Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka

Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka
Salam dan bahagia pembaca. Sahabat SekolahMu, pada kesempatan kali ini Admin ingin membagikan informasi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka

A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masingmasing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya. (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017).

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memahami dan menyadari bahwa tidak ada hanya satu cara, metode, strategi yang dilakukan dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Guru perlu menyusun bahan pelajaran, kegiatan-kegiatan, tugas-tugas harian baik yang dikerjakan di kelas maupun yang di rumah, dan asesmen akhir sesuai dengan kesiapan peserta didik dalam mempelajari bahan pelajaran tersebut, minat atau hal apa yang disukai peserta didiknya dalam belajar, dan bagaimana cara menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan profil belajar peserta didiknya.

Jadi dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 3 aspek yang bisa dibedakan oleh guru agar peserta didiknya dapat mengerti bahan pelajaran yang mereka pelajari, yaitu aspek konten yang mau diajarkan, aspek proses atau kegiatan-kegiatan bermakna yang akan dilakukan oleh peserta didik di kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen berupa pembuatan produk yang dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur   ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar. 

Walaupun banyak tokoh pendidikan membicarakan hal ini, namun pada tulisan kali ini akan dibahas ide dan hasil karya dari Carol Tomlinson, seorang penggagas utama dari pembelajaran berdiferensiasi ini.

B. Prinsip-prinsip kunci Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi harus dibentuk melalui cara berpikir guru yang menganggap setiap anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari pembelajaran berdiferensiasi menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini.

1. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas dimana peserta didik menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Iklim belajar merujuk pada situasi dan kondisi yang dirasakan peserta didik saat belajar, relasi, dan berinteraksi dengan peserta didik lain maupun gurunya.

Di dalam pembelajaran guru harus memberikan respon kepada peserta didik sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam belajar terpenuhi. Guru perlu memiliki koneksi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat mengenali profil peserta didik yang diajarnya baik dalam hal kesiapan mereka dalam menerima pelajaran, minat apa yang dimiliki peserta didiknya untuk dapat dengan mudah menerima pelajaran, dan bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.

Di samping memiliki relasi dan koneksi dengan peserta didik, guru juga perlu membuat peserta didiknya menaruh kepercayaan terhadap dirinya. Hattie dalam Tomlinson (2013) menyatakan bahwa kepercayaan dari peserta didik diperoleh guru dengan cara:

  1. memberikan respek yang benar terhadap nilai, kemampuan, dan tanggung jawab dari peserta didik;
  2. memberikan optimisme kepada peserta didik bahwa mereka memiliki kemampuan yang besar untuk mempelajari materi pelajaran yang diberikan;
  3. aktif dan mendukung peserta didik secara nyata agar mereka dapat sukses.

2. Kurikulum yang berkualitas

Di dalam kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki tujuan yang jelas sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir pembelajaran. Di samping itu fokus guru dalam mengajar adalah pada pengertian peserta didik, bukan pada apa materi yang dihafalkan mereka. Yang terpenting adalah pemahaman terhadap   materi pelajaran yang ada di benak peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana kurikulum yang ada dapat menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, yang sedang, maupun di bawah rata-rata. Bagi peserta didik yang berada di atas ratarata, guru perlu menantang mereka dengan pemikiran-pemikiran lain yang lebih mendalam tentang materi yang dibahas sehingga mereka tidak akan jenuh dan bosan dalam mempelajarinya.

Sementara untuk peserta didik yang berada di bawah rata-rata, guru perlu memikirkan langkah-langkah konkrit yang perlu dilakukan untuk dapat menolong mereka selangkah demi selangkah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Asesmen berkelanjutan

Yang dimaksud dengan asesmen yang berkelanjutan adalah guru secara terus menerus melakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar dapat memperbaiki pengajarannya dan juga mengetahui apakah peserta didik sudah mengerti tentang materi pelajaran yang dibahas. Jadi asesmen formatif ini tidak diberikan nilai (angka), melainkan hanya sebagai diagnostik tes atau mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi peserta didik sehingga sulit mengerti, apa yang belum dimengerti, dan apa yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik meningkatkan pengertiannya.

Asesmen formatif sebagai proses belajar peserta didik juga memberikan kesempatan monitoring pada peserta didik, untuk terus melihat dan mengevaluasi perkembangan kompetensinya. Dalam hal ini umpan balik dan refleksi dialogis antara guru dan peserta didik dapat terus dilakukan sepanjang proses belajar,   sehingga guru dan peserta didik sama-sama mengetahui apa yang sudah peserta didik, pelajari, pahami dan mampu lakukan.

