Belajar Merdeka, Belajar dengan APIC
Belajar Merdeka, Belajar dengan APIC
Anik Hariati
Tak dipungkiri bahwa setiap manusia pasti berproses. Berproses itu salah satu bentuk belajar. Ini dikarenakan belajar adalah suatu perubahan dalam diri manusia baik dari tingkah laku maupun pola berpikirnya. Yang mana seseeorang itu harus melakukan suatu pergerakan agar terjadi suatu pembenahan dalam setiap hal yang dialami baik secara fisik motorik maupun kognitif .
Terlepas dari segala sesuatu di luar dari dirinya, seseorang mulai dari lahir hingga sakaratul itu berproses melakukan belajar. Mulai dari belajar menangis hingga ia menangis kembali di akhir hayatnya.
Pun begitu, jiwa manusia tak luput daripada belajar. Mulai dari dalam kandungan seorang ibu manusia berproses untuk menjadi apa yang dia mau dengan belajar dan mempelajari kehidupannya dan mencari jalan keluar sendiri tanpa kita paksa sedikitpun. Ketika ia ingin lahir maka ia akan lahir dengan atau tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain , jika waktunya tiba seseorang itu akan mendapatkan apa yg dia ingankan tanpa ada paksaan dari siapapun . Ilmu dari proses belajar itu akan ia dapatkan dengan sendirinya sesuai dengan merdekanya cara ia belajar.
Seorang siswa juga masih berproses dalam belajar dan mempelajari dirinya sendiri. Mulai dari cara berpakaian hingga cara atau pola belajar yang bagaimana yang siswa itu inginkan dan merasa nyaman serta mampu menggiring dirinya dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Suatu proses pembelajaran takkan berjalan jika tak ada siswa. Oleh karena itu, siswa adalah subyek bukan objek sehingga setiap pembelajaran harus memihak pada siswa. Melibatkan siswa dalam proses penerapan Silabus, RPP dan perangkat lainnya itu menjadi acuan pertama dalam memberikan materi hingga asesmen atau penilaian yang bisa dipahami oleh siswa tersebut.
Belajar Merdeka
Belajar merdeka adalah definisi suatu pergerakan kemerdekaan dalam membebaskan diri dari kungkungan suatu yang menjerat seolah ingin membunuh atau meniadakan pelaku pejuang kemerdekaan tersebut. Bergerak atau melakukan hal baik secara sengaja atau tidak dalam belajar itu salah satu ciri orang yang merdeka.
Guru bukan lagi satu satunya dalang dalam proses pembelajaran yang hanya mampu memegang kendali keotoriterannya terhadap siswa. Guru seharusnya menjadi pelopor adanya belajar merdeka dengan cara memberikan kontribusi yang lebih mumpuni dan bermanfaat secara lahir maupun batin para siswa. sehingga siswa tak lagi merasa menjadi budak pendidikan dengan adanya tugas menumpuk yang diberikan oleh guru.
Begitu juga dengan siswa juga harus belajar merdeka. Dalam hal ini terkait dengan pola belajar yang harus mereka pelajari dalam diri mereka masing-masing. Pilihan pola belajar diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih mampu memahami, menjelaskan, menganalisa, dan mencipta sebuah karya yang siap bersaing di dunia yang super bebas saat ini.
Kebebasan dalam berkarya baik guru maupun siswa sangat erat kaitannya dengan belajar merdeka. Dimana dalam setiap karya siswa harus mampu menyelesaikan dengan ketentuan yang telah mereka sepakati berikut dengan asesmen atau penilaian yang mudah diterapkan.
Ketika siswa tak mampu menyelesaikan nya apa akan dihukum atau ada konsekuensi lain yang bisa memerdekakan pola belajar mereka ? Jawabannya tak serta Merta muncul dengan berbagai pilihan a, b dan c akan tetapi harus melalui pertimbangan - pertimbangan yang memerdekakan para pelajar dengan ketentuan norma, etika dan aturan yang ada di sekitarnya.
Merdeka Belajar
Pada hakikatnya merdeka belajar sangat baik penerapannya di semua kalangan pelajar baik tingkat dasar, menengah dan atas. Akan tetapi perlu adanya penyesuaian dan penyempurna dari setiap materi dan tempatnya.
Fakta di lapangan, setiap tempat belajar merdeka dalam menerapkan merdeka belajar itu berbeda-beda. Baik guru maupun siswa masih sama -sama belajar merdeka belajar yang nota bene justru merepotkan kedua belah pihak yaitu guru, siswa, orang tua dan pemerintah.
Bagaimana tidak , guru yang mempunyai kompetensi satu bidang jika di tingkat menengah dibuat repot untuk dapat mempelajari dan menguasai kompetensi lain dalam hal praktek proyek. Walaupun ini juga salah satu tantangan bagi guru untuk lebih pandai berinovasi dan berusaha meningkatkan kompetensi nya walaupun itu tidak linear dengan mapel yang diampunya.
Bagi siswa, berbagai karakter yang unik dari mereka terkadang agak menyulitkan untuk mengembangkan bakat, potensi dan minat mereka karena sarana dan prasarana yang masih minim. Baik sarana dari sekolah maupun keluarga. Bagi sekolah yang mampu mungkin semua itu bukanlah masalah besar akan tetapi bagaiman dengan sekolah yang jauh tertinggal, terdepan dan terluar? Apa yang bisa mereka lakukan? Mungkin hanya bisa memandangi potretnya kalau ada. Atau mungkin hanya cukup membayangkan saja lalu mereka bisa melakukan praktek merdeka belajar ini dengan baik atau justru tidak ada yang bisa dikerjakan bahkan tak jarang mereka tak paham sama sekali lalu mengerjakan suatu di luar materi yang ada .
