Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Perjumpaan Agung

8


Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 29 Shafar 1443.
Masa Perjumpaan Agung
Saudaraku, secara manusiawi, kita dianugrahi rasa cinta. Bila cinta sudah bersemi, maka menyebut nama si dia yang dicinta adalah jamak. Demikian juga keinginan bertemu selalu membuncah di hati, menyeruak dalam seluruh gerak gerik. Saban saat gemar membuka surat darinya lalu membacanya berulang-ulang sampat hafal bahkan detailnya. Ketika sudah bertemu, inginnya bersama dalam "pelukannya" dan bermanja mesra sepanjang masa.

Bila cinta pada sesama (seorang laki-laki terhadap perempuuan atau sebaliknya) saja sudah sangat kuat dan tulus seperti ilustrasi di atas, maka terlebih lagi cinta hamba pada Allah Rabbnya, begitu kuat dan begitu agung. Sejak sekarang di dunia sudah sangat genar menyebut asmaNya melalui rangkaian dzikir penentram kalbu, membuka lslu membaxa dan nenghafal surat al-Quran yang sejak mula disampaikan padanya, berusaha memenuhi seluruh kiiginanNya menjauhi apapun yang dibenciNya. Di sanping itu merasakan kehadiranNya dalam setiap aktivitas kesehariannya, meski tidak melihatNya.

Perjumpaan hamba dengan Allah, Rabbnya sejatinya sudah terus dilakukan dan dikukuhkan melalui shalat-shalatnya. Meski demikian keingiban bertemu dan menatap wsjahNya tetap saja menjadi puncak kenikmatan yang ditunggu-tunggu. Apalagi Allah sendiri menegaskan bahwa wajah-
wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb mereka melihat. (Qs. Al-Qiyamah 22-23)


Mengapa bertemu, melihat dan bersama Allah di akhirat dapat berlangsung tanpa sekat? Iya, karena ruh manusia itu berasal atau dipercikkan dari sebagaimana ruhNya. Di siniah ketika ruh kembali ke asalnya, maka pertanyaan melihat atau tidak rasanya sudah tak relevan lagi. 
Allahu Allah