Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Tak Berbatas Ruang dan Waktu

 

Belajar Tak Berbatas Ruang
dan Waktu



A. Kurikulum Merdeka



Sejarah
kurikulum pendidikan di negeri Indonesia tercinta sejak awal hingga saat ini
telah mengalami perubahan dikandung maksud untuk terus disempurnakan oleh para
tokoh praktisi Pendidikan.



Sebagai praktisi Pendidikan harus memiliki rasa bangga
karena berkesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam ambil bagian
ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah tertuang  dalam UUD 1945.

Belajar Tak Berbatas Ruang dan Waktu




Apasih
Kurikulum Merdeka yang didengung-dengungkan sejak dipenghujung pandemi Covid 19? Sebelum masuk ke Kurikulum Merdeka, mari kita mengingat Kembali bahwa
kurikulum  merupakan seperangkat atau
suatu sistem rencana dan pengaturan mengenai bahan pembelajaran yang dapat
dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar, dan semua pihak yang terlibat dan
berkaitan langsung dengan fungsi kurikulum ini wajib memahaminya agar tujuan
pembelajaran menjadi terarah, terukur, sehingga mencapai hasil sesuai target
yang telah ditentukan .



Kurikulum sendiri telah mengalami penyempurnaan
disesuaikan dengan perkembangan zaman karena pendidikan memiliki sifat yang
dinamis, jika kita tidak mengikuti zaman maka anak-anak kita makin jauh
tertinggal dengan ilmu pengetahuan juga teknologi, dan akibatnya bisa
dipastikan bangsa-bangsa yang dulu pernah menguasai Indonesia akan kembali
menguasai dengan mudah.



Kurikulum
Pendidikan telah di susun sejak awal kemerdekaan  Tahun 1947 yang disebut Rentjana Pelajaran,
Tahun 1952 , Rentjana Pelajaran Terurai, Tahun 1964 Rentjana Pendidikan, 1968
bersifat teoritis, Tahun 1975 menekankan pendidikan  lebih efektif dan efisien, Tahun 1984 yang
mengusung pendekatan proses keahlian, Tahun 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
yang berupaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya yang menekankan ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun kelompok, Tahun 2004, KBK yang
berorientasi pada hsil belajar dan keberagaman. Tahun 2006 KTSP yang mengacu
pada jiwa desentralisasisistem pendididkan, Tahun 2013  yang memiliki tiga aspek penilaian yaitu
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.



Pada dasarnya
semua kurikulum  disusun untuk perbaikan,
akan tetapi dilapangan masih  ada satu
atau dua kelompok bahkan secara perorangan masih kurang atau bahkan tidak
proaktif menyambut kerukulum merdeka karena berasumsi susah, ribet, karena
merasa berada di zona nyaman, boleh dikatakan tempo dulu, dan belum memiliki
kesadaran penuh bahwa guru merupakan garda terdepan untuk memajukan bangsa.



Padahal
diluncurkannya kurikulum merdeka sudah lengkap dengan beberapa fasilitas,
diantaranya Bimtek, Diklat, Media sosial, yang sangat mudah mengaksesnya untuk
mengimpementasikannya.



Siapa yang
berkewajiban mengimplementasikan Kurikulum Merdeka? Semua praktisi Pendidikan
baik yang bersifat, In Formal, Formal, maupun Non Formal karena jika, Kurikulum
Merdeka betul-betul diimplementasikan akan mencetak generasi sesuai harapan 3
lingkungan yang saling terkait yaitu keluarga, sekolah, dan masyarkat.



Dimana
Kurikulum Merdeka harus diimplementasikan? Kurikulum Merdeka sebenarnya ingin
melayani pendidikan dengan pendekatan kontekstual dimana peserta didik tidak
sekedar menghafal teori akan tetapi lebih jauh yaitu dapat mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.



Selain secara
akademik kurikulum merdeka juga memfasilitasi potensi yang bersifat non
akademik sesuai bakat minat yang telah ada dalam diri peserta didik, institusi
wajib memfasilitasi agar mereka mendapat pelayanan prima dari institusinya,
yang lebih dikenal pembelajaran berdiferensiasi baik secara akademik maupun
akademik.



Kapan
Kurikulum Merdeka diterapkan? Sesuai kesiapan lembaga masing-masing karena
Kurikulum Merdeka mengusung seperangkat sistem dan dana yang tidak sedikit
untuk memfasilitasi semua peserta didik tanpa mendiskriminasi, baik bagi anak
yang tumbuhkembangnya pada garis normal sampai anak yang berkebutuhan khusus
yang dikenal dengan disabilitas.



