan tidak esok hari. 

Masa kini juga bermakna masa ketika kita masih hidup di dunia ini, sedangkan esok hati adiah msa di akhirat. Maka selagi madih di di dunia, kini mari mensyukuri waktu. Kini mari bangun dari peraduan; mari menjemput kemenangan; mari menjemput karunia Allah; mari ambil air sembahyang; mari shalat malam, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon kebaikan apa saja yang diperlukan.

Aamiin ya Rabb