Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prof Achmad Mursyidi Pak Guru Yang Teduh



Baru-baru ini film pendek dengan judul “TILIK” produksi Ravacana Film dan Dinas Kebudayaan DIY mendapat perhatian besar dari publik dan tokoh-tokohnya antara lain Bu Tedjo dan Yu Ning namanya melambung bahkan sempat diundang mengisi acara di beberapa stasiun televisi. Hampir seluruh adegan dalam film “TILIK” hanya berlangsung di atas bak truk yang mengangkut ibu-ibu kampungnya Bu Tedjo dari Dlingo untuk tilik (membezuk) Bu Lurahnya yang sakit di RSU PKU Muhammadiyah Gamping. Saya juga sempat nonton film itu, dan menurut saya penampilan Bu Tedjo dan rekan-rekannya sangat luar biasa. Dialognya mengalir dengan begitu luwes, betul-betul talenta seni peran yang bagus. Jika dibandingkan pemain-pemain sinetron televisi swasta manapun penampilan Bu Tedjo dan rekan-rekannya jauh lebih profesional.

Berbincang di kendaraan dalam sebuah perjalanan memang mengasyikkan, jarak yang jauh berasa lebih dekat, perjalanan juga tidak membosankan. Salah satu perbincangan dalam kendaraan yang bagi saya sangat menarik adalah tatkala saya bersama Mas Heri Gunawan Mohamad menjemput dan mengantar Prof Achmad Mursyidi, Apt mantan Rektor UMY serta mantan Dekan Farmasi UGM. Kejadiannya sudah sangat lama, sekitar tahun 2003 kala itu Bapak Achmad Mursyidi dijadwalkan mengisi pengajian Angkatan Muda Muhammadiyah Cabang Sewon Selatan di Masjid At Taufiq Slanggen Timbulharjo Sewon. Mas Heri Gunawan Mohamad (kala itu Ketua PCPM Sewon Selatan) karena lulusan UMY maka sudah biasa berkegiatan dengan Pak Achmad Mursyidi, sehingga lebih akrab dalam berbincang dengan mantan Rektornya. Saya yang mengemudi kendaraan awalnya lebih pasif dan lebih banyak menjadi pendengar saja walaupun kemudian akrab juga.

 

Keprihatinan Pak Guru

Usai pengajian saat mengantar pulang, perbincangan kembali menghangat. Selain kami sudah lebih akrab, juga materi perbincangan bagi saya lebih menarik karena Pak Mursyidi bercerita tentang keprihatinan beliau atas merebaknya judi togel di D.I. Yogyakarta. Dalam kacamata Pak Mursyidi, judi togel sangat merusak mental masyarakat, dampaknya orang-orang yang hidupnya susah akan tambah susah. Upah harian yang didapatnya kadang diserahkan ke istrinya sudah berkurang untuk beli lotre itu. Belum lagi ada yang saking berharap dapat lotre sampai bayar dukun ramal agar nomer yang dibelinya nembus, ini jelas maksiatnya nambah berat ada unsur syiriknya.

Judi togel juga membuat orang yang pemalas menjadi semakin malas dibuai angan-angan semu. Jelas sudah, praktik judi togel intinya hanya menghisap duit orang susah dan yang memanen keuntungan adalah bandar-bandar besarnya. Orang-orang susah dibela-belain beli lotre sampai ngurangi setoran nafkah keluarganya, padahal peluang untuk nembus ramalannya sangatlah kecil. Sementara para bandar nya sudah pasti terima akumulasi omzet dari semua agennya yang semua itu duitnya orang-orang susah.

Menurut Pak Mursyidi harus ada kepedulian untuk membela wong cilik yang sejatinya banyak menjadi korban praktik judi togel. Berbeda dengan praktik korupsi yang terkesan sebagai kemungkaran strategis papan atas yang keren untuk diberantas, praktik judi togel berkonotasi kemaksiatan kelas bawah yang ecek-ecek.  Meskipun demikian, bagi Pak Mursyidi berihtiar menutup praktik judi togel adalah sebuah kepedulian membela kaum lemah yang duitnya dihisap bandar judi dan mentalnya dirusak angan-angan peruntungan nasib dari lotre.