Asesmen yang berkelanjutan ini diawali pula dengan menerapkan asesmen diagnostik diawal pembelajaran. Fungsi dari asesmen awal adalah mengetahui sampai sejauh mana peserta didik memahami bahan atau materi pelajaran yang akan dibahas. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan:

  • a. meminta peserta didik mengisi lembar KW. Di kolom K (KNOW) guru menanyakan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik tentang materi pelajaran yang akan dibahas. Kemudian dalam kolom W (WANT TO KNOW), peserta didik menuliskan apa saja yang mereka ingin ketahui dari materi yang akan dibahas saat itu. memberikan pertanyaan apa yang mereka ketahui tentang materi pelajaran yang akan diajarkan.
  • b. Brainstorming dengan peserta didik sebelum memulai pelajaran untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Melalui pertanyaanpertanyaan tersebut guru dapat mengetahui kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi tersebut.
  • c. Memberikan pre tes kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari sehingga guru mengetahui kemampuan awal peserta didiknya.
  • d. Membuat kontrak belajar dimana masing-masing peserta didik menuliskan apa sumber bahan yang akan dipakai untuk mempelajari materi pelajaran, bagaimana ia akan mempelajari materi pelajaran, dan sampai sejauh mana ia mengetahui   tentang bahan atau materi yang akan dipelajari.

Kemudian selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan bagaimana peserta didiknya belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan atau perlu dijelaskan ulang instruksi dalam tugas yang diberikan.

Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan asesmen, yaitu asesmen akhir. Guru dapat melakukan dengan berbagai macam cara, misalnya guru memberikan secarik kertas dan meminta peserta didik menuliskan apa hal baru yang mereka pelajari hari itu, apa hal penting yang ia pelajari hari itu, apa yang   masih kurang jelas, dan apa yang perlu diulang dalam pelajaran berikutnya. Guru juga dapat memberikan post test singkat kepada peserta didik tentang pelajaran hari itu agar ia tahu apakah peserta didik benar-benar menangkap apa yang sudah dijelaskan atau tidak. Asesmen akhir ini akan sangat membantu guru mengetahui   hal-hal apa saja yang perlu diulang atau dijelaskan kembali, hal -hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menolong peserta didik yang mengalami kesulitan, dan apa yang tidak perlu diulang atau dijelaskan lagi. Tentu saja asesmen seperti ini tidak diberi nilai oleh guru karena fungsinya untuk memperbaiki kinerja dan pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari.

4. Pengajaran yang responsif

Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui apa kekurangan-kekurangannya dalam membimbing peserta didiknya untuk memahami isi pelajaran. Oleh karena itu, guru dapat memodifikasi rencana pembelajaran yang sudah dibuat dengan kondisi dan situasi lapangan saat itu sesuai dengan hasil dari asesmen akhir yang dilakukan sebelumnya.

Karena pengajaran lebih penting dari kurikulum sekolah sendiri, maka guru harus memberikan responnya terhadap hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Respon dari guru adalah menyesuaikan pelajaran berikutnya sesuai dengan kesiapan,   minat, dan juga profil belajar peserta didik yang guru dapatkan melalui asesmen di akhir pelajaran.

5. Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas

Guru yang baik adalah guru yang dapat mengatur kelasnya dengan baik. Kepemimpinan di sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan.

Sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan rutinitas di kelas yang dijalankan peserta didik-siswi setiap hari sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru misalnya:

  • a. Meletakkan materi dan bahan pelajaran yang dibutuhkan peserta didik dapat dengan mudah dijangkau.
  • b. Memberikan arahan yang jelas dalam setiap tugas yang harus dikerjakan peserta didik karena tidak semua peserta didik mengerjakan tugas yang sama.
  • c. Menjaga agar suara percakapan peserta didik yang sedang berdiskusi dalam kelompok tidak gaduh.
  • d. Menyediakan cara kepada peserta didik bagaimana meminta bantuan guru ketika guru sedang membantu peserta didik lainnya.
  • e. Menjelaskan kepada peserta didik apa yang mereka harus lakukan setelah mereka selesai mengerjakan tugas yang diberikan.
  • f. Mengatur bagaimana peserta didik tahu kapan harus membantu temannya yang kesulitan dalam pembelajaran.
  • g. Memberitahu peserta didik bagaimana meletakkan barang-barang atau materi pelajaran yang sudah dipakai dengan teratur dan rapi.

C. Keragaman Peserta didik

Setiap manusia diciptakan unik dan khusus, tidak ada satu orangpun yang sama persis walaupun mereka kembar tetapi pasti ada perbedaan di antara mereka. Demikian juga halnya dengan peserta didik di kelas. Ketika mereka masuk dalam sekolah pastinya mereka bukanlah selembar kertas putih yang kosong. Di dalam diri setiap anak ada karakteristik dan potensi yang berbeda satu sama lainnya  yang harus diperhatikan oleh guru. Tomlinson (2013) menjelaskan keragaman peserta didik dipandang dari 3 aspek yang berbeda, yaitu:

1. Kesiapan

Pengertian kesiapan di sini adalah sejauhmana kemampuan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru perlu bertanya, apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya sehingga mereka dapat berhasil dalam pelajarannya. Kesiapan peserta didik harus berhubungan erat   dengan cara pikir guru-guru yaitu bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk bertumbuh baik secara fisik, mental dan kemampuan intelektualnya. Kemudian, guru dapat menanyakan kepada peserta didiknya apa yang mereka minati

2. Minat

Minat memiliki peranan yang besar untuk menjadi motivator dalam belajar. Guru dapat menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka minati, hobby, atau pelajaran yang disukai oleh peserta didik SD. Tentu saja peserta didik akan mempelajari dengan tekun hal-hal yang menarik minat mereka masingmasing.

