Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Harus Belajar


Oleh: Teuku Hendri Saifullah

(Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manggeng - Abdya

Kata "belajar" yang terbayang di pikiran kita adalah sejumlah siswa yang sedang sekolah di tingkat TK, SMP, SMA atau seorang mahasiswa yang kuliah di sebuah universitas. Karena yang terpikirkan adalah proses mencari ilmu yang sedang mereka lakukan sehingga mereka layak disebut sedang belajar.

Pendapat diatas tidaklah semuanya salah walau demikian juga tidak berari juga semuanya benar. Pada tulisan yang singkat ini terlebih dahulu kita pahami arti kata belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata belajar memiliki 3 arti yaitu 1. Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. 2. Berlatih: 3. Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari ketiga pengertian diatas, penulis memilih arti yang ketiga yaitu berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Maksudnya adalah belajar memiliki arti yang sangat luas yang tujuannya adalah merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik terhadap pengalaman atau keadaan yang sedang dihadapi. Belajar bukanlah hanya berlaku bagi seseorang yang sedang mencari ilmu dibangku sekolah atau kuliah, tetapi juga berasal dari pengalaman pribadi seseorang. Baik suka ataupun duka. Semuanya akan menjadi baik jika kembali kepada ketentuan Allah swt.


Penulis akan memberikan 7 hal yang perlu kita belajar dalam hidup ini

1. Belajar untuk lebih banyak diam dari pada banyak bicara

Rasullullah telah mengingatkan umatnya agar senantiasa memperhatikan ucapan atau perkataannya sehingga tidak membuat orang lain tersinggung atau bersedih hati dengan perkataan yang kita ucapkan.

Dalam sebuah hadis Rasul bersabda:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Diam akan bernilai kebaikan jika seandainya ucapannya mengandung dosa atau menyinggung perasaan orang lain, Maka memilih diam adalah lebih baik.

2. Belajar mengalah dari sebuah keegoisan

Tidak semua orang siap untuk kalah, segala macam dilakukan agar tidak menjadi pihak yang kalah. Sebenarnya bersikap untuk mengalah adalah sangat dianjurkan untuk melenyapkan sifat egois dalam diri.

Mengalah terkadang menjadi sebuah solusi yang bijak jika tidak ada penyelesaian yang lain. Bukan berarti kita tidak memiliki kekuatan untuk membela diri, tetapi kalah disini sebagai usaha memberi kesempatan orang lain untuk berbuat sesuai dengan pendapatnya atas dasar saling menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Banyak kita lihat dalam kehidupan seorang kakak tidak mau mengalah dengan adiknya atau sebaliknya demi mendapatkan harta warisan orang tuanya, sehingga putuslah tali persaudaraan. Atau sesama masyarakat yang berbeda paham atau pendapat yang saling berdebat. Jika tidak ada yang mengalah atau mengakhiri perdebatan maka akan berujung pada rusaknya hubungan antar sesama masyarakat.

Maka sangat tepat jika merujuk pada sebuah hadis yang artinya:

"Orang yang paling dibenci oleh Allah ialah orang yang paling keras debatnya." (HR. Bukhari No. 4523. Muslim No. 2668)

Pada hadis yang lain Rasulullah juga bersabda:

"Aku menjamin sebuah istana di bagian tepi syurga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia sebagai pihak yang benar." (HR. Abu Daud dan Abu Umamah yang dihasankan oleh syekh albania rahimahullah)

Sifat egois yang tersimpan dari diri orang yang saling berdebat akan membawa keburukan bagi pribadi masing - masing selama dia belum mau merubah dirinya untuk mengalah.

Bukan saja dalam masalah debat. Tetapi semua masalah yang jika diteruskan akan mengakibatkan salah satu pihak akan saling membenci bahkan bisa saling bertengkar. Hal ini tak lain karena disebabkan sifat egois atau mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain.

3. Belajar tersenyum dari sebuah kesedihan

Tersenyum merupakan sebuah wujud ungkapan sebuah kebahagiaan kepada orang lain. Makanya senyum memberikan kesan positif sinis belaka.

