Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perpustakaan tempat Healingku

 

PERPUS TEMPAT HEALINGKU

Husni



Pendidikan
merupakan wadah bagi peserta didik untuk mencari jati diri mereka yang
sesungguhnya, membuka jalan dan peluang untuk mewujudkan impian mereka dengan
berpartisipasi dalam pengajaran, pelatihan, praktek dan penelitian serta metode-metode
lain yang dapat meningkatkan nalar individu untuk berpikir kritis dan logis
dalam mengungkapkan dan menyelesaikan suatu masalah atau gejala yang terjadi
dalam dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. (Bocah Kampus: Khusnul
Khofifah) 
(Brier &
lia dwi jayanti, 2020)






Berangkat dari hal di atas, maka di antara hal
urgen yang harus kita soroti pada dunia pendidikan, adalah bagaimana lembaga
pendidikan menjadi sahabat yang dibutuhkan peserta didik, sehingga mereka bukan
merasa berkewajiban bahkan lebih pada merasa terbebani untuk berangkat ke
sekolah, tapi sebaliknya, mereka merasa butuh dan rindu untuk segera berangkat
ke sekolah, memulai lagi hari baru yang menyenangkan, mengukir lagi satu
kenangan indah dari masa-masa mereka bersekolah.



Salah satu bagian penting dalam sebuah lembaga
pendidikan, adalah perpustakaan. Tidak bisa kita pungkiri, image perpustakaan
kita selama ini, khususnya di sekolah saya, menganggap perpustakaan adalah
gedung penyimpanan buku paket yang akan dipinjam siswa saat gurunya kebetulan
tidak hadir di kelas.



Saya ingat betul saat pertama mendapat amanah
tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah, saat anak-anak lewat di
perpustakaan, saya mulai berpromosi dan mengajak mereka singgah, duduk-duduk,
dan mengajak mereka membaca serta meminjam buku. Apa kata mereka, “memang
bukunya boleh dipinjam, Bu?”

Alhamdulillah,
itu adalah pertanyaan, tapi sekaligus umpan balik yang sangat positif dan
menyegarkan buat saya. Menjawab pertanyaan itulah yang membakar semangat kami
para pustakawan untuk mengajak para peserta didik mengenal lebih jauh tentang
perpustakaan dan peruntukannya sebagai salah satu bagian dari lembaga
pendidikan.


Meskipun perpustakaan bukan rombel kelas, tapi
fungsinya yang memberi pelayanan kepada seluruh masyarakat sekolah khususnya,
bahkan masyarakat luas pada umumnya, membuat keeksisannya harus dipajang
semenarik mungkin, supaya kita bisa keluar dari zona masa lalu yang menganggap
perpustakaan hanya bangunan pengap di pojok sekolah, tempat buku paket
bertumpuk penuh debu, dan notabene menjadi areal horor yang sama sekali tidak
diminati peserta didik.


Perpustakaan kami belum memiliki bangunan
ideal dan koleksinya pun masih sangat minim, tapi hal itu sama sekali bukan
halangan bagi kami untuk menjadikannya sebagai tempat menarik buat para peserta
didik. Berbagai jurus kami lakoni untuk membangun minat dan kecintaan mereka
terhadap perpustakaan. Lebih jauh, setelah merasa terikat dengan bangunannya,
mereka akan mulai mencintai isi di dalamnya, dalam hal ini, buku dan ilmu
pengetahuan.


Hingga hari ini, membaca dan menulis belum
menjadi budaya dan tradisi anak-anak kita. Peserta didik lebih familiar dengan media visual (menonton),
verbal (lisan) atau mendengar dibandingkan membaca, apalagi menulis. Dalam hal
inilah peran perpustakaan sangat diperlukan untuk menggugah minat mereka pada
budaya literasi.


Sebagai pustakawan, kreatifitas mengelola
kegiatan dan mencanangkan program yang sekiranya akan diminati peserta didik,
sangat perlu mendapat perhatian khusus. Karena itu kami memperkenalkan berbagai
bentuk layanan dan program berkesinambungan agar para peserta didik merasa
terikat secara fisik dan mental dengan perpustakaan. Karena proses pembelajaran
dan pelayanan yang berpihak pada peserta didiklah yang akan bisa memberikan
hasil maksimal bagi output pendidikan kita. Di antara program-program itu
adalah sebagai berikut :


1. Layanan sirkulasi dan penyediaan bahan Pustaka


2. Pemberian reward setiap bulan kepada
pengunjung/pembaca/peminjam teraktif


3. Layanan Perpustakaan Keliling bekerjasama
dengan Perpusda Dispusip Kab.Kutai Timur


4. Mempromosikan lomba-lomba kegiatan literasi
dari luar sekolah baik secara luring maupun daring


5. Memberikan orientasi perpustakaan minimal
sekali persemester


6. Mempromosikan perpustakaan digital sekolah


7. Mendokumentasikan kegiatan perpustakaan dan
literasi, dan mengunggahnya di website literasi sekolah


8. Mengadakan jadwal kunjung perpustakaan secara
bergantian untuk tiap rombel


9. Mengajak peserta didik mengunjungi
perpustakaan lain di luar sekolah


10. Menonton bersama di laboratorium komputer


11. Membuat forum diskusi remaja yang diadakan setiap
2-3 kali seminggu


12. Mengadakan program Anugerah Literasi
Perpustakaan dengan berbagai kategori setiap semester


13. Mengadakan lomba-lomba literasi untuk
meramaikan hari-hari penting terkait perpustakaan


14. Mengadakan pelatihan/workshop menulis dan keterampilan
berbicara


15. Mengadakan event menyumbang buku ke
perpustakaan bagi peserta didik yang baru lulus


Kami berharap, contoh-contoh kegiatan dan
kreatifitas ini bisa menginspirasi para guru maupun pustakawan sekolah di
manapun berada, demi memerdekakan aktivitas pembelajaran peserta didik untuk
mewujudkan generasi hebat serta berbudi luhur yang merdeka dan berbudaya
literasi.


Kami juga selalu menekankan kepada peserta
didik, bahwa perpustakaan kita bukan hanya bangunan sebagai sarana pembelajaran
yang mungkin terkesan kaku di mata mereka, tapi juga sangat bisa menjadi tempat
healing yang mana mereka boleh menghilangkan kejenuhan, kepenatan dan kebosanan
dari aktifitas rutin di dalam kelas, dengan membaca di perpustakaan, menulis,
menonton, atau sekedar menghayal di pojok-pojok rak buku, atau bahkan curhat
kepada bapak ibu pustakawan.

 



BIONARASI



اَلسَلامُ
عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ



Nama saya Husni, lahir di
Polewali Mandar, 30 Juni 1985. Saya suka membaca dan menulis, sekarang bekerja
sebagai guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Sangatta Selatan, Kutai
Timur, dan sedang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah. Mari menjadi
pribadi literat untuk membawa Pendidikan Indonesia ke gerbang peradaban yang
lebih maju.