Salah satu yang penulis masih belum memahami adalah kemana arah atau tujuan pendidikan yang mengadakan ajang ekspresi siswa yang bertaraf nasional ini. Apakah sudah disesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini ? Atau hanya keinginan para ilmuwan dan seniman saja sehingga seolah memenjarakan belajar merdeka siswa dalam merdeka belajar mereka. Entahlah , tidak akan yang bisa menjawabnya .
APIC
penulis juga seorang guru di sebuah tempat belajar merdeka menengah yang ada di sudut kota kecil bahkan agak pinggiran sehingga merasa masih banyak kekurangan dalam menerapkan belajar merdeka belajar ini. Oleh karena itu, penulis melakukan berbagai upaya dalam mengentaskan siswa untuk Belajar Merdeka Belajar melalui metode APIC .
Metode ini diupayakan untuk dapat memaksimalkan hasil belajar merdeka belajar siswa baik secara asesmen maupun afektif dengan pola memerdekakan pelajar.
Adapun kepanjangan dari APIC adalah asesmen projek integrated celebrate. Artinya adalah asesmen atau penilaian berbasis proyek terintegrasi dan merayakan atau mengapresiasi. Setiap karya yang dihasilkan siswa tidak ada artinya jika tak ada penghargaan. Di sinilah letak merdekanya suatu pembelajaran yaitu ketika para pembelajar nya itu dihargai bukan hanya dari hasilnya saja akan tetapi suatu proses nya juga harus mendapat perhatian. Banyak sekali para guru yang membanggakan siswa dilihat dari hasil nilai tertinggi dalam ilmu akademik akan tetapi memandang sebelah mata pada siswa yang nilainya rendah.
Gembar gembor kearifan lokal pada merdeka belajar masih memiliki arti lain berdasarkan latar belakang, sosial dan budaya siswa dan orang tua setempat. Begitu pun dengan metode APIC ini siswa adalah kunci utama berhasil tidaknya suatu asesmen yang diterapkan sehingga mampu melahirkan siswa yang bandel atau pantang menyerah untuk terus berproses memahami hingga menciptakan sebuah karya minimal karakter atau mental Sang Juara tak pernah dimatikan oleh orang-orang di sekitarnya.
Karakter dari metode APIC adalah cara menerapkan asesmen atau penilaian dengan aspek praktek , selain praktek sesuai bidang studi masingmasing, praktek p5 juga perlu digunakan sebagai penilaian tambahan.
Penilaian haruslah diambil secara utuh yaitu integrated atau terintegrasi berdasarkan pengalaman belajar langsung siswa ( learned curriculum), karakter dan latar belakang siswa juga harus diperhatikan agar tidak salah pilih dan pilah dalam memberi nilai tambah pada siswa.
Aspek ini sangat penting, terkadang siswa merasa terdzolimi akan hal ini, akan tetapi proses belajar merdekanya akan terlihat. Pilihan pola belajar juga perlu masuk asesmen dan dibuatkan rubriknya sehingga jelas integritas atau keutuhannya. Mulai dari guru mengontruksi ilmu, memberi pemahaman hingga siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan dengan cara mereka masing-masing.
Proses mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan berbeda-beda, terkadang intruksi guru adalah tugas kelompok akan tetapi ada siswa yang memang bisa menyelesaikan nya sendiri. Apa yang harus dilalukan guru ? Memaksa siswa gabung atau membiarkan ia menyelesaikan nya sendiri?
Terakhir celebrate dalam bahasa Indonesia adalah merayakan . Setiap manusia Perlu adanya penghargaan atau apresiasi dalam setiap hasil karya yang dibuat atau hal yang dilakukannya. Dalam arti pujian. Secara langsung itu juga sangat berpengaruh terhadap sisi psikologis atau mentalnya sehingga tidak hanya dijatuhkan tanpa diberi pujian sedikitpun. Cari celah atau sisi lain dari para siswa walaupun sedikit atau menurut orang lain itu tak berarti namun jika itu bermanfaat berilah hadiah minimal berupa pujian kata-kata yang baik dan memberi semangat tinggi .
Setiap momen para siswa harus dirayakan dengan suka cita minimal oleh wali kelasnya agar siswa merasa berguna dan bermanfaat untuk orang lain . Hari lahir semisal, ini hal kecil mungkin namun sangat membekas dan membahagiakan ketik guru mengucapkan walau tanpa hadiah akan tetapi hanya doa yang bisa dipanjatkan dan diamini oleh teman-temannya.
Belajar Merdeka Belajar dengan APIC punya harapan yang luar biasa untuk mencetak generasi yang semakin mampu menghargai hasil kerja kerasnya sendiri maupun bersama teman yang lain agar ia pun mampu menghargai hasil kerja keras orang lain terutama guru dan orang tua mereka.
Penulis berharap guru mampu Belajar Memerdekakan Pelajar dalam kurikulum Merdeka belajar saat ini. Karena pelajar yang merdeka akan mampu memerdekan dirinya sebagai upaya memerdekan bangsa dan negaranya.