Rasullullah dalam hadisnya mengatakan

"Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi)

Walau terkadang orang yang tersenyum memiliki kesulitan atau kesedihan dalam hidupnya. Senyuman yang senantiasa

terpancar dari pribadi yang kuat dalan menghadapi masalah akan menjadi motivasi atau pendorong yang membuat dirinya kuat dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Menyembunyikan kesulitan dan berbagi kebahagiaan merupakan sifat yang pemberani dan hebat, lawan dari sifat cengeng atau manja. Karena kita yakin hanya Allah tempat kita mengadu dan memohon pertolongan. Jadi janganlah kesedihan dan kesulitan membuat kehidupan dalam bermasyarakat kita akhirnya menjadi suram.

4. Belajar bersyukur meskipun tak puas

Kita harus belajar bahwa tidak semua yang kita harapkan akan menjadi kenyataan, kadang Allah belokkan rencana kita, dan kadang Allah sempatkan rizki seperti yang kita punya. Tetapi kita harus yakin bahwa Allah lebih tahu dan apa yang telah diberikan adalah lebih baik dari yang kita rencanakan.

Orang yang miskin sebenarnya bukanlah orang yang tidak memiliki harta tetapi orang yang tidak pandai bersyukur. Sebaliknya orang kaya bukanlah orang yang banyak harya tetapi adalah orang yang dalam hidupnya senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

Seperti dikisahkan ada seorang miskin datang kepada Nabi Musa dan berkata: "ya Nabi, tolong doakan saya agar saya menjadi orang kaya"

Nabi Musa tersenyum dan menjawab: "Perbanyaklah bersyukur kepada Allah", si miksin agak kesal dan berkata: bagaimana saya bersyukur, untuk makan saja susah, dan untuk pakaian hanya ada yang di tubuh ini saja" akhirnya dia pulang dengan. Penuh kekecewaan.

Beberapa waktu kemudian datanglah seorang kaya berjumpa Nabi Musa dan berkata: Ya Nabi, doakan aku agar menjadi seorang yang miskin. Aku merasa terganggu dengan harta ku ini"

Nabi Musa tersenyum dan berkata: "janganlah kamu bersyukur kepada Allah". Si kaya pun menjawab: "bagaimana pula aku tidak bersyukur Allah telah memberikan banyak rizki dan kenikmatan baik anggota tubuh yang sempurna juga harta yang banyak". Akhirnya dia pulang.

Apa yang terjadi beberapa waktu berikutnya? Ternyata simiskin hidupnya semakin muskin dan si kaya hidupnya semakin kaya.

Kisah diatas memberi motivasi kepada kita agar mulai sekarang kita hendaknya bersyukur atas rizki yang diberikan dengan terus memperbaiki diri dan usaha agar menjadi lebih baik.

5. Belajar ikhlas meskipun tak rela

Semakin tinggi rasa syukur kita maka akan berpengaruh kepada keikhlasan kita terhadap anugrah Allah. Semua rizki adalah menurut kehendak Allah. Kita hanya berusaha seterusnya kita bertawakkal kepadanya. Bisikan setan akan membuat kita merasa merasa tidak pernah ikhlas akan segala ketentuan Allah.

6. Belajar taat meskipun berat

Memang berat melakukan ibadah kepada Allah terlebih bagi mereka yang tidak terbiasa. Misalnya saja Shalat berjamaah, membaca Al-Quran, melakukan shalat sunat, dan ibadah lainnya. Maka rasa berat yang ditambah dengan rasa malas akan hilang jika kita terus bersabar dengan ketaatan tersebut. Karena kita yakin semua kebaikan dan ibadah yang kita lakukan semuanya akan dibalas dan akan kita saksikan diakhiray kelak. Allah berfirman:

"Maka barangsiapa mengerjakan kebajikan seberat żarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat żarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

7. Belajar memberi meskipun tak seberapa

Memberi adalah sebuah keberanian untuk berkorban. Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkan. Karena semua kebaikan itu nantinya akan kembali kepada kita berbentuk kebaikan pula. Maka marilah kita belajar memberi dari hal yang kecil dan kita mulai dengan jumlah yang kecil tetapi rutin kita lakukan, salah satu contohnya adalah kebiasaan bersedekah Rp. 1.000 setiap hari. Jika ini bisa kita lakukan maka kita akan menjadi pribadi yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan mau berbagi kepada sesama.

Semua kita diberikan kesempatan untuk belajar menjadi pribadi yang baik. Dan semoga 7 hal yang penulis sampaikan ini menjadi semangat bagi kita semua bahwa marilah kita belajar dari kehidupan ini agar nantinya kita bisa menjalani hidup dan setiap ujian yang Allah berikan dapat kita hadapi dengan penuh keikhlasan dan mengharap ridha Allah swt.