 

Koordinasi dengan Kapolda DIY

Bukan sekedar prihatin saja, Pak Mursyidi juga bercerita bahwa beliau bersama beberapa tokoh telah menghadap Kapolda DIY, guna menyampaikan rasa prihatin atas merebaknya penyakit masyarakat judi togel itu. Kepada Pak Kapolda DIY disampaikan juga bahwa di Propinsi Jawa Tengah yang sangat luas itu Kapoldanya mampu menutup semua praktik judi togel. Pak Mursyidi bersama para tokoh yang menyertainya berharap Pak Kapolda DIY dapat menutup semua praktik judi togel di wilayahnya yang jauh lebih sempit dibanding Jawa Tengah. Kepada Kapolda disampaikan pula bahwa umat Islam di DIY akan mendukung sepenuhnya setiap kebijakan Polri dalam memberantas penyakit masyarakat judi togel.

Rupanya Kapolda DIY memberi respon positif silaturahmi Pak Mursyidi beserta para tokoh masyarakat Jogja, dan berjanji segera menutup praktik judi togel di seluruh wilayah DIY paling lambat bulan depan. “Lihat saja Dik, bulan depan insya Alloh sudah tidak ada lagi judi togel di DIY,” ucap Pak Mursyidi saat salaman dengan saya setiba di halaman masjid Karanganyar Jogja yang letaknya persis di depan kediaman beliau.

Beberapa pegawai honorer di tempat kerja saya juga penggemar judi togel. Saya lihat mereka di kantor di sela-sela kesibukan bercanda “wah saiki wes raiso ngramal nomer meneh”. Dalam hati saya bergumam “berarti Pak Kapolda beneran telah menutup semua judi togel sesuai janjinya kepada Pak Mursyidi dan para tokoh masyarakat.”

 

Nahi Mungkarnya Pak Guru

Profesor Achmad Mursyidi adalah sosok yang teduh, mengisi pengajian materinya juga nasihat-nasihat iman dan akhlaq yang disampaikan dengan datar saja khas Pak Guru. Tidak ada intonasi meledak-ledak, apalagi pernyataan bernada oposan. Namun di balik keteduhannya, Pak Mursyidi secara nyata menampilkan cara melawan kemungkaran ala seorang guru. Beliau sangat menyadari bahwa Indonesia adalah negara hukum, maka melawan kemungkaran tidak boleh melawan hukum. Pak Guru ini dengan kapasitas ketokohannya silaturahmi kepada Kapolda DIY, disampaikannya dengan baik fenomena penyakit sosial yang sangat merusak mental sebagian masyarakat. Pak Kapolda diingatkan untuk bertindak sesuai kapasitasnya menindak praktik mafia judi togel yang tengah merebak. Alhamdulillah, tanpa banyak kegaduhan praktik kemaksiatan yang sempat menggurita itupun berakhir.

Apa yang dilakukan Pak Guru Mursyidi barangkali perlu ditiru oleh para tokoh masyarakat, pimpinan ormas, dan semua elemen masyarakat untuk membangun komunikasi yang baik dengan pimpinan Polri di semua tingkatan dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang semakin aman tenteram dan damai. Kepolisian adalah entitas sektor publik, sehingga akan menampilkan kinerja yang semakin baik apabila mendapat dukungan dari masyarakat. Para pimpinan kepolisian di semua tingkatan akan merasa terbantu untuk meningkatkan prestasi kinerjanya apabila semua lapisan masyarakat peduli untuk memotivasi dan mengkritisi kinerja institusinya. Masyarakat juga perlu mengapresiasi setiap keberhasilan dan prestasi kinerja kepolisian, hal ini akan semakin memupuk semangat pengabdian untuk melayani dan mengayomi.

Pak Mursyidi telah mendidik kita untuk melakukan gerakan nahi mungkar semaksimal mungkin sesuai kapasitas masing-masing. Kapasitas Pak Mursyidi yang tokoh senior Muhammadiyah pastinya mampu bertindak signifikan dalam gerakan nahi mungkar ber skala luas. Kita yang “bukan siapa-siapa” pastinya juga bisa bernahi mungkar dalam skala yang sangat kecil misalnya internal keluarga masing-masing. Matur nuwun Pak Mursyidi……

 

Tulisan ini pernah dimuat pada tanggal 26 September 2020 di

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/09/26/prof-achmad-mursyidi-guru-teduh-mengikis-kemungkaran-tanpa-gaduh/