Mengapa kita
wajib menerapkan Kurikulum Merdeka? Pertama mengikuti aturan yang telah ditetapkan,
oleh karena itu kita sebagai praktisi pendidikan harus proaktif agar dapat
berjalan dan berhasil sesuai yang ditargetkan, sebagai orang tua penulis
menyambut dengan suka cita adanya kurikulum merdeka ini, dan sangat berharap
lembaga-lembaga pendidikan serius dalam pengimplementasiannya agar tidak
sekedar sekedar sebuah teori belaka.



Bagaimana
pengimplementasiannya ? Banyak pihak yang harus terlibat dan dilibatkan, antara
lain faktor financial yang memadai karena meskipun uang bukan segalanya, tetapi
segalanya pakai uang termasuk Pendidikan tak akan berjalan tanpa adanya biayanya
seperti ungkapan orang jawa” Jer Basuki Mawa Bea”, kesadaran para praktisi
terutama guru yang berada di garda terdepan harus atau wajib upgread diri
secara berkesinambungan mengingat peserta didik pada saat ini telah
terkontaminasi kecanggihan teknologi gegara dipaksa belajar secara daring di
musim pandemi tempo hari, pendampingan orang tua yang tak kalah penting, walau
bagaimanapun, sedemokratis apapun orang tua tetap berkewajiban mendampingi,
mengarahkan, melindungi anak-anak yang merupakan investasi terbesar bagi orag
tua, agar tidak menyesal dikemudian hari, karena kesibukan orang tua menjadi
terlena.



Untuk itu
penulis mempunyai sedikit cerita ingin berbagi kepada para pembaca barangkali
dapat dijadikan referensi, penulis sejak dikenalkan dengan kurikulum merdeka,
dengan membaca, menganalisa dan mencoba mengimplemetasikannya, pertama putri
saya Ketika berbicara sering diikuti dengan gerakan spontanitas, untuk
menyalurkan Gerakan tersebut dia minta bergabung di club karate alhamdulillah
berdampak positif dapat membentuk imun tubuh, untuk mengisi waktu luang dia
bergabung di club renang, dan yang semula sulit berkonsentrasi dia les piano,
untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri, sebagai ibu merasa bersyukur dapat
memfasilitasi anak baik di bidang akademik maupun akademik.



B.      Bunda Giat Anak Hebat



              Niat yang kuat tekad yang bulat menjadi mesin yang mampu
menggerakkan jasmani dan rohani seperti pada ungkapan “ Wanita adalah tiang
negara”, lingkungan keluarga yang dicontohkan orang tua akan membentuk karakter
yang sangat besar artinya dan menjadi cerminan ketika anak-anak berada diluar
rumah, didukung dengan lembaga pendididkan, dan lingkungan masyarakat yang
berkualitas akan bersinergi membentuk pribadi-pribadi yang mulia.
 



Sekelompok orang tua yang
proaktif  dengan Kurikulum Merdeka rela
meluangkan waktu mendampingi putra-putrinya agar tumbuh kembang menyalurkan
bakat meskipun diluar jam sekolah.



Orang tua dengan
penuh kesabaran belajar memahami dan memfasilitasi kebutuhan anak agar
terpenuhi tiga unsur untuk menyeimbangkan dan memiliki sikap, pengetahuan., dan
motoriknya.




























Kurikulum merdeka sebenarnya bukan hal baru,
gambar tersebut sebagai contoh intitusi yang membelajarkan ilmu pengetahuan dan
praktik oleh karena itu harus dilengkapi sarpras yang memadai agar tidak
sekedar teori, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata dimana mereka
berada, setelah dewasa mereka siap dilepas orang tua dan siap mengabdikan diri
kepada bangsa dan negaranya sesuai bidang keahliannya, dan tidak melupakan jasa
orang tua serta  semua guru-guru yang
telah membesarkannya.


By: Kartini, S.Pd


Dusun Karangrejo RT/RW 001, Ds. Pojok. Kec. Ponggok. Kab.Blitar
Tempat Tugas: MIN 2 Blitar
Jln. Ponpes Al-Kamal Ds Kunir Kec.Wonodadi, Blitar. 
bogekartini@gmail.com