Pesan Ekonomis Dalam Islam
Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Muharam 1443
Pesan "Ekonomis"
Suudaraku, meski belum bisa konsentasi sepenuhnya untuk menulis muhasabah hari ini masih mengambil ibrah dari hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia yakni menelisik tentang perbekalan Nabi. Dan kali ini agak bersifat artifisial, memang, karena menelisik tentang bekal makan minum saat di perjalanan hijrah.
Ketika akan melakukan perjalanan apalagi jauh dan lamanya juga relatif, maka persiapan kebutuhan dasar untuk kepentingan bertahan di perjalanan menjadi sangat penting. Bukan harus cukup untuk di perjalanan saja, tetapi makanan dan minuman juga harus relatif awet. Dalam hal bekal hijrahnya Nabi dan para sahabat mulia sepertinya diceritakan sangat bersahaja.
Setelah berangkat dan singggah di Gua Tsur, Nabi dan Abubakar selama tiga hari mendapat suplay makanan minuman dari Asma bin Abubakar dan juga dari Amir bin Fuhairah, mantan budak Abubakar yang bertugas menggembalakan domba-dombanya untuk diperah susunya pada malam hari dan digembalakannya kembali di siang hari sekaligus untuk menghilangkan jejak-jejak kaki Nabi dan Abubakar. Itu saja, lalu di sisa perjalanan hijrah yang justru masih sangat panjang dan relatif lama sering luput dari perhatian sejarahwan.
Tetapi, seperti juga lazimnya para peziarah atau kafilah dagang Arab meskipun anggotanya sedikit dapat saja melakukan barter atau muamalah untuk memenuhi kebutuhannya selama di perjalanan. Karena berangkat hijrah ke Madinah belum tentu bisa kembali ke Makkah, maka saya menduga Nabi membawa seluruh hartanya, setelah mengembalikan amanah kepada pihak-pihak yang berhak melalui Ali. Dan begitu juga Abubakar. Di samping mempersiapkan dua unta istimewa, Abubakar juga membawa seluruh uangnya yakni sekitar 6 ribu dirham (dengan kurs sekarang kira-kira 25 juta?). Kemungkinan besar para peserta hijrah juga membawa seluruh "harta"nya untuk bekal di perjalananan dan usaha di Madinah nantinya.
Begitulah gambaran perbekalan yang dibawa saat hijrah. Meski sangat terbatas, namun kita bisa menyatakan bahwa hijrah itu perlu modal, baik hal-hal yang bersifat fisik maupun phikhis; bekal sehat kuat dan barang yang cukup maupun bekal iman.
Dengan demikian ibrah yang sangat nyata adalah bahwa untuk sebuah kesuksesan meraih cita-cita, maka diperlukakan modal baik yang bersifat bathiniyah maupun lahiriyah. Oleh karenanya, Islam sangat apresiatif bagi usaha untuk memenuhinya baik yang bersifat fisik maupun phikhis. Allahu a'lam