Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Baca Al-Quran

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Rabiul Awal 1444

Cinta Baca Al-Qur'an
Saudaraku, bila cinta al-Qur'an merupakan bukti cinta Allah, maka mustinya merefleksi pada kegemaran untuk membacanya. Oleh karenanya membaca al-Qur'an termasuk sunah Nabi yang amat dianjurkan. Aktivitas membaca al-Qur'an sering disebut dengan mengaji atau tilawah. 

Ya realitasnya, Al-Qur'an memang mengundang pesona banyak orang untuk membacanya, bahkan diulang-ulang sehingga banyak di antara kaum muslim yang mampu menghafal dan berusaha mengamalkan isi kandungannya. 

Mengapa tilawah atau membaca al-Qur'an itu begitu mempesona? Ya, tentu, karena banyak keberkahannya. Di antara keutamaan tilawah atau membaca al-Qur’an, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Bukhari). 

Di samping itu, tilawah atau mengaji dapat mencerahkan akal pikiran atau menerangi hati, sehingga dapat memperoleh kesuksesan hidup 
sekaligus meraih kebahagiaan. Oleh karenanya, siapa saja yang bertilawah, mengaji, maka akalnya terasah menjadi cemerlang dan hatinya tersirami akan menjadi sejuk menyejukkan, jalan hidupnya terang benderang disinari nur Ilahi, sehingga segalanya mudah dimudahkan.

Karena sangat signifikan bagi kehidupan seorang mukmin, maka kita dituntun untuk istikamah dan 
memperbanyak mengaji, tilawah atau membaca al-Qur’an. Sampai-sampai Nabi Muhammad saw berwasiat agar rumah tidak seperti kuburan, maka kita dituntun untuk memperbanyak tilawah, mengaji, membaca al-Qur’an.

Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Abu Hurairah ra mengabarkan dari Rasulullah saw, beliau  bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah (baca Al-Qur’an).” (HR. Muslim) Riwayat pendukung lainnya juga datang dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda Sesungguhnya rumah yang dibacakan Al-Qur'an di dalamnya akan menjadi luas bagi pemiliknya, malaikat 
mendatanginya, setan menjauhinya dan banyak kebaikannya, dan rumah akan menjadi sempit bagi pemiliknya, malaikat menjadi terhalang, setan hadir dan sedikit kebaikannya jika tidak dibacakan Al-Qur'an dalam 
rumah tersebut.” (Hr. Al-Darimi)

Dari normativitas tersebut rumah kita akan terang yang besaran terangnya sangat bergantung pada intensitas relasional antara kita dengan al-Qur’an. Seberapa dibaca, lalu seberapa digali maknanya, seberapa banyak mutiara ditemukannya, seberapa nilai substansi mewujud dalam perilakunya adalah beberapa pertanyaan internal yang mestinya dijawab secara perilaku nyata tak perlu berkata- kata. 

Bila secara lahiriah, yang dimaksudkan rumah adalah hunian tempat dimana kita tinggal, maka secara substantif yang dimaksudkan “rumah” juga merujuk pada hati. Jadi hati juga menjadi kesejatian tempat tinggal diri kita yang sesungguhnya. Oleh karena itu mengaji menjadi di antara pencerah hati. Semakin intensif relasi antara kita dengan alQur’an, maka akan semakin menerangi dan mencerahkan hati kita. Apalagi nama lain dari Al-Qur'an itu adalah al-Nur yang berarti cahaya, oleh karenanya tilawah, membaca, mengaji, dan mengamalkan isinya, akan mencerahkan hati sehingga dapat mengarungi hidup dan kehidupan ini dengan baik.

Di samping itu, kita juga dituntun untuk memperbanyak mengaji, tilawah, membaca Al-Qur'an agar rumah kita yang sesungguhnya (hati) tidak dalam kondisi gelap gulita. Bila hati sudah disinari dengan nur ilahi yang terpancar dari tilawah al-Qur’an, maka eksistensi diri sebagai makhluk di bumi kelihatan semakin jelas dari penglihatan (makluk) di langit. Demikian juga, karena Malaikat Mikail sebagai bagian makhluk langit maka semakin jelas kepada siapa yang akan diberikannya rezeki dari Allah atasnya. Oleh karenanya, agar makhluk langit teristimewa Malaikat Mikail, malaikat pembagi rezeki menyampaikan rezeki dari Allah kepada kita di bumi, maka kita harus eksis dengan jalan terus berusaha mensucikan hati dan memperbanyak mengaji, membaca Al-Qur'an guna menerangi “rumah” kita..

Dengan demikian, bagi orang Islam yang taat, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan Al-Qur'an sebagai imam dalam kehidupan. Untuk itu perlu mengaji dan pembacaan kreatif atasnya. Syukur-syukur dapat menambah durasi tilawahnya agar akal dan hati cerah karenanya. Memang menambah durasi saat mengaji atau tilawah seringkali 
dihadapkan pada kesibukan duniawiyah yang ada. Oleh 
karenanya sikap ini mungkin terasa sulit dan paradok dengan kesibukan  yang ada. Tetapi mestinya diyakini bahwa pekerjaan, tugas dan masalah yang semakin banyak justru akan dimudahkan oleh Allah dalam menyelesaikannya ketika dengan memperbayak dan mempersering mengaji al-Qur’an. Jadi kalau tugasnya lebih banyak, dan masalah hidup lebih berat, maka kita menambahi durasi mengaji kitab Ilahi.

Secara lahiriyah menambah durasi mengaji akan menambah waktu yang dibutuhkan, namun kita harus ingat bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengatur. Artinya Allah yang mengatur segalanya, mengatur jalan kesuksesan kita. Dengan demikian semakin memperbanyak tilawah, mengaji akan lebih mendekatkan kita pada Zat Yang Maha Pengatur. Karena hati menjadi cerah berseri, maka menjadi modal sangat penting untuk menjalani hidup keseharian, seperti saat bekerja mencari nafkah untuk keluarga, menunaikan segala agenda kerja, bahkan saat menyelesaikan segala problema yang ada. Aamiin ya Mujib al-Sailin