Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guru UUD Ujung-Ujung Duit! Biasanya Tidak Betah Mengajar


Saya sering sampaikan ke teman-teman guru disekolah. Bahwa sekolah kita ini, bukan menjadikan kita orang kaya raya. Tapi menjadi hidup kita lebih bermakna dan berkah. Kalau ingin jadi orang kaya bukan disini tempatnya. Ini tempat para pecari kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kita ini guru, guru yang menyambung risalah kenabian. Kita mengajar disekolah dakwah. Guru bukan hanya sekedar mengajar, tiap bulan ambil gaji pulang. Itu bukan tipe guru sekolah dakwah. Kalau hanya bahagia dapat gaji besar. Sungguh kebahagia yang semu. Bahagia dalam keberkahan dan bahagia dekat dengan Allah. Itu bahagia yang hakiki.

Anda tulus mengajar demi dakwah dan karena Allah. Allah akan menempatkan di tempat yang layak. Layak di dunia juga layak di akhirat. Bukankah semua guru yang beriman percaya kepada Allah menciptakan hari akhirat. Surga balasan yang layak juga diimpikan oleh orang mukmin manapun selama hidup di dunia. Salah satu jalannya adalah menjadi ummat terbaik, menjadi guru. Tentu Mengajar kebaikan dan ilmu.

Siapapun yang ingin mengajar di sekolah Islam, yang ada misi dakwahnya. Jelas "Guru UUD Ujung-Ujung Duit! Biasanya Tidak Betah Mengajar". Kalau uang menjadi orientasi mengajar anda lebih baik, jangan jadi guru disekolah kami. Anda cari akhirat, dunia pasti ikut. Pengalaman saya selama ini, dapat curhat dari 40 lebih guru di SDIT Muhammadiyah Bireuen. Mereka menemukan keluarga baru disini. Kebersamaan yang mengikat hati sesama. Itulah Ukhuwah yang diajar Nabi dalam Sunnah. Bukan hanya itu, mereka dapat secercah cahaya yang belum pernah ditemukan ditempat lain. Beginilah dakwah Islam sebenarnya, tidak ada paksaan. bening seperti empun. Mengalir ke hati. Cahayanya lembut seperti cahaya bulan. Cahaya yang tidak menyakiti dan menyilaukan. Itulah "Hidayah".

Saat hati sudah saling menyatu. Orientasi mengajar adalah dakwah dan ibadah, maka Uang tidak akan hal yang penting. Bahkan keberkahan datang tanpa terduga. Untuk apa gaji banyak, tapi kesempitan hidup terasa. Hutang dimana-mana. Lebih parah lagi siksaan kubur pedih tiada tara. Maka pantas sekolah dakwah akan menjadi rumah kebahagiaan yang hakiki.

Sangat pantas, bila ada guru yang berpisah dengan sekolah ini. Baik yang harus pindah karena faktor keluarga dan lulus PNS. saya sangat yakin perpisahan akan menjadi perpisahan layaknya ibu dan anak. Kisah bahagia, haru, sedih, lucu bersama disekolah tidak mudah dilupakan. Seluruh siswa menganggap bahwa ibunya ingin pergi meninggalkan mereka. Padahal mereka masih kepingin dibuka matanya untuk melihat keindahan Ilmu dalam Islam. Mereka masih rindu nasehat indah dari gurunya. Mereka rindu dengan senyum dan kasih sayang gurunya. Jujur mereka belum mengerti kenapa mereka ditinggalkan. Mungkin karena faktor umur.

Sekali lagi saya ingin ungkapkan lewat goresan ini. Mengajar bukan faktor uang. Mengajar itu adalah keberkahan. Jangan ikut mengajar disekolah kami kalau orientasinya "Uang". Belum bekerja masih mau ngelamar jadi guru, sudah tanya gaji. Itu suatu kesalahan besar. Saya membangun sekolah ini atas nama dakwah dan ukhwah. Anda akan dapat lebih dari uang yang dikejar oleh banyak orang diluar sana. SDIT Muhammadiyah itu motto gurunya mengajar dengan hati bukan mengajar dengan uang. Camkan itu!.

Penulis : Rizki Dasilva (Kepala SDIT Muhammadiyah Bireuen)