Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Mimpi Lahir Generasi Emas 2045, Bila Orang Tua Dan Guru Krisis Keteladanan

Jangan Mimpi Lahir Generasi Emas 2045, Bila Orang Tua Dan Guru Krisis Keteladanan



Krisisnya moralitas anak bangsa akan membuat siapapun gelisah. Masa depan Indonesia ditentukan oleh generasi yang punya nilai karakter yang kompleks. Bukan hanya punya pengatahuan dan cerdas secara intelektual tapi juga cerdas secara etika dan moral. Anak haruslah mampu dalam berakhlak mulia. Ada yang lebih penting dari nilai itu semua, yaitu punya nilai Iman dan Ketaqwaan kepada Sang Pencipta Alam ini Allah swt., sehingga lahir karakter Spritual yang tangguh.

Sebab kekhawatiran ini, di Indonesia lahirlah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Sejak penerapan Kurikulum 2013, Pemerintah melalui Mendikbud menginstruksikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) kepada seluruh anak bangsa melalui program PPK dapat menyatu dalam penerapan kurikulum pendidikan yang dijalankan disekolah. Kemdikbud menggelar bimbingan teknis tentang penerapan PPK di Kurikulum 2013 ribuan sekolah-sekolah dan menyiapkan ribuan instruktur penguatan karakter.

Perlu diketahui bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang sangat trend kita dengar saat ini sudah dikonsep oleh pemerintah kita lewat Mendikbud.

Pertama: Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etika), olah rasa (estetika), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat yang merupakan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Kedua: Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan bangsa. Keterampilan abad XXI yang dibutuhkan siswa yaitu kualitas, karakter, literasi dasar, dan kompetensi guna mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045 dan Kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, dan budi pekerti.

Ketiga: Nilai-nilai karakter Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

Keempat: Kristalisasi nilai karakter
Pendidikan karakter memuat nilai utama: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas.

Kelima: Konsep dasar Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) : a. Struktur program (jenjang dan kelas, ekosistem sekolah dan penguatan kapasitas guru). b. Struktur kurikulum (PPK melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, PPK melalui kegiatan nonkurikuler). c. Struktur kegiatan (kegiatan pembentukan karakter di lingkungan sekolah berdasarkan 4 pengolahan karakter yaitu olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa, olah raga).

Keenam: Ruang lingkup a. Pendidikan karakter berbasis kelas (Integrasi dalam mata pelajaran, Optimalisasi muatan lokal, Manajemen kelas) b. Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah (Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, Keteladanan pendidik, Ekosistem sekolah, Norma, peraturan, dan tradisi sekolah). c. Pendidikan karakter berbasis komunitas (orangtua, komite sekolah, dunia usaha, akademisi, pegiat pendidikan, pelaku seni dan budaya, bahasa dan sastra, pemerintah dan pemerintah daerah).

Apa yang sudah dikonsep pemerintah sudah cukup baik, tapi ada yang masih terganjal dalam hati dan pikiran saya pada penerapan penguatan karakter disekolah. Terutama siswa disekolah yang masih krisis akhlak dan Iman, juga keteladanan orang tua di rumah.
Penguatan karakter yang diajar oleh guru di sekolah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan di rumah, namun yang paling sangat mengkhawatirkan disini adalah krisisnya ketedaladanan guru.

Kita seperti bermimpi disiang bolong. Berharap Generasi emas untuk masa depan Indonesia. Tanpa kerjasama dan keteladanan guru adalah sia-sia. Contohnya mana mungkin lahir siswa yang punya nilai regelius. Sementara orangtua dan guru shalat 5 waktu saja masih malas, menghadap Allah masih enggan. masih sombong dan angkuh untuk bersujud.
Mana mungkin lahir siswa yang punya nilai karakter nasionalis tapi tokoh agama, guru masih anti keberagaman, saling menghina karena beda agama dan bendara politik. Mana mungkin lahir siswa yang mandiri, gotong royong dan punya integritas yang tinggi sementara orangtua masih mengajarkan cara berbohong di rumah. Sangat mengerikan mental korup masih menjadi budaya para pemangku kebijakan dan pimpinan sekolah. Suap masih belum hilang, bahkan masih ada yang menjadi kepala sekolah dari praktik suap “Ada uang ada jabatan”.

Maka Generasi Emas 2045 melalui konsep penguatan PPK ini, akan berhasil bila kerjasama guru dan orang tua ditambah keteladanan guru di sekolah dan orangtua di rumah. Ajarkan siswa atau anak dari hal yang terkecil melalui budaya pembiasaan rutin. Biasakan mereka berdoa dan shalat dhuha di sekolah. Biasakan tidak mem-bully teman. Biasakan mereka tidak menyontek di sekolah. Biasakan mereka membuang sampah pada tempatnya. Biasakan mereka merapikan sepatu, buku , meja dan semua barang dan fasilitas miliknya. Biasakan mereka menghormati yang lebih tua dan masih banyak yang lain. Bukankah sangat mudah dilakukan bila ada keteladanan dan kerjasama? karena ini juga budaya bangsa kita.
Maka sekali lagi konsep PPK ini, jangan hanya kita jadikan sekedar tepuk PPK. jangan hanya bimtek-bimtek sana sini. Jangan dihafal dan menjadi iklan sekolah. Tapi praktekkan, dimulai oleh guru dan orang tua melalui Pembiasaan dan Keteladanan. Ayo! Kalau bukan sekarang kapan lagi?