3. Profil Belajar

Profil belajar peserta didik mengacu pada pendekatan atau bagaimana cara yang paling disenangi peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Ada peserta didik yang senang belajar dalam kelompok besar, ada yang senang berpasangan atau kelompok kecil atau ada juga yang senang belajar sendiri. Di samping itu panca indra juga memainkan peranan penting dalam belajar peserta didik. Ada peserta didik yang dapat belajar lewat pendengaran saja (auditory), ada yang harus melihat gambar-gambar atau ada yang cukup melihat tulisan-tulisan   saja. Namun ada pula peserta didik yang memahami pelajaran dengan cara bergerak baik menggerakan hanya sebagian atau seluruh tubuhnya (kinestetik). Ada juga peserta didik yang hanya dapat mengerti jika ia memegang atau menyentuh benda-benda yang menjadi materi pelajaran atau yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajarinya.

D. Elemen yang Berdiferensiasi

Dalam pembelajaran berdiferensiasi 4 aspek yang ada dalam kendali atau kontrol guru adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan serta Iklim Belajar di kelas. Guru dapat menentukan bagaimana ke - 4 aspek ini akan dilaksanakan di dalam pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mengubah konten, proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya masing-masing sesuai dengan profil peserta didik-siswi yang ada di kelasnya.

Penjelasan ke – 4 aspek ini adalah sebagai berikut:

1. Konten

Yang dimaksud dengan konten adalah apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 2 cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu

a. Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik berdasarkan tingkat kesiapan dan minat peserta didik

b. Menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh peserta didik berdasarkan profil belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.

Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah:

  • a. Menggunakan materi yang bervariasi
  • b. Menggunakan Kontrak Belajar
  • c. Menyediakan pembelajaran mini
  • d. Menyajikan materi dengan berbagai moda pembelajaran
  • e. Menyediakan berbagai sistem yang mendukung

2. Proses

Yang dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi peserta didik sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik ini tidak diberi penilaian kuantitatif berupa angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa catatan-catatan umpan balik mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang masih kurang dan perlu   diperbaiki/ditingkatkan oleh peserta didik.

Kegiatan yang dilakukan harus memenuhi kriteria sebagai kegiatan yang:

  • a. baik, yaitu kegiatan yang menggunakan keterampilan informasi yang dimiliki peserta didik.
  • b. berbeda dalam hal tingkat kesulitan dan cara pencapaiannya.

Kegiatan-kegiatan yang bermakna yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas harus dibedakan juga berdasarkan kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta didik. Strategi-strategi untuk membedakan kegiatan-kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

3. Produk

Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama 1 semester. Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari peserta didik. Oleh karenanya seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Produk dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut.

Berbeda dengan performance task/assessments yang walaupun merupakan penilaian sumatif karena mencakup satu unit pelajaran atau satu bab, satu tema, dan perlu dinilai juga, biasanya asemen ini diselesaikan di kelas dan waktu mengerjakannya juga tidak selama produk.

Guru merancang produk apa yang akan dikerjakan oleh peserta didik sesuai dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus ditunjukkan oleh mereka. Guru juga perlu menentukan kriteria penilaian dalam rubrik sehingga peserta didik tahu apa yang akan dinilai dan bagaimana kualitas yang diharapkan dari setiap aspek yang harus dipenuhi mereka. Guru juga perlu menjelaskan bagaimana peserta didik dapat mempresentasikan produknya sehingga peserta didik lain juga dapat melihat produk yang dibuat. Produk yang akan dikerjakan oleh peserta didik   tentu saja harus berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.

4. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik dalam belajar, minat mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

Misalnya guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat duduk peserta didik yang ditempelkan di papan pengumuman kelas sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar mereka. Jadi peserta didik dapat duduk di kelompok besar atau kecil yang berbeda-beda, dapat juga bekerja secara individual, maupun berpasang-pasangan. Pengelompokkan juga dapat dibuat berdasarkan minat peserta didik yang sejenis, maupun tingkat kesiapan yang berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan pembelajarannya. Pada dasarnya, guru perlu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta  didik sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.

Baca Juga : Contoh Jadwal Pelajaran Kurikulum Merdeka Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Jenjang SD/MI

Terima kasih sudah berkunjung ke Web SekolahMuApabila artikel ini bermanfaat Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka, silahkan Klik LIKE dan SHARE kepada teman-teman yang lain.